• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Mencermati Generasi Z sebagai Pendorong Kesetaraan Gender dalam Dunia Bisnis

MAHASISWA BERSUARA: Mencermati Generasi Z sebagai Pendorong Kesetaraan Gender dalam Dunia Bisnis

Generasi Z mendorong inovasi dalam budaya organisasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Menolak bias gender dan mendorong praktik inklusif gender.

Dyta Nadya Florentyna

Mahasiswa Administrasi Bisnis di Bandung

Ilustrasi. Salah satu kelompok yang hidup di masyarakat adalah kalangan feminis. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak.id)

21 Juni 2024


BandungBergerak.id – Generasi Z, lahir antara pertengahan 1990-an dan awal 2010-an, tumbuh di tengah arus informasi yang melimpah dan kemajuan teknologi yang signifikan. Mereka diakui sebagai generasi yang sangat peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, yang tercermin dalam keputusan konsumsi mereka yang didasarkan pada nilai-nilai kesetaraan, inklusifitas, dan keberlanjutan. Generasi Z memiliki peran penting dalam menginspirasi bisnis untuk lebih memperhatikan isu kesetaraan gender, mendorong perusahaan untuk mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam strategi mereka.

Generasi Z memiliki pengaruh besar dalam menentukan tren konsumsi dan sikap terhadap isu-isu sosial, termasuk kesetaraan gender. Mereka tidak hanya menjadi konsumen yang kritis, tetapi juga aktif menyuarakan pandangan mereka melalui berbagai platform digital. Media sosial menjadi alat yang efektif bagi mereka untuk memperjuangkan nilai-nilai yang mereka yakini, termasuk pentingnya kesetaraan gender.

Pengaruh ini tidak hanya berdampak pada preferensi konsumsi, tetapi juga memengaruhi strategi pemasaran dan operasional bisnis. Oleh karena itu, perusahaan yang ingin menarik perhatian Generasi Z perlu memperhatikan isu-isu yang mereka anggap penting, termasuk kesetaraan gender, serta menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang diusung oleh generasi ini untuk tetap relevan dan kompetitif.

Baca Juga: MAHSISWA BERSUARA: Belajar Metode Infrastruktur Hijau dari Swedia
MAHASISWA BERSUARA: Gerakan All Eyes on Papua untuk Keadilan di Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi
MAHASISWA BERSUARA: Paylater Mendukung Pelaku Usaha tapi Menghambat Pertumbuhan Ekonomi?

Agen Perubahan Menuju Kesetaraan Gender

Generasi Z memperlihatkan sikap yang lebih maju dan inklusif terhadap gagasan gender jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka sadar bahwa gender tidak terikat pada sekadar “pria” atau “wanita”, namun memiliki dimensi yang lebih kompleks dan beragam. Pendekatan ini mencerminkan komitmen mereka terhadap inklusi dan kesetaraan gender dalam setiap aspek kehidupan, termasuk di lingkungan kerja serta dalam pemilihan produk dan layanan.

Sebagai generasi yang dibesarkan di era teknologi dan media sosial, Generasi Z memiliki akses yang luas ke berbagai informasi tentang kesetaraan dan inklusi gender. Mereka dapat dengan mudah menemukan artikel, video, dan diskusi yang membahas isu-isu gender dari berbagai sudut pandang. Melalui akses ini, Generasi Z memperdalam pemahaman mereka tentang kompleksitas isu-isu gender dan berinteraksi dengan individu dari latar belakang dan pengalaman yang berbeda. Hal ini memungkinkan mereka untuk memperoleh wawasan yang berharga dan merasakan dukungan dari komunitas yang peduli dengan kesetaraan gender.

Peran Generasi Z dalam memperjuangkan kesetaraan gender di era modern sangat penting. Mereka terlibat dalam aksi langsung, kampanye online, dan gerakan sosial yang menyoroti isu-isu kesetaraan gender. Melalui platform digital dan jejaring sosial, mereka mengungkapkan pandangan mereka tentang pentingnya inklusifitas dan kesetaraan dalam segala aspek kehidupan, termasuk di tempat kerja, dalam kehidupan sosial, dan di dalam komunitas mereka.

Dukungan Generasi Z terhadap merek dan perusahaan yang menerapkan praktik kesetaraan gender sangat terlihat dalam preferensi konsumsi mereka. Mereka cenderung memilih produk dan layanan dari perusahaan yang memperhatikan kesetaraan gender dalam merek, kebijakan tenaga kerja, dan tanggung jawab sosial.

