Melintasi Waktu di Pasar Kenangan, Nostalgia Barang Antik dan Buku Lawas
Pasar Rayat hadir dengan nama baru, yaitu Pasar Kenangan. Pasar Kenangan akan hadir setiap Sabtu di The Park Jabar, Cikutra, Bandung.
Penulis Helni Sadiyah22 Juli 2024
=BandungBergerak.id - Di tengah hiruk pikuk Kota Bandung, Pasar Kenangan hadir memberikan sebuah nostalgia yang membawa pengunjungnya kembali ke masa lalu. Pasar yang digelar di The Park Jabar, Cikutra, Bandung pada hari Sabtu, 20 Juli 2024 menghadirkan barang-barang antik, lapak-lapak buku lawas, zine, dan berbagai barang lainnya.
Latar belakang penyelenggaraan Pasar Kenangan berawal dari respons Ucup Anva dan timnya terhadap kebutuhan akan pasar yang berfokus pada barang-barang masa lalu. Sebelum mengadakan Pasar Kenangan, mereka pernah menggelar pasar serupa yang diberi nama Pasar Rayat.
Pasar rayat lahir dari keinginan Ucup dan anggota timnya untuk menciptakan sebuah event market yang menonjolkan barang-barang nostalgia. Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Beberapa kendala internal kerap menimpa mereka, sehingga konsep dan nama pasar pun harus diubah.
“Kami sudah dua kali mengadakan Pasar Rayat. Untuk yang ketiga, kami menghadapi hambatan tim. Tidak kompak. Maka, kami membuat pasar baru dengan nama baru yang mudah disebut dan mudah dipahami, yaitu Pasar Kenangan,” ujar Ucup.
Menurut Ucup, Pasar Kenangan tidak hanya sekadar tempat transaksi jual beli, tetapi juga bertujuan untuk memupuk rasa kemanusiaan dan kepedulian antarsesama. Ketika seseorang membeli barang di pasar ini, mereka akan teringat akan memori masa lalu yang terkait dengan barang tersebut. Hal ini menambah nilai sentimental pada setiap transaksi.
"Kami ingin menciptakan ruang di mana orang bisa mengenang masa lalu dan berbagi cerita lewat barang-barang yang mereka miliki," tambah Ucup Anva.
Barang-barang yang dijual di Pasar Kenangan dipilih berdasarkan tiga kriteria utama: keantikan, sejarah, dan semangat dari para pedagangnya. Konsep ini memastikan setiap barang yang dijual memiliki nilai lebih dari sekadar harga, tetapi juga cerita dan kenangan yang dibawa oleh barang tersebut.
"Nama Pasar Kenangan dipilih karena pasar ini penuh dengan barang-barang yang memiliki kenangan dan nilai sentimental," tambah Ucup.
Pasar Kenangan turut dimeriahkan penulis seri novel Dilan Pidi Baiq dan kegiatan membaca bersama yang diselenggarakan Bandung Book Party. Rencananya, Pasar Kenangan akan diadakan secara berkala setiap hari Sabtu, dua hingga tiga kali dalam sebulan, dengan kolaborator yang berbeda.
“Event ini sebenarnya event reguler. Bukan special event. Jadi acara ini berlangsung setiap hari Sabtu, dan dalam sebulan bisa 2-3 kali,” terang Ucup.
Peserta lapak dibatasi hingga 15 peserta karena keterbatasan tempat. Ucup berharap acara ini bisa menjadi sarana berkumpul dan mencari barang-barang yang sulit dicari namun memiliki nilai kenangan.
"Kami berharap acara ini bisa terus berlangsung dan semakin banyak orang yang tertarik untuk datang," kata Ucup.
Salah satu pengunjung pasar, Zhiifa (17 tahun) mengungkapkan daya tarik Pasar Kenangan terletak pada kemampuannya untuk menghubungkan pengunjung dengan masa lalu. Ia tertarik dengan buku-buku lama yang disediakan di lapak-lapak pasar. Menurut Zhiifa, Pasar Kenangan dapat memberikan kontribusi untuk memantik kembali masyarakat terhadap sejarah dan budaya literasi melalui barang-barang antik dan buku-buku lama.
“Aku menemukan keunikan di sana. Aku bisa semacam terhubung dengan orang-orang di masa lalu yang aku belum pernah temui. Tapi aku bisa berinteraksi secara tidak langsung melalui karya-karya mereka,” ungkap Zhiifa.
Baca Juga: Mengenang Seluk Beluk Perbukuan Era 1990 di Pasar Rayat
Bernostalgia di Pasar Rakyat The Panas Dalam
Asam Garam Toko Buku Bandung
Mengenalkan Kembali Buku-Buku lawas
Pasar Kenangan merupakan sebuah pasar yang hadir dari inisiatif komunitas dan pedagang barang yang saling mendukung dan mengisi acara. Pada minggu pertamanya, Pasar Kenangan mengusung tema yang kental dengan literasi dengan menghadirkan tokoh terkenal Pidi Baiq.
Di antara para penjual, Deni Rachman (45 tahun) seorang penjual buku yang telah lama berkecimpung dalam dunia literasi turut berpartisipasi dalam memeriahkan Pasar Kenangan. Deni mendirikan Lawang Buku pada tahun 2001 dan fokus pada buku-buku lawas dan hobi sejak tahun 2011. Di Pasar Kenangan, lapak Deni menawarkan berbagai koleksi unik, mulai dari buku-buku lawas, kartu pos, arsip-arsip dan dokumen, hingga majalah.
Deni mengungkapkan, perkembangan literasi di Bandung saat ini semakin beragam. Perkembangan teknologi dan media sosial turut mempengaruhi minat baca masyarakat.
“Ada edukasi di sana. Jadi harus melibatkan Gen Z, Gen Alpha ya untuk bareng-barenglah kolektifan, kolaborasi, mengampanyekan minat baca, menggiatkan lagi literasi, mengenalkan khazanah buku, media-media buku, kaset gitu ya, records ya. Kemudian ada zine, yang bisa mengenalkan anak-anak sekarang,” ungkap Deni.
Menurut Deni, tantangan yang dihadapi dalam menjual buku-buku langka dan antik memerlukan waktu dan usaha. Meskipun demikian ia melihat potensi besar dalam mengenalkan kembali karya-karya lama kepada generasi muda melalui berbagai media dan komunitas.
Deni menyebutkan, pentingnya menyediakan portal atau pintu masuk untuk mengenal buku-buku tersebut, seperti melalui brand atau karakter populer yang sudah dikenal oleh orang-orang muda. Seperti, tokoh Dilan yang bisa menjadi pintu masuk untuk mengenalkan buku-buku lain yang lebih dalam.
“Yang penting itu sekarang lebih ngenalin ke portalnya gitu. Kayak misalnya di sini ada Ayah Pidi. Anak muda sekarang mungkin lebih bisa mengenal dengan Dilan, ya. Nah, itu jadi portal gitu, jadi pintu masuk. Buat mengenal buku dan lebih jauh lagi,” ungkap Deni.
*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya Helni Sadiyah, atau artikel-artikel lain tentang Literasi di Bandung