RESENSI BUKU: Sebuah Buku yang Tidak Ditujukan untuk Malaikat dan Iblis
Buku “Boleh dogn Salah” karya Irfan Amalee ditujukan pada remaja untuk menunjukkan bahwa berbuat salah adalah hal yang lumrah.
Penulis Anggi Muhammad Adha Sambas14 Juli 2024
BandungBergerak.id – Untuk membuktikan pengaruh mindset terhadap seseorang, Carol Dweck melakukan percobaan terhadap murid dikelas. Dia membagikan kertas ujian kepada semua murid. Dari hasil ujian itu murid dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama berisi murid-murid dengan nilai yang bagus. Kelompok ke dua berisi murid dengan nilai yang biasa saja.
Pada kelompok pertama Dweck memuji mereka dengan perkataan, " Selamat atas hasil yang kamu dapat, kalian memang hebat." Pada kelompok kedua dikatakan, "Selamat atas usaha kerja keras kalian."
Lalu Dweck memberi lagi soal kepada mereka. Sebelum mengerjakan soal diberitahukan bahwa terdapat dua buah soal ada yang sulit dan ada soal mudah. Kebanyakan yang mengambil soal sulit adalah anak-anak yang nilainya biasa saja. Sementara anak yang pintar-pintar mengambil soal yang mudah.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Kelompok anak yang pertama tidak mengambil soal yang sulit karena meraka takut tidak dipuji lagi apabila mendapatkan nilai yang bagus. Mereka takut nilainya jelek. Mereka takut salah dalam mengerjakan soal. Maka dari itu ambil yang aman saja. Sementara kelompok dua tidak takut salah. Sebab mereka tidak dipuji karena hasilnya tetapi karena usaha mereka. Murid-murid ini tertantang mencoba hal baru. Tidak takut salah.
Dari percobaan yang Dweck lakukan kelompok pertama dia sebut dengan fixed mindset (Pola pikir tetap). Disebut demikian karena orang tersebut takut untuk berbuat salah. Takut dicap tidak kompeten. Takut kehilangan pujian yang sudah mereka dapatkan. Kelompok kedua disebut growth mindset (pola pikir berkembang). Disebut demikian karena kelompok kedua tidak takut berbuat salah. Bagi mereka kesalahan adalah wahana untuk memperbaiki diri.
Sialnya berbuat salah masih tabu di masyarakat kita. Orang yang berbuat salah harus dihukum bukan ditolong. Didunia Pendidikan pun tidak jauh beda.
Di media sosial masih banyak komentar guru yang komplain bahwa Kurikulum Merdeka membuat anak manja. Alasannya di Kurikulum Merdeka tidak mengizinkan guru membuat siswa tidak naik kelas. Dibanding membantu siswa untuk mencari solusi atas kesalahannya selama belajar, guru lebih senang menghukum. Jadi jangan salahkan siswa apabila hobinya menyontek, atau copy paste dalam mengerjakan tugas. Sebab berbuat salah dapat diganjar tidak naik kelas. Sementara hasil menyontek bisa membuat siswa selamat dari hukuman tidak naik kelas.
Baca Juga: RESENSI BUKU: Menyelaraskan Hubungan Batin Manusia
RESENSI BUKU: Perempuan di Titik Nol, Menyuarakan Keadilan dalam Jeruji Patriarki
RESENSI BUKU: Membaca Catatan Hasil Semedi di Toilet
Boleh dogn Salah
Irfan Amalee dalam bukunya yang berjudul Boleh dogn Salah mengeksploitasi agar perbuatan salah di “izinkan”. Disampul bukunya di tulis secara provokatif bahwa buku yang ditulisnya bukan ditunjukkan untuk malaikat karena malaikat dalam hidupnya tidak pernah salah. Bukan juga untuk iblis karena hobinya berbuat salah.
Irfan Amalee ingin menunjukkan bahwa berbuat salah hal yang lumrah. Bahkan sekelas nabi pun berbuat salah. Ingat cerita Nabi Adam di usir karena melakukan kesalahan. Memakan buah khuldi hingga di usir dari surga. Bahkan Nabi Yunus di makan paus karena meninggalkan umatnya yang bebal.
Buku Boleh dogn Salah terbagi dalam 5 bab. Di bab pertama diberi judul Sejarah yang Penuh Salah. Menceritakan sejarah selain berisi perjuangan heroik juga dipenuhi kesalahan. Amerika ditemukan oleh orang yang kesasar. Columbus sampai dia meninggal meyakini bahwa tempat yang dia temukan adalah India. Maka, suku yang ada di Amerika disebut Indian.
Bab Dua berjudul Jangan Takut Salah. Bahkan dari kesalahan pun bisa menjadi uang. Penemuan post it yang kita gunakan hari ini berasal dari percobaan yang gagal total. Tapi atas kecerdikan Arthur Fry percobaan yang gagal total itu bisa menjadi rezeki.
Bab tiga berjudul Jangan Takut Ngaku Salah. Lebih gampang mengakui keberhasilan dibanding mengaku salah. Orang bisa saja panjang lebar menceritakan capaiannya namun mengakui kesalahan belum tentu bisa. Diperlukan keberanian dan meninggalkan sifat pengecut untuk mengakui kesalahan.
Bab Empat berjudul Maafin, dong. Menjelaskan bahwa kita harus selalu ready stock untuk memaafkan. Karena balik lagi manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Allah saja maha pemberi maaf. Sudah sepatutnya manusia memiliki stock yang melimpah untuk memaafkan
Bab kelima berjudul Install Ulang. Menerangkan kepada pembaca bahwa berbuat salah bukanlah kiamat. Seperti Ctrl Z dalam komputer. Apabila manusia berbuat salah dia bisa langsung mencoba lagi bukan akhir segalanya.
Buku ini jelas ditunjukkan untuk para remaja yang sedang dimasa mencari jati diri. Namun, buku ini dapat digunakan bagi orang tua dan guru. Buku ini bisa menjadi pengingat bagi orang tua dan guru bahwa semua orang bisa salah dan boleh melakukan kesalahan. Anak yang melakukan kesalahan tidak perlu langsung dimarahi dan dihukum. Karana manusia adalah tempatnya salah. Lebih baik, anak diajari akibat dari kesalahannya dan menemukan solusi dari dampak kesalahannya. Jangan sampai anak takut melakukan kesalahan. Sehingga anak tidak berani mencoba hal-hal baru karena takut dimarahi.
Ingatlah dibanding sibuk menyalahkan diri sendiri atau orang lain karena melakukan kesalah. Alangkah bagusnya mengambil pelajaran dari kesalahan tersebut. Seperti Alva Edison belajar dari 1.500 kesalahannya dan akhirnya menemukan lampu bohlam. Hingga dapat mendirikan General Elektrik salah satu perusahaan besar yang ada di dunia.
Informasi Buku
Judul Buku :Boleh dogn salah
Penulis : Irfan Amalee
Penerbit: Penerbit DAR! Mizan
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Resensi Buku