• Narasi
  • Hiphop dan Revolusi Budaya Anti Rasisme di Amerika

Hiphop dan Revolusi Budaya Anti Rasisme di Amerika

Hiphop lahir dari budaya perlawanan minoritas di Amerika. Hiphop kini diadopsi dan diadaptasi oleh berbagai komunitas menghadapi tantangan sosialnya masing-masing.

Diky Kurniawan Arief

Mahasiswa Aqidah Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. Aktif di LPM Forma Fakultas Ushuluddin & Filsafat.

Suasana konser musik cadas di Dago Elos, Bandung, Sabtu malam, 9 Desember 2023. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak.id)

12 Juli 2024


BandungBergerak.id – Dewasa kini, mustahil rasanya jika ada seseorang yang belum mengenal Hiphop. dari semua kalangan dan latar belakang pasti sudah pernah mendengarkan lagu-lagu Hiphop melalui berbagai platform musik dan media sosial. Tapi, banyak yang belum mengetahui tentang bagaimana dulunya genre ini terbentuk atas kerasnya perjuangan kaum minoritas Afro Amerika kulit hitam melawan tindakan rasial, diskriminasi, pelecehan, ketidakadilan, sampai sejarah perbudakan.

Pada dasarnya musik tidak hanya sebatas menghibur. Namun, juga menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan perlawanan dan kritik sosial. Ini menjadi semacam jembatan baru dalam kebebasan berekspresi. Musik telah lama digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan penting yang melampaui hiburan semata. Melalui lirik, nada, dan ritme, musisi mampu mengungkapkan perasaan, pikiran, dan pengalaman yang mendalam.

Dan salah satu genre yang paling vokal dalam menyuarakan perlawanan dan kritik sosial adalah Hiphop. Pengaruh Hiphop telah melampaui batas-batas geografis dan budaya di seluruh dunia, Hiphop telah diadopsi dan diadaptasi oleh berbagai komunitas yang menghadapi tantangan sosial mereka sendiri.

Sejak awal keemasannya pada tahun 1970-an di Bronx, USA. genre ini telah menjadi suara yang kuat untuk menyuarakan pengalaman hidup ras Afro American yang kerap kali diabaikan atau diremehkan oleh masyarakat mayoritas di Amerika. Sebagai genre yang lahir di tengah-tengah minoritas kulit hitam (Afro America) di wilayah yang mayoritas kulit putih (Kaukasia), Hiphop bagi orang kulit hitam seakan datang seperti ksatria dengan pedangnya, menumpas segala tindakan ketidakadilan, diskriminasi, dan segala bentuk perlakuan rasial kepada orang berkulit hitam.

Anwar Mutawally dalam tulisannya tentang perbudakan Amerika mencatat, bahwasanya di sepanjang sejarah Ras Kulit Hitam (Negroid). mereka telah melewati sejarah kelam yang panjang di berbagai benua yang juga diwarnai oleh perbudakan dan diskriminasi. Perdagangan budak Atlantik oleh bangsa Eropa yang sebelumnya didominasi orang Arab, menjadi bisnis besar dan menguntungkan bagi penjajah untuk dijual dan dipaksa untuk bekerja tanpa diberi kehidupan yang layak, Sekitar 12 juta orang Afrika berkulit hitam direnggut dari tanah air mereka dan dikirim ke Amerika dari abad ke-16 hingga ke-19.

Tidak hanya itu saja, kemudian pada tahun 1865 berdirilah organisasi Ku Klux Klan, Organisasi yang mempromosikan supremasi kulit putih, supremasi Kristen Protestan, dan penolakan terhadap hak-hak sipil bagi orang-orang Afrika-Amerika yang baru dibebaskan dari perbudakan. Ku Klux Klan menggunakan teror, intimidasi, dan kekerasan untuk menindas dan mengancam orang-orang yang mereka anggap sebagai musuh mereka, termasuk orang-orang kulit hitam, Yahudi, dan aktivis hak sipil . Begitu banyak sepanjang peristiwa sejarah yang menindas dan menjadikan orang kulit hitam sebagai objek untuk dimanfaatkan dan menganggap mereka orang-orang yang tertinggal.

