• Cerita
  • Menjelajah Serambi Seni Selasar Sunaryo Art Space

Menjelajah Serambi Seni Selasar Sunaryo Art Space

Sudah 24 tahun Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) menjadi wadah bagi para seniman di Kota Bandung. Mereka melestarikan dan menuangkan karya seninya di galeri ini.

Instalasi Rumah Kaca karya Sunaryo di Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur No. 100 · Bandung. (Sumber: SSAS)

Penulis Reza Khoerul Iman22 Mei 2022


BandungBergerak.id – “Hari ini Selasar Sunaryo Art Space sudah berusia 24 tahun sejak didirikannya pada tahun 1998. Waktu Pembukaannya, saya nyari lima orang seniman Bandung untuk menemani saya, tapi pada waktu itu susah betul mencari lima orang seniman Bandung yang memiliki kualitas seperti yang saya bayangkan. Kini, waktu 20 tahun Selasar Sunaryo saya minta 20 orang seniman untuk menemani saya. Hasilnya, wuah, bukan main banyaknya,” jelas Sunaryo pada saat pertemuan di Selasar Sunaryo Art Space, pada Sabtu, (05/21/2022).

Sudah 24 tahun Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) telah menjadi wadah bagi para seniman di Kota Bandung dalam melestarikan dan menuangkan karya seni rupa ke masyarakat, serta telah menjadi sarana pendidikan seni untuk publik. Dalam perjalanannya, SSAS telah melahirkan segudang seniman di Kota Bandung dengan segunung karyanya yang telah dipamerankan di sana.

Hasil tersebut senada dengan salah satu visi dan misinya SSAS, yaitu menjadi ruang dan organisasi nirlaba yang bertujuan mendukung pengembangan praktik, pengkajian seni, dan kebudayaan visual di Indonesia. Dalam hal ini fokus utama SSAS yaitu pada program dan kegiatan seni rupa kontemporer yang berorientasi pada edukasi publik, melalui pameran koleksi tetap, juga pameran-pameran tunggal atau bersama yang menampilkan karya-karya para seniman muda dan senior.

Sebagai pendiri, Sunaryo pun terkejut melihat perkembangan yang terjadi setelah dua dasawarsa SSAS berdiri. Ia terlihat cukup bahagia ketika selasar seni miliknya cukup memberikan manfaat dan kontribusi terhadap perkembangan seni rupa di Indonesia, khususnya Kota Bandung. Bukan hanya itu, ia juga cukup senang ketika dapat menjembatani sentimen antara seniman Bandung dan Yogyakarta.

“Baru setelah 20 tahun banyak seniman bertebaran di Kota Bandung. Kemudian kalau saya melihat ke Singapura atau Hongkong saya lihat ada nama seniman Indonesia yang pernah ada di sini (SSAS). Melihatnya saya sangat terhibur, senanglah ya, setelah sekian tahun ternyata ada manfaatnya. Bahkan kita senang karena dapat menjembatani dan mendekatkan antara Yogya dan Bandung, sekalipun masih ada beberapa yang masih sentimen,” tutur Sunaryo.

Berbicara jejak kontribusi SSAS, selama ini Sunaryo selalu memberikan jalan kepada para seniman yang berbakat di Kota Bandung, terlepas dari apakah seniman tersebut seorang akademikus atau otodidak. Ia mengaku suka memberikan jalan kepada para seniman atau komunitas seni yang mau belajar dengan sungguh-sungguh, atau terkadang ia mencari seniman otodidak di Jelekong untuk ia bantu agar semakin maju.

Semua impian Sunaryo dalam berkontribusi dan mendukung pengembangan seni rupa di Indonesia yang telah satu persatu terwujud tidak lepas dari dukungan orang-orang terdekatnya. Mereka membantu SSAS agar dapat menjadi ruang bagi para seniman mana pun untuk berkarya dengan berbagai program yang telah dirancang oleh mereka.

