Literasi Keuangan dan Investasi untuk Teman Tuli
Rima, salah seorang teman Tuli membutuhkan informasi dan ilmu tentang masalah pinjol. Teman Tuli pun memerlukan edukasi tentang investasi atau literasi keuangan.
Penulis Awla Rajul22 Juli 2024
BandungBergerak.id - Jawa Barat menjadi provinsi dengan utang pinjaman online (pinjol) tertinggi di Indonesia yang mencapai 16,55 tirilliun rupiah per Desember 2023. Masalah pinjol ini bisa menyasar siapa saja, tak terkecuali kawan-kawan difabel sehingga mereka pun memerlukan literasi keuangan.
Atas dasar inilah, KB Valbury Sekuritas Bandung menyelenggarakan kegiatan edukasi pubik Melek Investasi Bersama Teman Tuli dengan tajuk “Pentingnya Perencanaan Keuangan dan Investasi dalam Menghadapi Jerat Pinjol”.
Kegiatan ini berlangsung berkat kolaborasi dengan komunitas Investor Saham Pemula (ISP) Bandung, DPC Gerkatin Kota Bandung, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Barat, dan Bursa Efek Indonesia (IDX) Jawa Barat. Adapun yang menjadi pembicara di kegiatan ini adalah Deputi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan 5 Kantor OJK Jawa Barat Zam Zam Fuadain, Kepala Kantor Perwakilan BEI Jawa Barat Achmad Dirgantara, dan perwakilan KB Valbury Sekuritas Bandung Chamid Muhajir.
Zam Zam dalam pemaparannya mengenalkan perbedaan dan ciri-ciri antara pinjol yang illegal maupun yang legal. Beberapa ciri-cirinya seperti terteranya alamat kantor dan terdaftar/berizin OJK. Ia mengingatkan untuk memastikan terlebih dulu aplikasi tersebut legal dan diawasi OJK sebelum mengajukan pinjaman kalau memang dibutuhkan.
Zam Zam lantas menjelaskan prinsip dalam mengelola keuangan, yaitu 2K (Kebutuhan dan Kemampuan). Pria berkaca mata ini menegaskan, pinjaman pada prinsipnya harus berbasis kebutuhan, bukan keinginan. Sebagai contoh, di masyarakat kerap terjadi praktik pinjaman di lingkaran pertemanan yang ingin beli motor atau handphone baru. Padahal kondisi motor ataupun handphone yang mereka miliki masih baik bisa digunakan. Praktik pinjam ini bukan berbasis kebutuhan, melainkan keinginan.
“Lebih baik uangnya disimpan dan ditabung untuk masa depan,” terangnya dalam pemaparan, di kantor KB Valbury Sekuritas, Sabtu, 20 Juli 2024.
Zam Zam juga mengingatkan dalam pengeluaran haruslah berdasarkan kebutuhan, bersifat hemat dan tidak konsumtif, serta tidak pamer dan hedonis. Jika prinsip ini sudah dijalani dengan baik, barulah kemudian membiasakan diri untuk menabung dan mengembangkan uang dengan cara berinvestasi.
Dalam berinvestasi, prinsipnya adalah 2L (Legal dan Logis) dan Camilan (camera, microphone, location). Camilan maksudnya adalah memastikan aplikasi investasi yang digunakan hanya meminta tiga akses tersebut. Adapun logis adalah memastikan instrument investasi yang masuk akal. Sebab, tidak ada investasi yang tidak ada risiko.
Zam Zam mewanti-wanti untuk mengukur kebutuhan sebelum melakukan pinjaman online. Ia juga mengingatkan untuk tidak mudah memberikan nomor telepon ke siapa pun. Zam Zam pun menyarankan untuk memisah nomor telepon, satu khusus untuk perbankan dan keuangan, satunya lagi untuk keperluan lain. Cara ini efektif digunakan untuk menghindari modus penipuan. Tapi kalau hanya menggunakan satu nomor telepon, ia menegaskan agar cermat dan hati-hati dalam memberikan nomor telepon.
