• Berita
  • Orang Muda Bandung Mendesak Dilibatkan Merumuskan Kebijakan Pemerintah

Orang Muda Bandung Mendesak Dilibatkan Merumuskan Kebijakan Pemerintah

Jumlah kendaraan bermotor di Bandung Raya mencapai 2,3 juta unit. Jumlah jalan sedikit. Transportasi umum dan tata kota harus diperbaiki.

Kemacetan lalu lintas di Jalan Oto Iskandar Dinata, Kota Bandung, 4 ‎Oktober ‎2022. Setiap tahunnya kemacetan lalu lintas di Bandung dirasakan meningkat. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul29 Mei 2024


BandungBergerak.idKeterlibatan orang-orang muda Bandung dalam perumusan kebijakan yang partisipastif dan bermakna perlu dilakukan untuk menghadiran kebijakan publik yang lebih baik. Telebih di Bandung Raya sebagai kawasan aglomerasi yang terdiri dari empat kabupaten/kota dengan populasi terbanyak ke-4 di Indonesia pada tahun 2023 dengan jumlah penduduk 2,6 juta jiwa.

Atas dasar itu, Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), berkolaborasi dengan Meaningful Generation menyelenggarakan diskusi publik Bandung SOS 2024 dengan tajuk “Bikin Bandung Jadi Well: Pelibatan Orang Muda dalam Kebijakan Publik yang Bermakna” di Boscha Space Bandung, Minggu, 26 Mei 2024.

Diskusi yang dihadiri sekitar 80 orang muda itu mengangkat empat tema utama yang menjadi persoalan di Bandung, yaitu kesehatan, pendidikan, tata kota, dan lingkugan. Aktivis Zero Waste Yobel Novian Putra membahas tema lingkungan, Ketua KM ITB Fidela Marwa Huaida membahas tema tata kota, Program Manager IYCTC Ni Made Shellasih membahas tema kesehatan, dan Education Program Manager Mataharikecil Indonesia Foundation Sarah Rauzana membahas pendidikan.

Yobel Novian Putra menuturkan, Kota Bandung masih memiliki persoalan lingkungan di sektor persampahan yang belum kunjung selesai sejak kejadian di TPA Leuwigajah 2005 lalu. Menurutnya, belum ada perubahan yang signifikan terkait pengelolaan sampah di Metro Bandung selama 20 tahun ini.

Yobel menyebutkan, isu kunci dari persoalan persampahan di Bandung Raya yang menjadi tantangan, di antaranya terkait pengumpulan sampah terpilah serta penerapan hirarki pengelolaan sampah yang masih berfokus pada kumpul angkut buang yang berakhir di TPA atau bahkan insinerator. Sampah yang masih tercampur juga masih menjadi isu lama yang menyulitkan proses pengelolaan sampah yang optimal.

“Begitu sampah tercampur, (sampah) susah untuk diolah dengan tepat. Sampah organik apabila dikompos akan terkontaminasi silang dengan racun dari sampah anorganik, dan sampah anorganik yang basah (karena tercampur sampah organik) akan menjadi sulit didaur ulang,” ucapnya dalam diskusi, dikutip dari siaran pers IYCTC.

Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) Fidela Marwa Huwaida mengatakan, pada persoalan tata kota, kemacetan menjadi masalah utama yang dihadapi oleh warga Bandung Raya. Dengan jumlah kendaraan bermotor yang mencapai 2,3 juta, jalan-jalan yang terbatas menjadi sangat padat. Ruas jalan di Bandung Raya terbilang sempit inilah yang menjadi salah satu tantangan.

“Warga Bandung Raya terpaksa mengandalkan kendaraan pribadi karena fasilitas transportasi umum seperti angkot yang memiliki jalur tidak efisien dan Trans Metro Pasundan yang mengalami pengurangan bus dan rute,” ucapnya.

Fidela berpendapat, pengelolaan tata ruang kota Bandung Raya mesti selaras dengan penambahan pilihan transportasi umum. Pengelolaan tata ruang kota Bandung Raya banyak yang perlu diperbaiki.

Terpaan Isu Rokok

Fidela mengkritik banyaknya iklan produk yang berserak tidak sesuai tempat. Iklan-iklan produk rokok, makanan, poster politik, dan lain-lain yang menjamur di Bandung Raya menyebabkan polusi visual yang kurang elok dipandang.

“Selain itu, fasilitas umum seperti taman kota, walaupun tergolong cukup nyaman digunakan oleh warga, tetapi pengimplementasian kawasan tanpa rokok masih perlu dioptimalkan,” kata Fidela.