“Jadi SSAS memang banyak kegiatan untuk pendidikan, makanya Pak Naryo bilang bahwa SSAS ini juga sebagai pusat inkubasi. Ini membuka kesempatan bagi para seniman mana pun, bukan melulu dari akademisi untuk belajar di sini. Selain itu SSAS juga merangkul seniman muda melalui program Bandung New Emergancy untuk semakin mengembangkat bakatnya,” ucap Elaine, salah seorang pegiat di SSAS.

Baca Juga: CERITA ORANG BANDUNG (51): Impian Aat Maslahat di Kantin SDN 166 Ciateul
Memperkuat Persekutuan Media Alternatif Independen dalam Gamang Demokrasi yang Menggerus Kebebasan Pers
Ajakan Donasi untuk Buruh Migran Indonesia yang Dideportasi Malaysia

Seniman Sunaryo di Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur No. 100 · Bandung. (Sumber: SSAS)
Seniman Sunaryo di Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur No. 100 · Bandung. (Sumber: SSAS)

Menjelajah Ruang-ruang Selasar Sunaryo Art Space

Dalam acara Media Gathering yang digelar di Selasar Sunaryo Art Space bersama Integrated Art Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) berupaya mengenalkan ruang-ruang di SSAS dan berbagai programnya, Sabtu (05/22/2022).

Pada hari itu terdapat empat pameran seni yang memeriahkan setiap ruang di SSAS, yaitu pameran Puisi Kertas dan Refleksi yang menampilkan karya-karya Sunaryo di Ruang A. Pameran ini juga menampilkan karya yang menandai sejumlah tonggak perkembangan kekaryaan sang seniman, sekaligus perwujudan misi dari lembaga seni tersebut.

Kemudian masih dengan pameran Sunaryo yang lain, di Ruang B terdapat pamerasan Merumuskan Asal yaitu pameran Seni Grafis Sunaryo, khususnya karya yang menggunakan teknik cetak saring yang secara isi berhubungan dengan soal “asal” atau “awal.

Selain pameran Sunaryo, terdapat juga pameran Batang Mati, Cendawan Tumbuh yang merupakan bentuk respons dua seniman muda terhadap karya mural Yudi Yudoyoko yang berjudul Sungai Kehidupan (2012) di Ruang Sayap. Karya ini pada akhirnya menjadi koleksi SSAS dan direspons oleh perupa muda, Rizal N. Ramadhan dan Nadya Jiwa Saraswati dengan Puja Anindita sebagai kuratornya.

Terakhir, terdapat pameran Menyatakan Jarak: Bandung - Leiden yang menampilkan tafsir kontemporer atas arsip dan masa lalu melalui Seni di Bale Tonggoh. Pameran ini juga menjadi program eksperimen pengetahuan dalam seni, aktivisme, dan akademia oleh KITLV (Koninnklijk Instituut voor Taal – Land – en Volkenkunde) Belanda, yang bekerja sama dengan organisasi seni Framer Framed dari Amsterdam.

Selain empat ruang tersebut, terdapat juga Amphiteater untuk pertunjukan teater, konser musik, pembacaan puisi dan program seni pertunjukan lainnya, Bale Handap untuk menghadirkan program khusus seperti diskusi, seminar, pemutaran film dan lokakarya, Rumah Bambu yang merupakan bangunan orisinil sebelum pembangunan SSAS, dan setelah direnovasi menjadi fasilitas akomodasi untuk seniman residensi dan seniman lain yang terlibat dalam program SSAS, dan Pustaka Selasar yang merupakan pusat data SSAS yang memuat 1.500 materi seperti buku, katalog, majalah, transkrip, jurnal, kliping, poster, foto, dan film.

SSAS dan tim berharap tempat tersebut dapat menjadi rumah seni bagi para seniman mana pun yang memiliki minat yang dalam pada kesenian. Selama para seniman tersebut memiliki minat dan usaha yang kuat, SSAS dan tim akan semampu mereka membantu membuka jalan untuk perkembangan dan kemajuan seniman tersebut.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//