• Opini
  • Menimbang Kebijakan Pendidikan sebagai Basis Perkembangan Peradaban

Menimbang Kebijakan Pendidikan sebagai Basis Perkembangan Peradaban

Kebijakan pendidikan menentukan keberhasilan atau kegagalan pendidikan. Kebijakan yang tepat dapat meningkatkan akses dan kualitas pendidikan.

Rizki Mohammad Kalimi

Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Ilustrasi komersialisasi pendidikan. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak.id)

22 Juni 2024


BandungBergerak.id – Perkembangan peradaban manusia merupakan fenomena yang kompleks dan dinamis, fenomena itu menjadi penanda atas kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan seperti teknologi, ekonomi, politik, dan budaya. Sejak zaman prasejarah hingga era modern, manusia terus berinovasi dan beradaptasi untuk menciptakan masyarakat yang lebih maju dan terstruktur.

Peradaban berkembang melalui akumulasi pengetahuan, pengalaman, dan teknologi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sejarah mencatat berbagai tonggak penting dalam perkembangan peradaban, seperti Revolusi Agrikultur, Revolusi Industri, dan kini Revolusi Digital, yang masing-masing telah mengubah cara hidup dan interaksi manusia. Selain itu, perkembangan peradaban juga dipengaruhi oleh interaksi antarbangsa melalui perdagangan, peperangan, dan pertukaran budaya, yang semuanya berkontribusi pada penyebaran ide dan teknologi.

Sejauh penelaahan saya yang terbatas, diketahui bahwa salah satu penopang utama dari perkembangan peradaban adalah pendidikan. Pendidikan berfungsi sebagai sarana utama untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tanpa pendidikan, masyarakat akan mengalami stagnasi dalam perkembangan intelektual dan teknologinya.

Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mempersiapkan individu dalam memasuki dunia kerja, tetapi juga untuk membentuk karakter dan kesadaran sosial yang mendukung kehidupan bersama. Sejarah menunjukkan bahwa peradaban yang maju selalu menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama. Contohnya, pada masa kejayaan peradaban Islam, lembaga pendidikan seperti Baitul Hikmah di Baghdad menjadi pusat pengetahuan yang menarik cendekiawan dari berbagai belahan dunia. Demikian pula, Renaissance di Eropa tidak mungkin terjadi tanpa adanya revitalisasi pendidikan dan pembelajaran. Dengan demikian, pendidikan merupakan fondasi yang krusial bagi kemajuan peradaban.

Baca Juga: Pendidikan Riwayatmu Nanti
Anggaran untuk Pendidikan Tinggi di Indonesia terlalu Kecil
Pendidikan Indonesia dan yang Mungkin Telah Luput darinya

Pendidikan dan Perkembangan Peradaban

Pentingnya pendidikan bagi perkembangan peradaban juga ditekankan oleh para pemikir besar, salah satunya adalah Muhammad Abduh. Abduh menyatakan bahwa pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan di luar pendidikan itu sendiri.

Pendidikan yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi dengan menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan inovatif. Selain itu, pendidikan juga berperan dalam pembentukan masyarakat yang adil dan demokratis dengan menanamkan nilai-nilai etika, toleransi, dan hak asasi manusia. Pengaruh pendidikan juga terlihat dalam bidang kesehatan, di mana pendidikan kesehatan dapat mengurangi angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup.

Abduh menekankan bahwa untuk mencapai peradaban yang maju, pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan publik. Pernyataan ini didukung oleh berbagai penelitian modern yang menunjukkan korelasi positif antara tingkat pendidikan dan indikator-indikator kemajuan lainnya, seperti indeks pembangunan manusia dan produktivitas ekonomi. Dengan demikian, investasi dalam pendidikan tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga bagi kemajuan dan kesejahteraan seluruh masyarakat.

Hakikatnya, pendidikan merupakan sebuah proses yang sistematis dan terencana untuk mengembangkan potensi individu secara menyeluruh, baik dalam aspek intelektual, emosional, maupun sosial. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak, agar mereka dapat maju dalam kehidupan bersama. Pendidikan tidak hanya terbatas pada pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga mencakup berbagai pengalaman hidup yang memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada individu.

Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan juga melibatkan pemanfaatan teknologi dan metode pengajaran yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan era modern. UNESCO mendefinisikan pendidikan sebagai hak asasi manusia yang fundamental, yang berfungsi untuk memberdayakan individu dan masyarakat untuk mencapai kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya.

Tujuan pendidikan beragam sesuai dengan konteks budaya, sosial, dan kebijakan setiap negara. Secara umum, tujuan utama pendidikan adalah untuk mempersiapkan individu agar dapat hidup mandiri dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Hal ini mencakup pengembangan keterampilan kognitif seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas, serta keterampilan sosial seperti komunikasi, kerja sama, dan kepemimpinan.

Tujuan lainnya, adalah untuk membentuk karakter dan etika individu, membangun kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan. Selain itu, pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan kesempatan yang lebih adil dalam kehidupan, mengurangi kesenjangan sosial, dan mendorong mobilitas sosial. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis tetapi juga pada pembentukan manusia seutuhnya yang mampu beradaptasi dan berkontribusi dalam perubahan global yang cepat.