Baca Juga:Fitur Bayar Tunda, Gaya Hidup Konsumtif, dan Pendidikan Literasi Keuangan
Bebas dari Masalah Keuangan dengan Kecerdasan Finansial
Data Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia 2013-2022: Masyarakat Makin Melek
Ternak Uang dengan Berinvestasi
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Jawa Barat, Achmad Dirgantara, memberikan penjelasan tentang investasi dan pasar modal Indonesia. Pasar modal atau dikenal sebagai pasar saham sebenarnya seperti pasar pada umumnya. Bedanya pasar ini mempertemukan pembeli yang ingin investasi dan penjual instrumen investasi, seperti saham, obligasi, dan reksadana.
Di Indonesia sudah ada 934 saham yang diperjualbelikan dan 131 obligasi, baik milik pemerintah maupun swasta. Setiap instrumen investasi yang dibeli oleh masyarakat nantinya akan disimpan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Adapun yang memberikan jaminannya adalah Kliring Penjaminan Efek Indonesia.
Saham reguler termurah yang dijual di bursa efek adalah 5.000 rupiah. Sayangnya, masih ada masyarakat yang masih berpandangan kalau investasi pasar saham adalah judi atau bodong. Ada pula yang minder, tidak memprioritaskan investasi atau kekurangan informasi.
Saat ini investor di pasar modal Indonesia masih berjumlah 12,1 juta investor. Kebanyakan berinvestasi di produk saham, reksadana, maupun obligasi. Ia menilai masyarakat Indonesia memang kerjanya keras, tapi belum sadar akan aset berjalan yang bisa memberikan pemasukan maupun keuntungan.
“Bedanya kalau orang negara maju itu kerjanya biasa aja dan asetnya berjalan. Kalau gaji 3,5 juta (rupiah), ambil 700 ribu (rupiah) untuk dianggarkan ke investasi, bisa saham, obligasi, maupun reksadana. Kalau berkepanjangan dan berlanjut nilainya itu akan terasa,” ungkap Achmad Dirgantara.
Investasi selalu berhubungan dengan dana, waktu, dan risiko. Investasi adalah menahan konsumsi saat ini untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar di masa depan. Makanya sebelum terjun berinvestasi, haruslah paham jenis instrumen investasi, mekanismenya, regulasinya, risikonya, dan lainnya.
“Ketika nyari tau soal saham, cari tahu soal risikonya juga, jangan untungnya aja,” tegasnya.
Adapun beberapa risiko dari berinvestasi di pasar saham adalah capital loss, yaitu selisih negatif nilai jual dan beli. Tidak memperoleh dividen (bagi hasil laba tahunan perusahaan kepada pemegang saham), maupun pailit. Jika perusahaan pailit, pemegang saham akan mendapatkan giliran yang terakhir dari sisa aset perusahaan.
Ia menyebut yang utama dalam berinvestasi adalah menggunakan uang dingin. Berinvestasi pun haruslah memiliki perencanaan. Salah satu saran yang ia berikan adalah jangan menaruh semua investasi di satu keranjang yang sama. Artinya, investasi ada yang di taruh di saham, reksadana, deposito, bahkan aset fisik seperti properti.
“Supaya kalau ada krisis di satu sektor, sektor yang lain bisa menahan. Dan perlu diingat, investasi itu butuh waktu, perlu proses,” katanya.
Achmad juga mewanti-wanti untuk berinvestasi sesuai profil risiko. Yang terpenting, memahami tujuan dalam investasi, mengenali profil risiko, dan memiliki strategi berinvestasi.
“Saham itu bisa diwariskan. Kalau anak muda bahkan beberapa ada yang jadi mas kawin,” terangnya. “Yuk mulai sisihkan, jangan sisakan. Sesuaikan tujuan, mulai dari diri sendiri dan mulai sekarang. Dan jangan investasi pakai uang pinjaman, pakai uang dingin.”
Perwakilan KB Valbury Sekuritas Bandung Chamid Muhajir memberikan saran untuk memulai berinvestasi sesuai dengan dana yang dimiliki, tidak perlu memaksakan. Prinsip dalam berinvestasi adalah imbal hasil yang tinggi berbanding lurus dengan risiko tinggi. Demikian pula sebaliknya. Imbal hasil yang rendah berisiko rendah pula.
