MAHASISWA BERSUARA: Membangun Peluang Bisnis Produk Lokal yang Menarik Generasi Z
Generasi Z cenderung mendukung produk yang bertanggung jawab secara sosial dan memiliki nilai yang sejalan dengan keyakinan mereka. Peluang bagi merek lokal.
Hasna Jasmine Aliyya
Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung
27 Juni 2024
BandungBergerak.id – Generasi Z atau Gen Z, terdiri dari individu yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, adalah generasi yang terus berkembang dan memiliki pengaruh besar terhadap dunia bisnis saat ini. Generasi ini menghadirkan peluang besar bagi produk lokal yang ingin menjangkau dan melibatkan mereka. Meskipun bisnis lokal bukanlah hal baru, kini semakin menjadi pembicaraan di kalangan anak muda. Para pebisnis dengan merek lokal saat ini dapat menciptakan sesuatu yang unik dan memiliki ciri khasnya sendiri.
Pasar global yang semakin terbuka memungkinkan perusahaan dari seluruh dunia memasuki pasar domestik, sehingga menyediakan banyak pilihan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Sebagai konsumen, masyarakat dituntut untuk lebih cermat dan pintar dalam memilih produk yang dipasarkan agar dapat memilah antara kebutuhan dan keinginan (Fabella, dkk., 2023).
Hingga tahun 2023, Gen Z mencakup 15% dari populasi di Inggris. Baik yang sedang memasuki universitas, memulai pekerjaan pertama, atau membeli rumah pertama, serta daya beli serta pendapatan mereka yang dapat dibelanjakan akan meningkat. Di Indonesia, menurut ketua Indonesia Fashion Chamber (IFC), 60% konsumen lebih suka membeli produk luar negeri daripada produk buatan Indonesia, mengakui bahwa produk asing memiliki kualitas yang baik. Menurut survei tahun 2021, alasan utama generasi milenial dan Gen Z dalam membeli merek lokal adalah kebanggaan akan produk dalam negeri (82,3%), diikuti oleh faktor harga yang terjangkau, kenyamanan penggunaan, dan kualitas yang mampu bersaing dengan produk global. Konsumen Gen Z semakin sering membuat keputusan pembelian berdasarkan nilai dan keyakinan ideologis mereka (Immanuel & Pannindriya, 2020).
Laporan Mintel tentang Konsumen Kecantikan Gen Z di AS menemukan bahwa lebih dari sepertiga orang dewasa Gen Z dan 13% remaja Gen Z tidak menggunakan merek yang bertindak tidak etis, menunjukkan bahwa generasi ini memilih mendukung produk yang sesuai dengan nilai etika mereka. Namun, semakin banyak produk yang memanfaatkan posisi mereka sebagai eco-ethical, ada risiko "greenwashing", yang sangat disadari oleh Gen Z (Pramadyanto, 2022).
Untuk menghindari tuduhan tersebut, pemilik produk harus menghindari bahasa yang tidak jelas dan menawarkan bukti konkret dari upaya keberlanjutan mereka. Untuk menarik perhatian Gen Z, merek lokal perlu memahami karakteristik dan preferensi unik mereka. Generasi ini tumbuh dalam era digital, memiliki keterlibatan yang tinggi dengan teknologi, dan menginginkan produk yang mencerminkan nilai-nilai serta identitas mereka. Oleh karena itu, dalam esai ini, akan dibahas bagaimana peluang dalam membangun bisnis pakaian dengan produksi sendiri dan bagaimana produk lokal tersebut dapat bersaing dan menjadi menarik bagi target konsumen, yaitu Generasi Z.
Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Paylater Mendukung Pelaku Usaha tapi Menghambat Pertumbuhan Ekonomi?
MAHASISWA BERSUARA: Mencermati Generasi Z sebagai Pendorong Kesetaraan Gender dalam Dunia Bisnis
MAHASISWA BERSUARA: Menimbang Peran Media dalam Menghadapi Krisis Kemanusiaan di Indonesia
Memahami Karakteristik dan Preferensi Gen Z
Sebagai generasi yang tumbuh dalam era digital, Gen Z sangat terhubung dengan teknologi, internet, dan media sosial. Hal ini sangat mempengaruhi cara produk lokal dapat menarik perhatian mereka. Gen Z dikenal sebagai generasi yang cerdas, kritis, dan selalu mengikuti tren terkini. Merek lokal yang ingin menarik perhatian mereka harus menunjukkan keunikan dan relevansi dengan tren masa kini.
Gen Z menantang struktur masyarakat tradisional, dengan dua pertiga dari mereka setuju bahwa peran gender tradisional sudah usang. Gen Z memiliki perhatian besar terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Mereka cenderung mendukung produk yang bertanggung jawab secara sosial dan memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan keyakinan mereka. Transparansi dan keaslian dari produk yang mereka dukung sangat dihargai oleh generasi ini. Oleh karena itu, merek lokal harus mampu menawarkan produk yang tidak hanya trendy tetapi juga memiliki cerita dan nilai di baliknya.
Pakaian modern seperti kaos, kemeja, rok, dan celana jeans yang digunakan untuk keseharian oleh Gen Z juga dipengaruhi oleh lingkungan mereka. Gaya pakaian tradisional seperti kebaya dan kamen, yang dulunya digunakan sehari-hari, kini lebih sering digunakan untuk acara keagamaan atau adat karena alasan kenyamanan. Memanfaatkan teknologi, menampilkan keunikan dan relevansi, serta menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai yang dianut oleh Gen Z adalah langkah penting dalam membangun hubungan yang langgeng dengan generasi ini.
