• Berita
  • Kisah At-Tin Nna Labrador: Sebuah Kritik untuk Kemanusiaan

Kisah At-Tin Nna Labrador: Sebuah Kritik untuk Kemanusiaan

At-Tin Nna hidup bersama anjingnya yang setia, Labrador. Lakon garapan Pujangga Sirkus ini berkisah tentang gadis yang mendapat stigma buruk dari masyarakat.

Pentas teater Pujangga Sirkus dengan judul At-Tin Nna Labrador di kampus UPI, Bandung, Jumat, 24 Mei 2024. (Foto: Arya Rizaldi/BandungBergerak.id)

Penulis Helni Sadiyah27 Mei 2024


BandungBergerak.idKisah At-tin Nna membawa kita ke dalam dunia seorang gadis yang dicap tidak waras dan diperlakukan diskriminatif oleh masyarakat. At-tin Nna dalam pertunjukan drama ini disimbolkan sebagai perjuangan melawan stigma sosial yang merenggut hak asasi manusia.

Sorotan lampu menyinari panggung dengan cahaya temaram. Sebuah rumah kayu dengan bingkai dari dahan-dahan pohon yang menjuntai. Di sudut kiri panggung berdiri seorang gadis berambut kusut dengan tatapan liarnya, ditemani seekor anjing. Adegan ini menegaskan persahabatan yang tak dapat dipisahkan antara manusia dan hewan.

Suasana hening seketika berubah ketika sosok nenek tua dan beberapa warga desa berbisik-bisik menggema di atas panggung. Nenek tua itu menghampiri si gadis.

“Namamu adalah At-tin Nna bukan? At-tin nna sayang tidak dengan mamah papa? At-tin Nna sayang tidak dengan mamah papa?”

Raungan gadis itu memecah kesunyian. Anjing yang ada di sisinya ikut menggonggong menandakan penolakan dan perlawanan terhadap nenek tua dan warga desa.

At-tin Nna adalah nama gadis itu. Ia lahir dari hubungan sedarah antara kakak dan adik. Dari hubungan terlarang ini, At-tin Nna terlahir dengan kondisi jiwa yang cacat. Berbekal dorongan hati, At-tin Nna berusaha mencari penerimaan dan cinta.

Jumat 24 Mei 2024, pagelaran sastra persembahan Pujangga Sirkus bertajuk "At-Tin Nna Labrador" berlangsung meriah dan berhasil menarik perhatian banyak penonton. Acara ini dibagi menjadi dua sesi, dengan sesi pertama dimulai pada pukul 13.00 WIB dan berlangsung hingga pukul 15.00 WIB. Pada malam harinya, sesi kedua dimulai pada pukul 19.00 WIB dan berakhir pukul 21.00 WIB.

Pertunjukan teater kampus UPI Bandung ini selalu dinantikan oleh mahasiswa di program studi pendidikan dan nonkependidikan bahasa dan sastra Indonesia. Acara ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam bidang sastra, menjadikan panggung sebagai tempat untuk menghidupkan imajinasi dan menyampaikan pesan-pesan penting kepada masyarakat.

Baca Juga: Bertemu Dua Kehidupan Baru
Cerita Para Perempuan ODHIV Menyusun Kembali Pecahan-pecahan Hidupnya
Praktik Kotor Calon Kepala Daerah dalam Lakon Teater Awal Bandung

Pentas teater Pujangga Sirkus dengan judul At-Tin Nna Labrador di kampus UPI, Bandung, Jumat, 24 Mei 2024. (Foto: Arya Rizaldi/BandungBergerak.id)
Pentas teater Pujangga Sirkus dengan judul At-Tin Nna Labrador di kampus UPI, Bandung, Jumat, 24 Mei 2024. (Foto: Arya Rizaldi/BandungBergerak.id)

Kritik terhadap Stigma dan Diskriminasi

Penulis naskah Moch. Azky menjelaskan, At-Tin Nna Labrador adalah dua individualitas yang tersendiri. At-tin nna adalah nama tokoh utama yang mengalami gangguan mental sejak lahir, dan Labrador adalah nama salah satu jenis anjing, Labrador Retriever. Jika dikaji lebih dalam, Labrador Retriever adalah jenis anjing yang membawa kembali, seperti saat pemburu menembakkan burung dan anjing tersebut membawa kembali burung itu tanpa terluka.

“Dalam pagelaran ini, burung tersebut adalah At-tin nna, yang lahir dari kondisi atau situasi yang terluka. Anjing di sini adalah dualitas At-tin nna itu sendiri, yang membawa At-tin nna pada bentuk kesetiaan abadi hidup bersama anjingnya,” ungkap Azky.

Karakter At-tin nna sendiri terinspirasi dari kisah nyata kasus pembakaran seorang ODGJ di Papua.

“Saya terinspirasi dari kasus pembakaran ODGJ di Papua. Kejadian tersebut memicu saya untuk menulis naskah ini, dengan gaya yang surealis dan absurd, yang memang saya gemari. Karakter At-tin nna labrador menjadi penuh dengan simbol-simbol yang dapat diinterpretasikan oleh setiap orang dengan cara yang berbeda,” ungkap Azky.

Beberapa adegan dalam drama memperlihatkan tindakan buruk masyarakat terhadap At-tin nna, yang pada akhir cerita disimbolkan dalam bentuk hewan-hewan. Masayarakat ini digambarkan lebih kejam daripada hewan, sementara hewan dalam drama tersebut justru menunjukkan sifat lebih manusiawi.

“Saya ingin memperlihatkan bagaimana masyarakat kita sering memandang sebelah mata ODGJ. Drama ini mencerminkan beberapa tindakan buruk masyarakat yang pada akhirnya menggambarkan masyarakat sebagai hewan-hewan, sementara hewan bersifat lebih manusiawi,” ungkap Azky.

Melalui drama "At-Tin Nna Labrador," penonton diajak merenung tentang realitas sosial yang sering kali melupakan hak asasi manusia, terutama dalam memperlakukan individu yang berbeda. Kisah At-tin Nna menjadi cermin bagi kita untuk mempertanyakan sikap diskriminatif dan stigma sosial yang masih mengakar dalam masyarakat. Drama ini memberikan panggung yang kuat untuk mengkritik dan merenungkan pentingnya kemanusiaan dan empati dalam kehidupan sehari-hari.

*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya Helni Sadiyah, atau artikel-artiikel lain tentang Teater

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//