Lulusan UIN SGD Bandung ini juga menyebutkan, dari awal investasi haruslah menetapkan jangkanya, trading atau investing. Bedanya, trading berjangka pendek sedangkan investing berjangka panjang. Ia menyebutkan dengan investing jangka panjang, keuntungan yang didapatkan lebih banyak. Sebab dalam saham dikenal dengan compounding interest.
“Tapi hati-hati, risiko saham itu kan tinggi, makanya harus pilih perusahaan yang bagus,” ujarnya sambil menunjukkan beberapa daftar nama perusahaan yang yang masuk ke dalam list IDX30 dan lainnya.
Chamid mewanti-wanti untuk memulai investasi saham dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Lantas jika merugi saat percobaan awal, ambil pelajaran dari situ, dan coba lagi berinvestasi. Ia juga menyarankan untuk menganalisa sahamnya, bukan hanya berdasarkan ikut-ikutan.
Literasi Keuangan di Mata Teman Tuli
Kepala Cabang KB Valbury Sekuritas Bandung, Sostenes Ferdyan Tanusaputra (41 tahun), menyebutkan kegiatan yang dilakukan ini merupakan pilot project. Ide awalnya adalah untuk memberikan literasi keuangan kepada kawan-kawan yang terpinggirkan. Selain bertujuan akhir untuk memberikan literasi investasi, kegiatan ini dilakukan untuk menghindari masyarakat dari investasi bodong maupun pinjol illegal.
“Kan tidak menutup kemungkinan mereka punya literasi yang baik tentang keuangan kan. Gimana caranya mereka bisa belajar. Makanya kita undang pihak OJK, pihak bursa, biar mereka mendapatkan pengetahuan gimana sih investasi yang baik, media investasi yang baik, pilihan yang baik supaya mereka gak ketipu. Kan sekarang banyak banget ya kayak judi online, investasi bodong,” ungkapnya kepada BandungBergerak di sela-sela kegiatan berlangsung.
Ia juga mengaku kegiatan ini direncanakan untuk melebarkan sayap pasar literasi keuangan yang sebelumnya belum terjamah. Makanya jika antusias terhadap kegiatan ini tinggi, sangat mungkin akan dilakukan secara rutin dua minggu atau dua bulan sekali.
“Kita bawain literasi supaya mereka melek terhadap investasi yang baik dan benar. Karena kita bagian dari pasar modal, kita mau mencetak investor-investor yang memang mengerti dan baik dengan investasi yang mereka pahami. Salah satunya yang menarik lewat saham, misalnya,” katanya.
Salah satu peserta kegiatan, Rima (46 tahun) mengaku mendapatkan informasi dan ilmu yang baik tentang masalah pinjol. Ibu rumah tangga ini menyebutkan kalau masyarakat memang harus berhati-hati jika dihadapi pada persoalan yang berujung pada pinjol. Ia juga mengaku senang lantaran acara ini difasilitasi dengan juru bahasa isyarat.
“Kalau soal pinjol ini kan kadang-kadang saya itu masih takut, jadi masih menghindari menggunakan pinjol. Setelah acara ini saya jadi paham nih, saya nyaman rasanya. Atas kerja sama antara DPC Gerkatin dan KB Valbury ini memang sangat baik. Dan semoga dukungan ini bisa terus, teman-teman tuli dan dengar bisa inklusif,” ungkap Rima kepada BandungBergerak.id yang dibantu interpretasi oleh JBI.
Berkaitan dengan investasi di pasar saham, ia mengaku tertarik. Namun sebelum tahap mencoba, ia mengingingkan ada pelatihan yang menunjukkan bagaimana cara menganlisa pasar, melihat kinerja laporan keuangan, hingga praktik langsung cara membeli saham di pasar saham Indonesia. “Apa aja sih yang halal akan dicoba,” timpalnya.
*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan lain dari Awla Rajul atau artikel lain tentang Literasi Keuangan