Membangun Merek yang Autentik dan Relatable
Untuk menarik perhatian Gen Z, merek lokal perlu membangun citra yang autentik dan relatable. Generasi ini mengapresiasi produk yang menunjukkan keaslian dan memiliki ciri khas yang membedakannya dari merek lain. Misalnya, merek lokal dapat menekankan penggunaan bahan-bahan lokal, desain yang terinspirasi dari budaya setempat, atau proses produksi yang ramah lingkungan. Salah satu contoh strategi yang bisa diambil adalah dengan melibatkan konsumen dalam proses kreatif, seperti meminta mereka untuk berpartisipasi dalam desain produk atau memilih nama untuk koleksi baru. Hal ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan tetapi juga memberikan rasa memiliki kepada konsumen.
Selain itu, membangun hubungan dengan komunitas lokal dan menunjukkan komitmen sosial juga dapat meningkatkan daya tarik merek. Gen Z menyukai merek yang mendukung komunitas lokal. Misalnya, pemilik produk dapat bekerja sama dengan artis lokal atau mengangkat elemen budaya lokal dalam desain produknya. Ini tidak hanya menambah nilai pada produk tetapi juga menciptakan koneksi emosional dengan konsumen yang menghargai dan merasa bangga akan warisan budaya mereka.
Dalam sebuah penelitian di Batam, ditemukan bahwa kepuasan merek berpengaruh pada loyalitas melalui peran mediasi yaitu preferensi merek, kepercayaan merek, dan cinta merek (Purwianti, dkk., 2023). Ini menunjukkan bahwa membangun merek yang autentik dan relatable bukan hanya tentang membuat konsumen puas, tetapi juga tentang membangun hubungan yang mendalam dan emosional dengan mereka. Kepercayaan dan cinta terhadap produk muncul ketika konsumen merasa bahwa merek tersebut benar-benar memahami dan mencerminkan nilai-nilai mereka.
Gen Z dapat dengan cepat mengenali jika sebuah merek hanya melakukan "lip service" atau jika ada ketidakkonsistenan antara apa yang mereka katakan dan lakukan. Merek lokal juga harus transparan tentang proses produksi dan praktik bisnis mereka. Dengan berbagi cerita di balik produk, merek dapat membangun kepercayaan dan loyalitas yang lebih kuat.
Memanfaatkan Platform Digital
Gen Z sangat aktif di media sosial dan platform online lainnya, sehingga memanfaatkan platform digital adalah langkah yang tepat untuk menjangkau mereka. Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube adalah alat yang efektif untuk mempromosikan merek lokal. Konten yang menarik, seperti video behind-the-scenes, cerita tentang proses produksi, dan kolaborasi dengan influencer lokal, dapat membantu meningkatkan visibilitas dan daya tarik produk. Sebagai generasi pertama yang tumbuh di dunia yang sepenuhnya terhubung secara online, pengaruh dunia digital dan media sosial terhadap gaya hidup dan perilaku Gen Z tidak bisa diremehkan.
Selain itu, e-commerce menjadi platform penting untuk menjual produk kepada Gen Z. Dengan menyediakan pengalaman belanja online yang mudah dan menyenangkan, merek lokal dapat menarik lebih banyak konsumen. Fitur seperti ulasan produk, deskripsi yang detail, dan layanan pelanggan yang responsif akan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen. Pengalaman belanja yang mulus dan interaktif adalah kunci untuk menarik dan mempertahankan perhatian Gen Z. Walaupun Gen Z cenderung lebih sering membeli produk kecantikan dan perawatan pribadi di toko fisik daripada melalui saluran online, media sosial, khususnya TikTok, telah mengubah cara mereka meneliti, membeli, dan menggunakan produk. Sebanyak 69% Gen Z menggunakan TikTok untuk mempelajari tentang produk kecantikan dan trendy (Aninda & Sunarya, 2023).
Menggunakan media sosial untuk menceritakan kisah suatu produk dan menunjukkan proses di balik layar dapat membantu menciptakan koneksi emosional dengan Gen Z. Mereka ingin melihat keaslian dan transparansi dalam merek yang mereka dukung. Konten yang menunjukkan bagaimana produk dibuat, siapa orang-orang di balik merek, dan bagaimana merek berkontribusi pada isu-isu sosial dapat sangat menarik bagi mereka. Gen Z menghargai kenyamanan dan efisiensi, sehingga menyediakan pengalaman berbelanja yang tanpa hambatan dapat meningkatkan loyalitas mereka terhadap merek. Dengan memanfaatkan platform digital secara efektif, merek lokal dapat menjangkau dan melibatkan Gen Z dengan lebih baik. Kombinasi strategi pemasaran yang tepat di media sosial dan pengalaman e-commerce yang optimal akan membantu merek lokal bersaing di pasar yang semakin kompetitif ini.
Kesimpulan
Membangun peluang bisnis merek lokal yang menarik bagi Generasi Z memerlukan pemahaman mendalam tentang karakteristik, preferensi, dan nilai-nilai mereka. Merek lokal harus menciptakan produk yang autentik, relatable, dan mengedepankan keberlanjutan serta tanggung jawab sosial. Memanfaatkan platform digital seperti media sosial dan e-commerce adalah kunci untuk menjangkau dan melibatkan Gen Z, dengan konten yang transparan dan melibatkan konsumen dalam proses kreatif. Dengan strategi yang tepat, merek lokal dapat membangun koneksi emosional dan kepercayaan yang kuat, memungkinkan mereka untuk bersaing di pasar yang semakin kompetitif dan menarik minat konsumen muda yang kritis dan berpengaruh ini.
*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain Mahasiswa Bersuara