• Berita
  • Pameran Seni Menolak Genosida Israel di Tanah Palestina

Pameran Seni Menolak Genosida Israel di Tanah Palestina

Sebanyak 85 seniman dari Pulau Jawa mendoakan Palestina melalui karya-karyanya yang dipamerkan di Galeri Pusat Kebudayaan, Jalan Naripan, Bandung.

Pengunjung di pameran Genosida, Galeri Pusat Kebudayaan, Bandung, Jumat, 24 Mei 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak)

Penulis Salma Nur Fauziyah28 Mei 2024


BandungBergerak.idAda atmosfir yang berbeda saat memasuki Galeri Pusat Kebudayaan, Jalan Naripan, Bandung. Sirene perang meraung-raung menusuk relung hati. Pengunjung langsung diteror seni instalasi perang yang mencekam.

Pameran ini mengusung tajuk Genosida, sebuah kata yang cukup sering didengar belakangan ini terutama saat membicarakan nasib warga Palestina yang dikepung zionisme Israel. Kekejaman konflik bertebaran di media sosial. Banyak video yang menampakkan gedung-gedung hancur, evakuasi korban yang terjebak dalam reruntuhan, dan mayat-mayat anak tidak berdosa.

Sebagai respons atas kekejaman itu, para seniman dari rentang usia yang berbeda-beda, kompak menyuarakan konflik Palestina lewat karya yang beragam. Masing-masing karya dipasang berdekatan, menampilkan kesedihan dan tragedi konflik yang tidak berkesudahan. Salah satu karya yang menggugah adalah milik Tulus Rahadi, “Tears and Debris #1 dan #2”.

Dua lukisan tersebut tertuang dalam kanvas beda ukuran, tapi memiliki judul yang sama. Karya ini hampir menyerupai campuran lukisan abstrak dan gambaran anak-anak. Bentuknya terlihat tidak karuan.

Namun, jika dilihat lebih seksama terdapat aksen-aksen siluet wajah manusia yang menderita, bangunan-bangunan tidak utuh, hingga senjata dan tank baja. Seolah-olah sang pelukis ingin menonjolkan ketidakaruan itu agar dapat memberikan gambaran bagaimana kondisi Palestina yang semerawut akibat dibombardir tentara Israel.

“Jadi sebuah bentuk support buat Palestina. Bagus sih menurut saya. Karya-karyanya bagus-bagus semua,” tutur Ihsan (27 tahun), pengunjung yang bekerja sebagai karyawan swasta.

Instalasi semangka di Pameran Genosida, Galeri Pusat Kebudayaan, Bandung, Jumat, 24 Mei 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak)
Instalasi semangka di Pameran Genosida, Galeri Pusat Kebudayaan, Bandung, Jumat, 24 Mei 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak)

Secara tidak langsung, pameran ini membuat para pengunjung dapat merasakan bagaimana situasi konflik di Palestina. Ihsan sendiri mengetahui pameran ini lewat flyer yang dibagikan oleh sang adik, yang kebetulan mengirimkan karya dan berhasil melewati fase kurasi.

Karya sang adik, Ulfah, merupakan sebuah lukisan cat minyak di atas media canvas berukuran 50 x 60 cm. Menampakan sebuah mata sembab bercucuran air mata. Siluet wajah seorang perempuan yang dibiarkan menyatu dengan latar berwarna kulit. Nampak jelas rasa kesedihan mendalam di lukisan itu.

“Semoga banyak yang tahu lagi acara ini. Banyak ngelakuin support Palestina ginilah bentuknya,” harap Ihsan.

Sama seperti Ihsan, pengunjung lainnya Diva mengakui selama di pameran bisa merasakan bagaimana penderitaan dan perjuangan para saudara yang ada di Palestina. Ia berharap pameran ini bisa menjadi representasi perjuangan yang dirasakan rakyat Palestina.

“Harapannya terus berlanjut, yah. Karena memang seni itu gak cukup satu kali aja,” ujar Diva yang saat ini aktif berkuliah sebagai Mahasiswi PPG UPI Pendidikan Seni Rupa.

Baca Juga: TEDxBandung Mendorong Gerakan Inisiatif Komunitas dan Akar Rumput untuk Mengolah Gagasan
Menuju 70 Tahun Konferensi Asia Afrika, Membumikan Spirit Bandung

Pameran Genosida, Galeri Pusat Kebudayaan, Bandung, Jumat, 24 Mei 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak)
Pameran Genosida, Galeri Pusat Kebudayaan, Bandung, Jumat, 24 Mei 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak)

Menyuarakan Isu Lewat Karya

Konflik Palestina yang kian mengkhawatirkan. Pembataian di mana-mana. Melihat situasi yang mengenaskan, seniman menyuarakan rasa keprihatinannya. Mereka menggunakan rasa mendalam untuk melukiskan penderitaan itu lewat sebuah karya.

Karya-karya itu kemudian yang dicoba Isa Perkasa, kurator pameran, untuk dikumpulkan dengan membuka open call dengan tema genosida di Palestina. Alhasil, ada sekitar dua ratus seniman yang mengikuti open call itu.

Ada 85 karya yang berhasil dikurasi berasal dari seniman di beberapa kota di pulau Jawa. Pameran ini juga merupakan hasil dari kolaborasi Galeri Pusat Kebudayaan dan Institut Drawing Bandung. Tanpa didanai siapa pun. Murni hasil patungan para seniman. 

Bandung tidak asal dipilih menjadi tempat penyelenggaraan pameran. Semuanya karena nilai historis yang dimiliki Bandung sebagai tempat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, forum internasional yang menggaungkan antipenjajahan. Pas dengan tema pameran ini. 

“Secara hati, bahwa karya seni itu seperti doa. Karena biasanya doa seniman itu suka dikabulkan,” ujar Isa, memaknai pameran ini sebagai doa yang dipanjatkan para seniman lewat karya-karyanya. 

Pembukaan pameran dilakukan dengan amat sederhana dan berbeda. Tidak ada seremoni macam-macam. Hanya penjelasan pameran dan performance art dari sang kurator bersama seniman pantomim Wanggi Hoed. Pertunjukan itu disimbolkan dengan semangka yang dipamerkan di sebuah meja kecil. Itu adalah hasil dari pertunjukan seni saat pembukaan. Semangka sebagai simbol Palestina itu dicokel dan dibuang isinya. Kemudian dipakai di kepala.

“Ketika dipakai itu kita pengap di dalam itu. Pengap dan gak ada lubang penglihatan di sana. Jadi buta. Seperti kita seorang buta gitu,” jelas Isa. “Itu seperti halnya orang Palestina sekarang. Mereka tidak bisa keluar di dalam itu.”

Harapan Isa adalah kemerdekaan Palestina. Jika sudah merdeka, doa para seniman benar-benar dikabulkan. Namun, kalau kondisinya makin memburuk, pameran ini akan ada babak berikutnya.

“Jadi mudah-mudahan dengan pameran ini yang bisa berdampak, punya gaung ke luar. Kemarin juga ada orang Amerika, orang Australia ke sini datang. Mereka juga terkaget-kaget.

Kok bisa ya seniman bisa ikut terlibat di peristiwa Palestina ini di sini?” tutur Isa.

Pameran ini akan diselenggarakan selama sembilan hari dari tanggal 22 - 30 Mei 2024. Akan ada perfomance art menanti menuju akhir pameran ini. Jangan sampai terlewatkan.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Salma Nur Fauziyah atau artikel-artikel lain tentang Pameran Seni

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//