• Berita
  • Mahasiswa UPI Menolak Lupa Peristiwa Nakba

Mahasiswa UPI Menolak Lupa Peristiwa Nakba

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menyerukan mahasiswa internasonal agar terus mendukung kemerdekaan Palestina. Aksi ini diwarnai penggalangan donasi.

Pembentukan mozaik bendera Palestina dalam aksi gerakan solidaritas mahasiswa UPI untuk Palestina, Rabu 15 Mei 2024, di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. (Foto: Helni Sadiyah/BandungBergerak.id)

Penulis Helni Sadiyah16 Mei 2024


BandungBergerak.idGerakan Solidaritas Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Students For Justice In Palestine (UPISJP) mengadakan aksi solidaritas untuk Palestina bersamaan dengan peringatan 76 tahun peristiwa Nakba. Aksi yang diikuti masyarakat sipil ini juga sebagai bentuk dukungan gerakan mahasiswa internasional yang menyoroti isu Palestina.

Gerakan UPISJP digelar di Taman Baretti Kampus UPI Bumi Siliwangi, Bandung, Rabu, 15 Mei 2024) sore. Aksi damai ini melibatkan serangkaian kegiatan, yaitu mimbar bebas, pembentukan mozaik bendera Palestina, serta kegiatan edukasi dan riset yang bertujuan untuk meningkatkan kepekaan mahasiswa UPI terhadap isu Palestina.

Koordinator aksi Galvin Eka Nurullah menjelaskan, tujuan dari gerakan solidaritas ini adalah untuk mengingat peristiwa Nakba yang monumental bagi Palestina serta mendukung gerakan mahasiswa internasional yang berpihak kepada Palestina. Gerakan solidaritas ini tidak hanya berhenti pada satu hari saja, melainkan akan diikuti dengan kajian-kajian lebih lanjut untuk mendalami pemahaman mahasiswa tentang isu-isu yang terjadi di Palestina.

“Untuk penyelenggaraan aksi itu menyesuaikan kondisi, kita lebih mengutamakan untuk mengedukasi. Inshaaallah nanti akan ada kelas-kelas tentang apa itu Palestina dan bagaimana kondisi yang terjadi di sana,” ujar Galvin.

Retno Ayu Hardianti, dosen Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI, mengapresiasi aksi ini. Ia menekankan pentingnya aksi lanjutan di media sosial.

“Setelah aksi ini, jangan berhenti di sini saja, tetapi lanjutkan dengan aksi pribadi di rumah dengan menyuarakan di media sosial. Kita tahu, informasi tentang Palestina hampir dibatasi di media sosial. Kita bisa melawan dengan terus membuat algoritma tetap berputar supaya satu sama lain saling menginfluen. Yang kedua adalah membangun kesadaran individu untuk menjadi kesadaran kolektif, salah satunya adalah dengan mengikuti aksi,” ungkap Retno.

Ia juga menekankan pentingnya pencerdasan untuk membangun kesadaran kolektif mahasiswa.

“Harapan untuk aksi ini adalah tidak dimaknai sebagai sekadar kumpul-kumpul, tetapi juga sebagai pencerdasan bahwa Palestina telah lebih dari tujuh puluh tahun dijajah oleh Israel. Dunia ini melihat, tidak hanya muslim, tetapi berbagai ras dan agama melihat Palestina sebagai negara yang belum merdeka dan masih dalam kondisi yang luar biasa tersiksa,” tegas Retno.

Peristiwa Nakba, Awal Mula Penggusuran Warga Palestina

Nakba dalam bahasa Arab berarti "malapetaka". peristiwa ini merupakan awal penjajahan Zionis Israel terhadap bangsa Palestina. Setiap tahun pada 15 Mei, warga Palestina memperingati Hari Nakba. Peristiwa ini bermula dari deklarasi pendirian negara Israel pada 14 Mei 1948 oleh pasukan Zionis dengan dukungan pemerintah Inggris, yang memicu perang Arab pertama.

Pertempuran ini berlangsung hingga Januari 1949 dan berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata antara Israel, Mesir, Lebanon, Suriah, dan Yordania. Peristiwa ini menghasilkan Garis Hijau yang diakui sebagai batas antara Israel dan Tepi Barat.

Pada 9 April 1948, lebih dari 110 pria, wanita, dan anak-anak di desa Deir Yassin dibantai oleh milisi Irgun dan Stern Gang Zionis. Tragedi ini menambah catatan kelam sejarah penjajahan Palestina.

Sampai saat ini, konflik Israel Palestina terus berlanjut dan tercatat sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah peperangan di wilayah tersebut.