Syahdan, ketika pendidikan didudukkan sebagai satu proses yang dinamis dan berkelanjutan, di dalamnya tentu terlibat berbagai aktivitas pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses ini tidak selalu linear dan dapat menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk kualitas kurikulum, metode pengajaran, ketersediaan sumber daya, serta partisipasi aktif dari siswa dan dukungan dari keluarga.

Lebih jauh daripada itu, proses pendidikan juga memiliki kemungkinan untuk gagal mencapai tujuannya jika tidak didukung oleh lingkungan yang kondusif atau jika terjadi ketidaksesuaian antara metode pengajaran dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan yang berpusat pada siswa, yang memperhatikan minat dan bakat individu, serta menyediakan umpan balik yang konstruktif, lebih efektif dalam mencapai tujuan pendidikan dibandingkan pendekatan yang seragam dan rigid. Oleh karena itu, pendidikan harus terus dievaluasi dan disesuaikan agar tetap relevan dan efektif dalam menjawab kebutuhan zaman.

Kebijakan Pendidikan

Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan pendidikan adalah kebijakan pendidikan itu sendiri. Kebijakan pendidikan mencakup berbagai aspek, mulai dari penetapan kurikulum, alokasi anggaran, hingga penentuan standar dan evaluasi kualitas pendidikan. Kebijakan yang tepat dapat meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, sementara kebijakan yang kurang tepat dapat menghambat proses belajar-mengajar dan merugikan perkembangan siswa. Menurut OECD, negara-negara dengan kebijakan pendidikan yang inklusif, yang mengutamakan pemerataan akses dan kualitas, cenderung memiliki sistem pendidikan yang lebih baik dan menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap menghadapi tantangan global.

Sebaliknya, kebijakan yang tidak responsif terhadap perubahan dan kebutuhan masyarakat, serta yang tidak melibatkan pemangku kepentingan dalam proses perumusannya, seringkali gagal mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, pembuatan kebijakan pendidikan harus didasarkan pada penelitian yang komprehensif dan melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak terkait, termasuk pendidik, siswa, dan masyarakat.

Kata "kebijakan" sering didengar memiliki kedekatan dengan kata "bijak" dan "bijaksana". Kebijakan sendiri adalah serangkaian tindakan atau pedoman yang dirancang oleh otoritas tertentu, seperti pemerintah atau organisasi, untuk mencapai tujuan tertentu dalam masyarakat atau organisasi. Kebijakan berfungsi sebagai panduan dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan banyak orang, baik dalam aspek sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. Sebagai contoh, kebijakan pendidikan mencakup berbagai keputusan yang diambil untuk meningkatkan kualitas dan akses pendidikan bagi semua lapisan masyarakat.

Kata "bijak" merujuk pada kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang baik dan tepat berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan pertimbangan moral. Seseorang yang bijak mampu menilai situasi dengan objektivitas dan kepekaan, serta mampu mengantisipasi konsekuensi dari tindakan yang diambil. Kebijaksanaan melibatkan proses reflektif dan kritis, serta penguasaan emosi dan keahlian dalam berkomunikasi dan bernegosiasi. Dalam ranah ini, kebijakan yang efektif harus dibuat oleh individu atau kelompok yang bijak, yang memiliki pemahaman mendalam tentang isu-isu yang dihadapi dan dampak dari keputusan yang diambil.

Adapun "bijaksana", adalah sifat atau karakteristik dari orang yang bijak, yang menunjukkan kebijaksanaan dalam berbagai aspek kehidupan. Bijaksana mencerminkan keseimbangan antara pengetahuan, moralitas, dan pragmatisme. Orang yang bijaksana tidak hanya memahami apa yang benar dan salah, tetapi juga bagaimana menerapkan pengetahuan tersebut dalam tindakan nyata yang membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Bijaksana sering dikaitkan dengan pemimpin yang mampu memandu masyarakat menuju kebaikan dan kesejahteraan melalui keputusan-keputusan yang bijak dan adil. Dengan demikian, kebijakan yang bijaksana adalah kebijakan yang tidak hanya efektif secara teknis, tetapi juga etis dan manusiawi, mempertimbangkan kepentingan dan kesejahteraan semua pihak yang terlibat.

Di titik ini, mampu dilihat bahwa idealnya, suatu kebijakan seharusnya ditentukan oleh orang yang bijak, dengan berangkat dan menuju pada kebijaksanaan. Dari kebijakan yang jadi acuan terlaksananya suatu hal, dalam konteks ini adalah pendidikan, akan memiliki efek domino pada apa yang disebut sebagai perkembangan peradaban. Alurnya bahwa peradaban tercipta dengan terlaksananya pendidikan, dan pendidikan terlaksana dengan adanya suatu kebijakan. Kebijakanlah yang menjadi kompas arah ke mana peradaban akan berjalan. Jika kebijakan tercipta dengan ruh kebijaksanaan maka peradaban akan mengarah ke tujuan dan hasil yang bijaksana pula, begitu pun sebaliknya. Tapi di bagian akhir ini, kita patut untuk berefleksi, sudah sebijaksana apa kebijakan yang diambil oleh orang bijak di Indonesia?

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain tentang pendidikan

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//