• Kampus
  • Para Pakar Dunia Mendorong Pembumian Matematika, di antaranya untuk Menjawab Krisis Iklim

Para Pakar Dunia Mendorong Pembumian Matematika, di antaranya untuk Menjawab Krisis Iklim

Pendidikan matematika relevan dengan masalah kehidupan sehari-hari. Kualitas pendidikan ilmu matematika di Indonesia mesti ditingkatkan.

Ilustrasi. Pendidikan berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak.id)

Penulis Linda Lestari18 Juli 2024


BandungBergerak.idPendidikan matematika memegang peranan krusial dalam mengembangkan kapasitas intelektual dan kemampuan analitis warga Indonesia. Indonesia mengikuti Kongres Internasional Pendidikan Matematika (ICME) ke-15 yang berlangsung di Sydney, pada 7 hingga 14 Juli 2024.

“Penting bagi Indonesia untuk dapat mengadopsi pendekatan baru dalam matematika. Hal ini dilakukan sebagai upaya menghadapi tantangan global serta memanfaatkan peluang teknologi dan inovasi,” demikian keterangan tertulis ICME Indonesia yang diterima BandungBergerak.

Konferensi ICME 15 dihadiri sekitar 40 peneliti dan akademisi dari seluruh Indonesia, 28 di antaranya termasuk sebagai penerima dana solidaritas, angka ini merupakan jumlah tertinggi dalam sejarah. 

ICME 15 ajang pertemuan lebih 2.500 pendidik dan peneliti dari sekitar 100 negara juga menjadi forum strategis untuk memetakan masa depan pendidikan matematika di Indonesia melalui adopsi praktik global dan inovasi pedagogis.

Salah satu perwakilan Indonesia untuk ICME-15, Rini Oktavia dari Universitas Kuala, menyebut hal baru dari ICME 15 yang bisa diterapkan dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah dalam hal merespons productive struggle siswa dalam belajar. Hal lain yang bisa diterapkan adalah peningkatan pengetahuan matematika untuk pengajaran dan pembenahan kurikulum.

“Saya pikir hal baru dari ICME-15 yang bisa kita lanjutkan adalah meningkatkan kemampuan guru dalam noticing dan merespons productive struggles siswa dalam belajar. Hal lain yang saya ingin terus diupayakan adalah peningkatan mathematical knowledge for teaching untuk guru-guru kita dan pembenahan kurikulum matematika sekolah,” kata Rini, saat dihubungi BandungBergerak.

Rini juga menyebut proses pendidikan matematika di Indonesia saat ini masih belum merata. Pendidikan matematika di daerah pinggiran masih sangat memprihatinkan. Menurutnya, komunitas peneliti pendidikan, pendidik, maupun pemerhati masalah pendidikan harus bekerja sama untuk melakukan upaya reformasi pendidikan matematika. 

“Harus bekerja sama dengan solid, saling mendukung dan lebih mengutamakan proses yang konstruktif dibandingkan hanya berfokus pada pencapaian hasil,” kata Rini.

Ia juga menyoroti pentingnya keberlanjutan hasil riset yang terbukti dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Banyak metode baru yang dikenalkan, sementara temuan metode lama masih belum dikembangkan dengan optimal.

“Hasil riset yang terbukti dapat meningkatkan kualitas pendidikan seharusnya diutamakan proses keberlanjutannya. Yang saya amati, banyak metode baru yg ditawarkan, sementara metode lama yg sdh terbukti baik tidak dikembangkan dengan optimal,” ucap Rini.

Faradillah Haryani, mahasiswa Ph.D Universitas Islam Internasional Indonesia turut hadir dalam konferensi tersebut. Menghadiri ICME 15 yang telah memberikan wawasan baru baginya. 

“Hal ini memberikan saya perspektif baru mengenai lanskap pendidikan di dunia dan menggunakannya sebagai sudut pandang baru dalam melihat pendidikan di Indonesia,” kata Faradillah, dalam keterangan tertulis.

Faradillah menyebut, meskipun konferensi ini berfokus pada pendidikan matematika, tetapi isu-isu yang dibahas menawarkan peluang untuk mengkaji bidang pendidikan dari perspektif makro dan mikro. Dari perspektif makro, pendidikan global kini dihadapkan pada pertanyaan mendasar: "Pengetahuan siapa yang kita ajarkan, dan apakah relevan dengan setiap konteks di setiap negara?" 