Aksi solidaritas terhadap Palestina ini menggambarkan komitmen mahasiswa UPI dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina serta pentingnya solidaritas dalam mengatasi krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung. Di Akhir rangkaian kegiatan tersebut, Gerakan Solidaritas UPI Students For Justice In Palestine, mengeluarkan pernyataan sikap sebagai berikut:

  1. Mengutuk keras segala bentuk genosida Israel terhadap Palestina karena telah jelas melanggar hak asasi manusia dan hukum Internasional yang berlaku.
  2. Mengecam berbagai sikap negara-negara pro Israel yang menghalangi upaya negara Palestina untuk berdiri sebagai negara merdeka dan memiliki hak penuh atas keanggotaannya di Perserikatan Bangsa B
  3. Mendukung sikap Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang secara konsisten berdiri tegak bersama bangsa Palestina untuk memperjuangkan hak kemerdekaannya, serta menolak mengakui kedaulatan Israel dan menutup hubungan diplomatik dengan Israel.
  4. Mendukung secara penuh terhadap gerakan solidaritas untuk Palestina yang terjadi di kampus-kampus seluruh dunia dalam menyuarakan kemanusiaan dan keadilan untuk terus menjunjung tinggi keadilan bagi Palestina.
  5. Mengajak seluruh elemen masyarakat Indonesia secara umum, dan seluruh sivitas akademika secara khusus untuk terus memperhatikan kondisi krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina, serta meningkatkan kesadaran dan kepedulian dengan memberikan berbagai dukungan secara moril dan materiil terhadap perjuangan bangsa Palestina untuk memperoleh hak kemerdekaannya.

Baca Juga: Ancaman Konflik Israel-Palestina terhadap Perekonomian Dunia
Seruan Solidaritas Aksi Kamisan Bandung untuk Rafah, Palestina
Unjuk Rasa Anti-Israel di Bandung, Kemerdekaan Palestina Tergantung Amerika

Perang Arab Israel

Laman resmi United Nations menjelaskan, Nakba mengacu pada perpindahan massal dan perampasan hak milik warga Palestina selama perang Arab Israel tahun 1948. Sebelum Nakba, Palestina adalah masyarakat multietnis dan multikultural. Namun, konflik antara orang Arab dan Yahudi semakin intensif pada tahun 1930an dengan meningkatnya imigrasi orang Yahudi, didorong oleh penganiayaan bernuansa antisemit di Eropa.

Pada bulan November 1947, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang membagi Palestina menjadi dua negara, satu negara Yahudi dan satu negara Arab, dengan Yerusalem berada di bawah pemerintahan PBB. Dunia Arab menolak rencana tersebut, dengan alasan bahwa hal tersebut tidak adil dan melanggar Piagam PBB.

Milisi Yahudi melancarkan serangan terhadap desa-desa Palestina, memaksa ribuan orang mengungsi. Situasi ini meningkat menjadi perang besar-besaran pada tahun 1948, dengan berakhirnya Mandat Inggris dan kepergian pasukan Inggris, deklarasi kemerdekaan Negara Israel dan masuknya tentara Arab tetangga. Pasukan Israel yang baru dibentuk melancarkan serangan besar-besaran. Akibat perang tersebut adalah perpindahan permanen lebih dari separuh penduduk Palestina.

Sejak bulan Desember 1948, Majelis Umum PBB menyerukan pengembalian pengungsi, restitusi properti dan kompensasi (resolusi 194 (II)). Namun, 75 tahun kemudian, meski PBB telah mengeluarkan banyak resolusi, hak-hak warga Palestina terus diingkari. Menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) lebih dari 5 juta pengungsi Palestina tersebar di seluruh Timur Tengah. Saat ini, warga Palestina terus dirampas dan terusir dari pemukiman Israel, penggusuran, penyitaan tanah, dan pembongkaran rumah.

Peringatan Nakba adalah pengingat tidak hanya akan peristiwa tragis tahun 1948, namun juga ketidakadilan yang terus menerus diderita oleh rakyat Palestina. Nakba memberikan dampak yang besar terhadap rakyat Palestina, yang kehilangan rumah, tanah, dan cara hidup mereka. Peristiwa ini masih menjadi peristiwa yang sangat traumatis dalam ingatan kolektif mereka dan terus membentuk perjuangan mereka demi keadilan dan hak mereka untuk kembali ke rumah. Pada tahun 2022, Majelis Umum PBB meminta agar peringatan tersebut diperingati pada tanggal 15 Mei 2023, untuk pertama kalinya dalam sejarah PBB.

*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya Helni Sadiyah, atau artikel-artiikel lain tentang Konflik Palestina Israel

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//