• Berita
  • TEDxBandung Mendorong Gerakan Inisiatif Komunitas dan Akar Rumput untuk Mengolah Gagasan

TEDxBandung Mendorong Gerakan Inisiatif Komunitas dan Akar Rumput untuk Mengolah Gagasan

Setelah vakum tujuh tahun, TEDxBandung hadir kembali dengan tema The Brave and The Brilliant. Menjadi wadah bagi komunitas dan akar rumput.

Foto bersama narasumber setelah setelah sesi Fireside Chat usai. Dari kiri terlihat M. F. Rosiy, Zen RS, Bea Bethari, Adi Panuntun, Radix Hidayat, dan Ayu Oktariani, Minggu, 05 Mei 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak.id)

Penulis Salma Nur Fauziyah9 Mei 2024


BandungBergerak.idSetiap orang pasti memiliki ide serta gagasan mengenai suatu hal yang berkaitan dengan lingkungannya. Ide yang tercetus terkadang berakhir hanya sebagai angan-angan saja, karena tidak ada keberanian dan dukungan orang sekitar dalam mewujudkannya menjadi kenyataan. Ide perlu didengar oleh khalayak luas dan dikembangkan bersama, agar dapat membentuk masa depan dengan lebih baik.

Hal itulah yang menjadi misi TED (Technology, Entertaiment, and Design), sebuah organisasi nonprofit yang berlokasi di New York dan Vancouver, dengan slogannya ‘Ideas Change Everything’ atau ide dapat mengubah segalanya. TED lahir pertama kali dalam bentuk konferensi tahun 1984 dengan fokus dalam tiga topik utama: teknologi, hiburan, dan desain. Hingga saat ini topik pembicaraan pun meluas dan mempunyai berbagai macam program, salah satunya TEDx.

Program TEDx merupakan gerakan inisiatif akar rumput dengan membawa misi TED untuk mencari ide-ide yang layak disebarluaskan di kalangan komunitas lokal. Acara ini dikelola secara individual (tanpa campur tangan TED) dengan catatan menggunakan format yang sudah ditentukan di bawah lisensi gratis yang diberikan TED.

“TEDxBandung dimulai dari mimpi sederhana: menyediakan panggung bagi pahlawan lokal di Bandung,” kata Radix Hidayat, Licensee TEDx Bandung tahun 2010-2017 dalam kata pengantarnya di X-Journey.

TEDxBandung pertama kali muncul tahun 2010 dan selama tujuh tahun berhasil menggelar sebanyak lima kali acara standar dan berbagai bentuk acara lainnya. Banyak tokoh terkenal yang turut hadir pada TEDxBandung seperti Sujiwo Tedjo, Ridwan Kamil, hingga Panji Pragiwaksono. Tidak hanya itu, acara serupa pun turut hadir di tingkat universitas. Acara TEDx yang dikelola beberapa universitas, seperti TEDxITB, TEDxUPI, TEDxUnikom, dan lain-lain.

Penampilan kolaborasi antara Adew Habsta dan Denny Darko dengan JBI yang menerjemahkan musik bagi teman-teman tuli, Minggu, 05 Mei 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak.id)
Penampilan kolaborasi antara Adew Habsta dan Denny Darko dengan JBI yang menerjemahkan musik bagi teman-teman tuli, Minggu, 05 Mei 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak.id)

Kembali Dengan Konsep Lebih Segar

Sempat vakum hingga tujuh tahun lamanya, TEDxBandung kembali menyapa masyarakat pada Minggu, 5 Mei 2024, di Urbane Café, Bandung. Acara ini dapat terlaksana berkat inisiasi M. F. Rosiy atau lebih akrab disapa Zi sebagai pemegang Licensee baru TEDxBandung. Pun tidak lupa dengan bantuan para sukarelawan yang berjumlah sebanyak 50 orang dengan rentang usia 20-30 tahunan dan para mitra yang bersangkutan.

“Melalui TEDxBandung, Kami ingin menciptakan pengalaman yang berlandaskan inklusivitas, inovasi, dan berkelanjutan secara bertahap,” kata Zi dalam unggahan Mukadimah di Instagram resmi TEDxBandung.

Mengusung tema ‘The Brave and The Brilliant’, TEDxBandung memberikan pengalaman baru lewat berbagai kegiatan yang disajikan. Tirtadiani F. atau biasa dipanggil Tirta (22) menjelaskan, pengambilan tema ini mengacu pada tema TED tahun ini yang juga menjadi peringatan ke-40 tahun. Konsep tema tersebut kemudian diambil dan dibuat versi acaranya sendiri.