Di samping isu lingkungan dan tata kota, diskusi publik ini juga membahas isu kesehatan dan pendidikan, yang keduanya saling berkelindan. Program Manager IYCTC, Ni Made Shellasih, menyebutkan bahwa salah satu permasalahan kesehatan yang perlu diperhatikan adalah pergeseran penyakit tidak menular pada remaja, yang salah satu faktor risikonya adalah rokok.

Menurut Shella, berdasarkan data Riskesdas 2018, Jawa Barat menempati urutan provinsi ketiga tertinggi, di mana prevalensi perokok di Kota Bandung mencapai 34,04 persen.

“Belum selesai pemerintah mengatasi rokok konvensional, muncul rokok elektronik yang diklaim lebih aman. Regulasi yang ada pun belum mengatur secara spesifik terkait rokok elektronik dari sisi non-cukainya. Dampaknya yang multidimensi tentu harus disikapi melalui kebijakan yang menyehatkan warga Bandung terutama pada kaum muda,” kata Shella.

Education Program Manager Mataharikecil Indonesia Foundation Sarah Rauzana menjelaskan, pendidikan memegang peran krusial dalam pembangunan, terutama fondasinya untuk mencetak generasi yang kompeten dan inovatif. Karena inilah, pemerintah perlu memastikan adanya pemerataan pendidikan yang setara dan menjamin kualitas pendidikan yang layak untuk peningkatan SDM.

Metropolitan Bandung Raya masih memiliki banyak tantangan untuk mencapai visi pendidikan yang inkulusif dan merata. Salah satunya adalah masih terpaparnya instansi pendidikan dengan produk serta intervensi dari industri tembakau sehingga instansi pendidikan belum bisa layak untuk dikatakan sebagai Kawasan Tanpa Merokok (KTR). Hal ini tentu menjadi tantangan lainnya guna memastikan seluruh peserta didik dapat belajar di ruang yang aman dari intervensi dan produk industri rokok.

“Pendekatan pendidikan terbukti berkontribusi dalam mengurangi perilaku merokok sehingga penting untuk memastikan akses pendidikan yang layak untuk semua sebagai upaya peningkatan kualitas SDM serta tindakan preventif pengurangan prevalensi perokok,” kata Sarah.

Baca Juga: PROFIL TRANSPORTFORBANDUNG: Sukarela Membenahi Transportasi Publik
Bukan Hanya Jalan Layang, tapi Juga Layanan Transportasi Publik
Klaim Smart City Kota Bandung tak Membekas pada Transportasi Publik

Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) dan Generation menyelenggarakan diskusi publik Bandung SOS 2024 di Boscha Space Bandung, Minggu, 26 Mei 2024. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak)
Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) dan Generation menyelenggarakan diskusi publik Bandung SOS 2024 di Boscha Space Bandung, Minggu, 26 Mei 2024. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak)

Wadah Orang Muda

Ketua Umum IYCTC Manik Marganamahendra menyebutkan, agenda tersebut dilakukan sebagai upaya keterlibatan anak muda. Ia mengaku, acara tersebut dirancang untuk menjembatani komunikasi antara pemangku kebijakan dan kaum muda. Sehingga suara anak muda dapat lebih didengarkan dalam merancang kebijakan yang tidak hanya efektif tapi juga inklusif.

“Dengan melibatkan pemuda, diharapkan akan muncul solusi-solusi segar yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan generasi kini dan nanti,” kata mantan Ketua BEM Universitas Indonesia Periode 2019-2020 ini.

Manik juga membeberkan, kegiatan ini mengambil inisiatif dalam gerakan kolektif dengan tagar #SaveOurSurroundings dan #LindungiKiniNanti. Tagar ini memiliki makna untuk membangun kesadaran dan tindakan kolektif untuk berkomitmen menciptakan masyarakat dan masa depan kaum muda yang lebih baik.

Putri Indy Shafarina, selaku Co-Founder Meaningful Generation menambahkan, pemerintah daerah perlu melakukan evaluasi terkait peningkatan kualitas pendidikan yang mendorong keterlibatan orang muda. Ia menegaskan, peningkatan kualitas pendidikan menjadi salah satu kunci dalam pembangunan masyarakat.

“Maka kegiatan Bandung SOS ini menjadi wadah bagi teman-teman muda dalam menyampaikan gagasan dan aspirasinya,” jelas Putri.

IYCTC merupakan gabungan 45 organisasi kaum muda yang bergerak dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui advokasi kebijakan kesehatan yang bermakna dan memberdayakan orang muda sebagai subjek kebijakan. Sedangkan, Meaningful Generation adalah sekelompok orang muda dari latar belakang berbeda dan memiliki kepedulian yang sama untuk masa depan Indonesia.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Awla Rajul, atau artikel-artikel lain tentang Transportasi Umum Bandung Raya

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//