Dilansir dari weforum.org, Generasi Z merangkul perbedaan gender dan mendukung perusahaan yang melawan perubahan iklim, seksisme, dan kesenjangan pendapatan. 92% dari Generasi Z lebih mungkin untuk memprotes perusahaan dibandingkan generasi lain dan hampir 40% akan membahas seksisme di tempat kerja, dibandingkan dengan 24% dari generasi lebih tua. Lebih dari 20% mengatakan mereka akan mencari pekerjaan lain jika perusahaan tidak terlibat dalam isu sosial. Tekanan ini mendorong perusahaan untuk menjadi lebih inklusif dan responsif terhadap isu-isu kesetaraan gender.

Dampak tekanan dari Generasi Z terhadap perusahaan tidak dapat diabaikan. Agar bisa menarik dan mempertahankan generasi ini sebagai karyawan dan konsumen, perusahaan harus memberikan prioritas pada nilai-nilai kesetaraan gender dalam strategi mereka. Ini meliputi kebijakan internal seperti kesetaraan dalam gaji dan peluang karier, serta kebijakan eksternal seperti dukungan terhadap gerakan kesetaraan gender di masyarakat.

Generasi Z juga mendorong inovasi dalam budaya organisasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Mereka menantang norma-norma lama yang mendukung bias gender dan mendorong perusahaan untuk menerapkan kebijakan dan praktik yang mempromosikan keadilan gender. Ini mencakup adopsi sistem penghargaan yang adil, pengembangan program pelatihan yang inklusif, dan peningkatan representasi gender dalam posisi kepemimpinan.

Dengan sikap dan tindakan mereka, Generasi Z tidak hanya mengubah pandangan kita terhadap gender, tetapi juga mendorong perubahan nyata dalam praktik bisnis dan sosial. Mereka adalah kekuatan utama dalam mewujudkan dunia yang lebih adil dan setara bagi semua orang.

Mendorong Kesetaraan Gender dalam Bisnis

Kehadiran Generasi Z, kelompok yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, telah membawa sebuah era baru dalam kesadaran sosial dan advokasi kesetaraan gender. Dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, generasi ini yang tumbuh di era digital telah mengambil peran penting dalam memanfaatkan kekuatan media sosial untuk menggerakkan perubahan positif dalam dunia bisnis (Goh & Lee, 2018). Dengan keterlibatan aktif di platform-platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, Generasi Z telah menantang norma-norma gender tradisional dan memperjuangkan keterwakilan serta inklusi yang lebih besar dalam medan perusahaan.

Salah satu aspek yang menonjol dari pendekatan Generasi Z terhadap kesetaraan gender adalah penekanan mereka pada keterwakilan dan visibilitas yang otentik. Mereka menuntut agar bisnis menampilkan beragam teladan, baik dalam kampanye pemasaran maupun dalam struktur kepemimpinan mereka (Deloitte, 2019). Inilah yang telah mendorong pertumbuhan jumlah usaha yang dimiliki oleh perempuan serta semakin meningkatnya peran pengusaha perempuan sebagai sosok inspiratif bagi rekan-rekan mereka (Bourne & Calás, 2013). Tak hanya itu, preferensi Generasi Z terhadap merek yang sejalan dengan nilai-nilai mereka telah mendorong perusahaan untuk mengutamakan kebijakan dan praktik inklusif gender, mengakselerasi kemajuan menuju medan bisnis yang lebih adil.

Selain itu, aktivisme Generasi Z di media sosial telah memperkuat suara kelompok-kelompok marginal, memberdayakan mereka untuk menuntut keterwakilan dan akuntabilitas yang lebih besar dari dunia usaha (Goh & Lee, 2018). Gerakan grassroots ini telah memupuk budaya transparansi dan dialog terbuka, di mana perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan mereka dan dipaksa untuk mengatasi isu-isu diskriminasi serta bias gender.

Secara keseluruhan, kesadaran digital dan sosial yang dimiliki Generasi Z telah menempatkan mereka sebagai agen perubahan yang kuat dalam dunia bisnis. Dengan memanfaatkan jangkauan dan pengaruh media sosial, generasi ini telah berhasil mengubah lanskap perusahaan, mendorong kesetaraan gender, dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih inklusif dan adil.