Kegiatan dimulai setelah melakukan registrasi ulang serta mengambil nametag, para Bandung-Bender – sebutan untuk para peserta TEDxBandung yang hadir –  dibawa masuk ke Galeri Yuliansyah Akbar untuk menikmati sesi pertama, yaitu Discovery Session. Di sana terdapat beberapa booth dari berbagai mitra yang hadir seperti  Dilans, Aras Xlab, Tunas Nusa Foundation, Alunan Nusantara, Urbane, Bandung Bergerak, Chi Scents, hingga Zenna Home Living.

Di lantai ketiga galeri tersebut terdapat poster yang memuat perjalanan TEDxBandung dari tahun 2010. Semua yang dijumpai pada sesi ini bertujuan agar para Bandung-Bender dapat bernostalgia dan mempunyai pengalaman menemukan sesuatu yang baru mereka jumpai di masing-masing booth yang tersedia.

Hal yang menarik adalah kolaborasi antara Tunas Nusa Foundation, Aras Xlab dan TEDxBandung. Tunas Nusa Foundation yang bergerak di bidang riset, meriset orang muda di Bandung dan hasilnya kemudian direpresantasikan dalam bentuk metahuman bernama Ujang. Tirta sedikit memberi bocoran jika nanti akan ada karakter baru lagi yang akan dikeluarkan, tapi ia belum dapat membocorkan gambarannya.

Menjelang sore, acara Watch Party pun digelar dengan konsep menonton TEDxLive secara streaming. Video yang ditampilkan merupakan konten kilas balik penampilan TEDxBandung dan konten eksklusif dari penampilan para panelis terpilih pada acara TED 2024 pada 15 -19 April di Kanada. Salah satu di antaranya adalah penampilan dari Gibran Huzaifah (CEO E-Fishery), yang juga turut hadir dan mengisi sesi 1:1 Coversation.

Tidak hanya 1:1 Coversation saja, ada sesi acara Fireside Chat yang dipandu oleh Ayu Oktariani (Aktivis HIV dan penggiat gerakan perempuan) dengan tiga panelis yang turut memeriahkan diskusi mengenai tema The Brave and The Brilliant selama satu jam. Ketiga panelis itu ada Adi Panuntun (CEO Sembilan Matahari), Bea Bethari (pengusaha sosial, Plastavfall), dan Zen RS (Pemimpin Redaksi Narasi) masing-masing bercerita mengenai pengalaman mereka sambil memaknai makna keberanian dan brilian menurut versi mereka sendiri.

“Definisi berani buat saya adalah dua hal. Satu, itu harus tindakan yang benar. Kedua, keberanian adalah momen ketika tidak ada satupun alasan akal sehat yang bisa mewajarkan kita melakukan itu tapi kita berani melakukannya. Kalau masih ada satu-dua alasan sehat untuk melakukannya, menurut saya itu belum sampai di level keberanian,” ujaar Zen RS memaknai apa itu keberanian dalam sesi Fireside Chat. 

Di sela-sela acara, ada penampilan kolaborasi yang dimeriahkan oleh petikan gitar serta nyanyian merdu dari Adew Habsta dan dilengkapi dengan lukisan pasir secara langsung oleh Denny Darko. Mereka berdua merupakan alumni TEDxBandung tahun 2011. Selain itu, waktu istirahat dan After-party diisi dengan waktu makan bersama dan berkenalan antarsesama.

“Kita juga selain memberikan experience dari acaranya itu sendiri, juga kita memberikan experience kayak makanan-makanan. Itu juga sebenarnya dari konsep acara kita. Karena kita juga gak mau bikin mereka, kayak oke kita kasih mereka ide tapi kita juga pengen tetap bikin mereka happy gitu dengan cara ngasih mereka makan,” ujar Tirta selaku Asisten Kurator TEDxBandung 2024.

Baca Juga: Warga Dago Elos Terus Mengawal Kasus Pidana Keluarga Muller, Jalan Panjang Menuju Peluang Mengubah Putusan Mahkamah Agung
Kantor Staf Presiden Berjanji Membantu Warga Dago Elos Melakukan Pendataan Melawan Mafia Tanah
Duo Muller Tersangka Penipuan, Harapan Baru Bagi Perjuangan Warga Dago Elos

Penampakan booth Alunan Nusantara di Galeri Yuliansyah Akbar dalam Discovery Session, Minggu, 5 Mei 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak.id)
Penampakan booth Alunan Nusantara di Galeri Yuliansyah Akbar dalam Discovery Session, Minggu, 5 Mei 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak.id)

Kata Mereka tentang TEDxBandung

Salah satu Bandung-Bender yang datang pada acara TEDx, Helsy Shelfyda Sribarinto seorang mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris UIN SGD Bandung, menyampaikan rasa senangnya dapat menghadiri acara TEDx kembali. Sebelumnya, ia bercerita pernah diajak kakak tingkatnya untuk berkunjung di acara TEDxITB 7.0 beberapa bulan lalu. Hal yang terlintas dibenaknya adalah sebuah forum diskusi. Tetapi, ternyata lebih dari apa yang dipikirkannya. Ia menganggap lebih banyak tantangan karena ia bertemu banyak sekali orang-orang dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bahkan sudah bekerja. Di sisi lain, ia bisa belajar banyak dari mereka.