Baca Juga: Agar Musik Klasik Indonesia tak Terpinggirkan
Ketakutan Rezim Orde Baru pada Musik dan Pemuda Berambut Gondrong
Musik Metal dan Generasi Muda Radio (GMR) Bandung

Suara Perjuangan, Teriakan Jalanan

Maka kemudian Hiphop muncul sebagai budaya perlawanan.  Para musisi hiphop menggunakan lirik mereka untuk merespons dan merenungkan tentang pengalaman mereka sebagai anggota komunitas kulit hitam di Amerika Serikat. Melalui lirik-lirik ini, mereka tidak hanya mengungkapkan rasa marah dan kekecewaan mereka, tetapi juga membangun kesadaran tentang realitas yang mereka hadapi setiap hari.

Sebut saja kelompok rap beranggotakan 5 orang yang beraliran gangsta rap bernama Niggaz With Attitude. mereka sangat vokal dalam menyuarakan ketidakadilan yang dialami oleh ras kulit hitam, dalam lagunya yang paling kontroversial yang berjudul “Fuk Da Police” mereka secara terang-terangan menyuarakan kebrutalan serta rasisme polisi Amerika yang berat sebelah dalam menyikapi tindak kriminal yang dilakukan orang berkulit hitam ketimbang orang berkulit putih. Dengan ritme yang cepat dan kata-kata kasar yang dilontarkan secara eksplisit, NWA menyuarakan “suara jalanan” para minoritas Afro- Amerika yang selalu menjadi kelas dua.

Tidak hanya itu saja, rapper lainya seperti Xxxtentacion dalam video klip lagunya yang berjudul “Look At Me” yang menampilkan adegan-adegan kekerasan yang dialami oleh kulit hitam Amerika. Seperti pembunuhan Emmet Till, penembakan Philando Castile oleh aparat polisi, pembunuhan Aktivis Rodney King di kolam renang rumahnya, dan Kerusuhan Ferguson yang terjadi sebagai unjuk rasa terhadap penembakan Michael Brown oleh Oknum Polisi. Semua kejadian itu dia sajikan dengan mengemasnya dalam musik rap yang energik dan emosional.

Memang, banyak lirik dan video klip Hiphop yang secara eksplisit menampilkan kekerasan dan ucapan-ucapan yang kasar yang tidak lepas dari pro dan kontra. Namun, itu semua tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami. Hiphop adalah suara bagi mereka yang terpinggirkan, meneriakkan segala amarah, emosi, kekecewaan, kesedihan, kebahagiaan melalui lirik-liriknya. Hiphop adalah panggung perlawanan bagi mereka yang tidak tersorot kamera.

Di Amerika sendiri, sudah ada perlawanan kolektif seperti Black Lives Matters, gerakan The Million Man March, #SayHerName Campagne, sampai gerakan The Stop the Violence Movement oleh rapper KRS-One. Gerakan-gerakan perjuangan kulit hitam itu mempunyai spirit dalam musik musik Hiphop.

Identitas Afro America

Ketika mendengarkan musik-musik Hiphop, tak jarang Anda akan menemukan kata “N Word”. Suatu kata yang hanya boleh diucapkan oleh orang kulit hitam saja, jika tidak maka orang yang mengucapkannya dicap rasis. Kata "N-Word" (Nigga) berasal dari masa perbudakan di Amerika Serikat. Selama era perbudakan dan segregasi rasial di Amerika Serikat, kata "nigger" digunakan oleh orang kulit putih untuk merendahkan dan menghina orang kulit hitam. Istilah ini membawa konotasi rasisme, penindasan, dan dehumanisasi yang mendalam.

Namun kenapa kata ini justru banyak digunakan dalam bait-bait musik Hiphop? Dalam konteks Hiphop, kata tersebut sering kali digunakan sebagai istilah persahabatan atau solidaritas di antara orang kulit hitam, mirip dengan penggunaan kata "bro" atau "dude" dan “homies.” Meskipun ada beberapa rapper kulit putih yang menggunakan N word, terlepas dari berbagai kontroversi, kebanyakan dari mereka mendapatkan N-Pass (Validitas menggunakan kata N word) oleh gengnya sebab solidaritasnya yang kuat terhadap orang kulit hitam.

Terlepas dari itu semua, sekarang ini Hiphop tidak hanya menjadi musik orang kulit hitam, namun sudah menjadi konsumsi bagi semua orang. Rapper-rapper kulit putih pun juga banyak yang eksis sekarang ini seperti Eminem, Post Malone, sampai Rich Brian. Rapper 50cent dalam interviewnya di hiphopdx mengatakan “Hip Hop is Black music, without question, and, unfortunately for some people, it’s tough to accept that you have a White artist that does it better than Black artists”  Transisi Hiphop yang awalnya didominasi Rapper kulit hitam, sekarang menjadi musik bagi semua kalangan.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain tentang musik

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//