Tidak hanya itu, Generasi Z juga telah mengubah paradigma konsumsi dengan memberikan preferensi yang kuat terhadap merek dan perusahaan yang menunjukkan komitmen nyata terhadap kesetaraan gender. Mereka tidak sekadar memilih produk berdasarkan kualitas atau harga, tetapi juga melihat sejauh mana suatu perusahaan memperhatikan isu-isu sosial, termasuk kesetaraan gender. Dengan demikian, daya beli Generasi Z bukan hanya menjadi instrumen ekonomi, tetapi juga menjadi alat untuk menyuarakan nilai-nilai sosial yang mereka yakini. Fenomena ini memberikan tekanan tambahan pada perusahaan untuk mengadopsi praktik-praktik yang lebih inklusif dan responsif terhadap isu-isu gender. Oleh karena itu, melalui preferensi konsumsi mereka, Generasi Z secara efektif mempengaruhi kebijakan dan strategi bisnis perusahaan, mendorong terciptanya lingkungan bisnis yang lebih adil dan inklusif bagi semua.

Generasi Z membawa perubahan signifikan di dunia kerja dengan menuntut lingkungan yang lebih inklusif dan adil. Mereka mengharapkan perusahaan untuk mengimplementasikan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, seperti kesetaraan gaji dan kesempatan yang sama dalam promosi dan pengembangan karier. Selain itu, mereka juga mendorong penerapan kebijakan kerja fleksibel yang mendukung keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, yang sering kali lebih menguntungkan bagi perempuan dan orang tua tunggal. Generasi Z percaya bahwa lingkungan kerja yang inklusif tidak hanya akan meningkatkan produktivitas tetapi juga akan menciptakan atmosfer yang lebih inovatif dan kolaboratif.

Aktivisme digital yang dilakukan oleh Generasi Z telah menjadi alat yang kuat dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Mereka menggunakan media sosial tidak hanya untuk menyuarakan ketidakadilan tetapi juga untuk menggalang dukungan dan menyebarkan kesadaran tentang isu-isu gender. Kampanye hashtag, petisi online, dan gerakan viral telah membuktikan efektivitasnya dalam mendorong perubahan kebijakan perusahaan dan pemerintah. Dengan kemampuan untuk menjangkau audiens global, Generasi Z mampu menekan perusahaan dan organisasi untuk mengambil tindakan nyata terhadap isu-isu gender. Ini menunjukkan bahwa aktivisme digital bisa menjadi katalis yang kuat untuk perubahan sosial.

Peran Edukasi dan Kolaborasi

Generasi Z juga memainkan peran penting dalam pendidikan dan kolaborasi untuk memajukan kesetaraan gender. Mereka sering terlibat dalam program mentoring, lokakarya, dan diskusi panel yang membahas isu-isu gender dan bagaimana mengatasinya di tempat kerja dan masyarakat luas. Selain itu, mereka mendorong integrasi topik kesetaraan gender dalam kurikulum pendidikan formal untuk meningkatkan kesadaran sejak dini. Kolaborasi dengan organisasi non-profit, lembaga pendidikan, dan pemerintah membantu memperkuat upaya mereka dalam menciptakan perubahan yang berkelanjutan. Dengan membangun jaringan yang kuat dan mendukung inisiatif pendidikan, Generasi Z memastikan bahwa kesetaraan gender terus menjadi fokus utama di berbagai sektor.

Kesimpulan

Generasi Z, dengan sikap kritis dan keterampilan digital mereka, telah menjadi trendsetter yang mendorong bisnis untuk mengadopsi praktik pro-kesetaraan gender. Mereka menggunakan daya beli dan pengaruh media sosial mereka untuk menuntut transparansi, inklusifitas, dan akuntabilitas dari perusahaan. Tekanan ini memaksa bisnis untuk mengadopsi kebijakan yang lebih adil dan inklusif, baik dalam operasional internal maupun dalam interaksi mereka dengan masyarakat luas.

Dengan tindakan dan preferensi mereka, Generasi Z tidak hanya mengubah cara kita melihat gender tetapi juga mendorong perubahan nyata dalam praktik bisnis. Mereka adalah kekuatan utama yang membentuk masa depan bisnis yang lebih adil dan setara bagi semua. Perusahaan yang ingin sukses di masa depan harus menyesuaikan diri dengan nilai-nilai generasi ini dan menunjukkan komitmen nyata terhadap kesetaraan gender. Generasi Z tidak hanya menetapkan tren dalam konsumsi, tetapi juga dalam standar etika dan sosial yang diharapkan dari dunia bisnis. Melalui tindakan kolektif mereka, Generasi Z membuka jalan bagi masa depan yang lebih inklusif, setara, dan berkelanjutan.

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//