Helsy menilai kedua acara TEDx yang ia ikuti sama-sama mempunyai nilai yang bagus. Bedanya, saat di TEDxITB ada sesi forum diskusi membahas mengenai emisi energi dan bagaimana jika diterapkan di Indonedia. Di TEDxBandung, Helsy merasa jika di sini lebih berkomunitas yang mungkin suatu saat akan berkolaborasi membuat gerakan baru ataupun membuat gerakan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang belum usai di Bandung.

“Aku ngerasa kayak aku lagi di fase itu sekarang. Mencoba untuk berani ikut kegiatan kayak gini, untuk ngepush diri juga kira-kira seberapa kemampuan aku tuh dan ranah aku tuh kira-kira bakal ke mana. Ini kayak momen-momen yang pas banget buat aku challenging diri aku sendiri,” ujar Helsy saat mengutarakan perasannya terhadap tema acara TEDxBandung tahun ini.

Sebagai acara yang lahir kembali, semua sukarelawan yang mendaftar menjadi panitia perlu menyusun semua hal ini dari awal. Menurut Muhammad Chilmi (28 tahun), Koordinator Marketing Communication, perlu dua bulan dalam menyusun format serta panduan untuk penyesuaian kerja. Bahkan, beberapa panitia ada yang melakukannya secara Hybrid. Salah satunya Chilmi sendiri. Ia mengaku berasal dari Surabaya dan sebelumnya pernah menjadi relawan TEDxSurabaya bersama Rosiy selama dua tahun. Dedikasi dan kecintaanya dalam kegiatan kerelawanan membawanya ke Kota Kembang ini yang berpuluh kilometer jauhnya dari Surabaya.

“Menurutku kalau volunteer sih itu lebih ke preferensi aku dari dulu. Aku tuh lebih suka kalau merefresh otak biar gak stres itu ketemu orang, berorganisasi, terus berdiskusi,” ujar Chilmi yang saat ini bekerja sebagai Kontraktor Interior.

Bandung menjadi tempat yang menarik bagi Chilmi. Menurutnya, geliat komunitas yang sangat hidup menjadikan Bandung sebenarnya memiliki potensi yang besar jika ia bandingkan dengan tempat asalnya. Dengan tema The Brave and The Brilliant, Chilmi memadang ide-ide yang cemerlang itu biasanya muncul kapan saja dan bisa menarik banyak orang. Tapi, terkadang orang-orang tidak memiliki keberanian untuk mewujudkannya. Maka, ia berpendapat TEDx bisa menjadi wadah yang mendorong ide-ide untuk dimanfaatkan dan diwujudkan melalui komunitas TEDx sendiri.

Mengisi waktu kosong setelah lulus menjadi salah satu alasan Tirta mengikuti sukarelawan TEDxBandung ini. Sebelumnya, ia sudah lama mengenal TED dari konten-konten yang diunggah di YouTube. Meski ia mengakui jika masih belum paham apa perbedaan di antara TED dan TEDx. Saat ada pengumuman sukarelawan dibuka, Tirta mendaftar merasa penasaran bagaimana berada di tengah-tengah acara TED

“Jujur, ini pengalaman pertama aku juga jadi Asisten Kurator. Emang, sih, pas pertama aku join tuh aku masih banyak gak ngertinya, masih banyak gak ngertinya. Cuman karena lingkungan di sini juga membantu aku berkembang dan belajar. Jadinya, aku sedikit-sedikit jadi paham gitu,” kata Tirta yang merasakan banyak manfaat untuk dapat mengembangkan diri dan memberikan dukungan moril terhadap sesamanya selama menjadi sukarelawan.

Tirta menyebut, acara ini merupakan langkah awal untuk mengembangkan antusias warga Bandung. Agar rasa antusiasme itu terus hidup hingga acara berikutnya yang mungkin akan diselenggarakan sekitar akhir tahun.

*Kawan-kawan dapat menyimak karya-karya lain Salma Nur Fauziyah, atau artikel-artikel lain tentang Komunitas Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//