Ia menyebut pertanyaan ini dapat mendorong para pendidik, tidak hanya di bidang matematika tetapi di semua bidang, untuk membangun kesadaran dan skeptisisme mengenai penyampaian pengetahuan.

Dari sudut pandang mikro, menurutnya konferensi ini selaras dengan metode pengajaran mereka dan cara penyampaian konsep. Sebuah studi yang dilakukan oleh Hamsah Verkat dan rekan-rekannya mendukung gagasan bahwa sangat penting untuk memahami secara mendalam konsep-konsep dasar, seperti sistem basis sepuluh, sebelum melanjutkan ke topik yang lebih kompleks.

“Hal ini mendorong kita untuk membumikan metode pengajaran kita sebelum mencapai langit,” kata Faradillah.

Baca Juga: Mengulik Matematika dengan Cara Asyik dan Kekinian
Peran Matematika dalam Mengasah Keterampilan Berpikir di Abad Kekinian
Manusia tidak Bisa Lepas dari Matematika

Matematika untuk Pemecahan Masalah

Konferensi ICME menekankan pentingnya matematika untuk mengatasi berbagai masalah, antara lain efek perubahan iklim, keberlanjutan (sustainabilitas), matematika untuk membangun keadilan, integrasi teknologi dalam pendidikan, peningkatan keterampilan pemecahan masalah, dan relevansi pendidikan yang sesuai dengan konteks budaya masing-masing. 

Strategi yang dibahas di ICME 15 mencakup penerapan metode pembelajaran yang menyesuaikan dengan kebutuhan lokal, distribusi sumber daya yang berkeadilan, dan pengembangan kurikulum yang mencerminkan keragaman budaya para pelajar.

Ketua Komite Program Internasional Kim Beswick menyebut, tujuan ICME 15 adalah untuk mengumpulkan pendidikan matematika dan statistika berinteraksi sebagai upaya membangun warisan berkelanjutan di bidang pendidikan matematika sampai ke tingkat global.

“Tujuan kami adalah menjadikan ICME-15 sebagai acara inklusif, tempat di mana para penggiat pendidikan matematika dan statistika dapat berkumpul dan berinteraksi dengan kolega dari berbagai penjuru dunia untuk membangun warisan berkelanjutan di bidang pendidikan matematika baik di tingkat lokal, regional, maupun global,” ucap Kim Beswick.

Sementara itu, Duta Besar ICME untuk Indonesia Sitti Maesuri Patahuddin mengatakan, partisipasi Indonesia di ICME tidak hanya sebagai penerima ilmu, tapi juga sebagai kontributor aktif yang membawa wawasan unik dari Indonesia kepada masyarakat pendidikan matematika global.

“Hal ini memperkuat posisi Indonesia tidak hanya sebagai penerima manfaat dari diskusi global, tetapi sebagai pemain penting dalam reformasi pendidikan matematika di dunia,” ucap Siti .

ICME 15 merupakan langkah awal dalam perjalanan panjang merevolusi pendidikan matematika di Indonesia. Dalam mengimplementasikan wawasan dari konferensi, para peneliti pendidikan matematika Indonesia selayaknya berkomitmen untuk mengembangkan pendekatan yang holistik dan inklusif, menargetkan peningkatan kualitas pendidikan di semua level, dari perkotaan hingga daerah terpencil.

ICME Indonesia menyebut bahwa dalam kesempatan ini peserta dari Indonesia menandaskan pentingnya dukungan pemerintah bagi para peneliti Indonesia untuk hadir dalam konferensi Internasional yang berkualitas. Ini akan membangun budaya penelitian Internasional yang selanjutnya akan berkontribusi pada kualitas pembelajaran dan mengangkat prestasi siswa Indonesia yang selama ini dikenal terbelakang di International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan the Programme for International Student Assessment (PISA).

Adapun rangkuman presentasi peneliti Indonesia di ICME 15 akan dibukukan oleh dua kandidat PhD University of Canberra, Putrawangsa dan Kamirsyah Wahyu bekerja sama dengan Sitti Patahuddin. Buku yang tengah dipersiapkan ini berjudul “Collaborative Visions: Our Journey at ICME-15 for the Future of Indonesian Mathematics Education”.

 *Kawan-kawan yang baik dapat membaca tulisan-tulisan lain Linda Lestari, atau artikel-artikel lain tentang Pendidikan

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//