• Kolom
  • CATATAN DARI BUKU HARIAN #4: Dikunjungi Mantan Awak Tabloid Monitor dan Redaktur Majalah Kelompok Kompas Gramedia Group

CATATAN DARI BUKU HARIAN #4: Dikunjungi Mantan Awak Tabloid Monitor dan Redaktur Majalah Kelompok Kompas Gramedia Group

Tabloid Monitor merupakan pelopor media cetak “infotainment” yang dikomandani Arswendo Atmowiloto, penulis super kreatif dan produktif yang menulis banyak buku.

Kin Sanubary

Kolektor Koran dan Media Lawas

Mendapat kunjungan dari mantan jurnalis Tabloid Monitor, Oktober 2019. Persiapan acara Tribute to Arswendo Atmowiloto. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

10 Agustus 2024


BandungBergerak.id – Dunia media cetak di Indonesia menyimpan sejarah panjang yang penuh dengan inspirasi dan kreativitas. Salah satu ikonnya adalah Tabloid Monitor, sebuah tabloid hiburan yang menjadi pionir sebagai tabloid infotainment pertama di Indonesia.

Kiprah taboid ini bermula sejak tahun 1986, membuatnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kenangan indah era 80-90-an. Sebagai pemimpin redaksi yang kreatif, Arswendo Atmowiloto, menciptakan terobosan dalam penyajian hiburan yang tidak hanya menghibur tapi juga memberikan wawasan kepada pembacanya.

Perkenalan penulis dengan Tabloid Monitor secara berkelanjutan bermula sejak tahun 1986. Diawali dengan membeli secara eceran dan kemudian berlangganan secara rutin Tabloid Monitor, sebuah media hiburan sebagai panduan menonton acara televisi, ketika itu hanya ada TVRI satu-satunya stasiun televisi yang ada di Indonesia. Selain memuat berita seputar dunia televisi juga memuat ulasan tentang radio, film, musik dan hiburan.

Ketika itu Tabloid Monitor, menjadi pelopor media cetak infotainment yang dikomandani oleh Mas Arswendo Atmowiloto, penulis dan pengarang yang super kreatif dan produktif yang menulis banyak buku. Dan tulisannya pun tersebar di berbagai media, baik koran atau majalah.

Beliau yang penulis kenal sebelumnya memimpin dan mengasuh majalah remaja Hai, bahkan jauh sebelum itu sering mengikuti tulisannya di Majalah Midi. Semua karyanya, tulisan dan gaya bahasanya enak dibaca dan asyik diikuti. Pendek cerita penulis mengikuti sedari awal Monitor terbit yaitu November 1986, edisi perdana Monitor dengan sampul depan Veronika Rhoma Irama hingga Monitor dibekukan SIUPP-nya setelah membuat angket pembaca "50 Tokoh yang Dikagumi Pembaca".

Tulisan Mas Wendo begitu biasa disebut, yang dimuat di Majalah Hai, yang paling disukai pembaca di antaranya serial Kiki dan Komplotannya, Imung, dan Keluarga Cemara yang kini telah difilmkan dan dibuat serial televisi. Pada era itu Mas Wendo juga sukses membuat film televisi ACI, Aku Cinta Indonesia yang cukup fenomenal dan tayang di TVRI.

Serial Aku Cinta Indonesia banyak mengedukasi pemirsa dan penonton televisi, tua dan muda.

Bersama mantan jurnalis Tabloid Monitor, Oktober 2019. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Bersama mantan jurnalis Tabloid Monitor, Oktober 2019. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Baca Juga: CATATAN DARI BUKU HARIAN #1: Bari Lukman, Pengibar Bendera Merah Putih Pertama di Bandung
CATATAN DARI BUKU HARIAN #2: Berjumpa dengan Ceu Aam Amilia Ibu Sastrawan Sunda dan Mang Ohle Abdullah Mustappa
CATATAN DARI BUKU HARIAN #3: Bersilaturahmi dengan Ahmad Saelan Wartawan Tiga Zaman

Mengunggah Sampul Tabloid Monitor di Media Sosial

Tiga puluh tahun kemudian setelah Monitor tiada, setelah ada sosial media Facebook dan Instagram, penulis mencoba kembali membuka kenangan lama. Satu persatu cover Tabloid Monitor diunggah, setelah puluhan tahun tersimpan di lemari. Tak bermaksud apa-apa, hanya untuk sekedar nostalgia, bahwa di Indonesia pernah ada tabloid Monitor yang banyak menginspirasi banyak media cetak yang kemudian lahir dan terbit di tanah air juga acara-acara hiburan yang tayang di televisi, seperti infotainment dan sinetron banyak diilhami oleh tabloid Monitor.

Dalam mengunggah sebuah sampul media cetak baik cover suatu majalah, tabloid atau koran lawas, penulis sebelumnya  selalu cek dan ricek dan sangat berhati-hati, khawatir kena komplain, somasi atau menimbulkan pro dan kontra, penulis selalu mengkonfirmasi dulu dengan jurnalis senior atau yang bersangkutan langsung dengan topik bahasan, setelah aman baru diunggah.

Memang di awal-awal postingan "Monitor" banyak komentar dan tanggapan yang miring tentang tabloid tersebut. Baru setelah mendapat keterangan dan informasi yang pas tentang Monitor, baru mereka bisa menerima. Akhirnya secara rutin penulis mengunggah sampul depan Monitor dan acara televisi yang disukai penonton ketika era tahun 80-90-an, secara bersambung atau serial.

Banyak yang mengapresiasi dengan adanya unggahan tersebut. Para sahabat, kerabat, wartawan dan artis yang bersangkutan memberikan atensi dan turut berkomentar. Dan para mantan wartawan, redaktur juga pengasuh Monitor pun ikut nimbrung dan bernostalgia.

Setiap mengunggah sampul muka Monitor, dipastikan ada ulasan khusus dari mantan awak Monitor. Sebut saja beberapa di antaranya, ada ulasan foto dari Gunawan Wibisono, yang kebetulan sebagai fotografer muda di tabloid Monitor, tabloid "Senang" dan majalah iptek "Angkasa" atau karikatur "Moni" dan Telop yang sketsanya dibuat oleh Aries Tanjung, sang komandan artistik. Turut hadir juga  Syamsudin Noer Moenadi (Alm. Snm.), Alm. Hans Miller Banurea, Alm. Bambang Isworo, dan Alm. Bujang Pratiko yang sering mengapresiasi dan memberi tanggapan khusus mengenai postingan Monitor dan beberapa media cetak yang sempat diasuh, dikelola dan dibesarkan oleh Mas Wendo. Di antaranya Majalah Hai, Tabloid Monitor, Tabloid Citra, Citra Musik, Kawanku, Bintang Indonesia, Tabloid Dangdut, dan masih banyak lagi media cetak yang pernah Almarhum Mas  Wendo bidani.

Mendapat kunjungan dari mantan jurnalis Tabloid Monitor, Oktober 2019. Persiapan acara Tribute to Arswendo Atmowiloto. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Mendapat kunjungan dari mantan jurnalis Tabloid Monitor, Oktober 2019. Persiapan acara Tribute to Arswendo Atmowiloto. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Mendapat Kunjungan Mantan Awak Tabloid Monitor

Sekitar lima tahun yang lalu, sebelum kesehatan Mas Wendo merosot, penulis menerima pesan singkat via WA dari jurnalis senior, Ricke Senduk, pimpinan Tabloid Bintang Indonesia yang juga sahabat dekat Mas Wendo. Pesannya adalah undangan untuk hadir di acara ulang tahun Mas Wendo bulan November nanti. Namun, takdir berkata lain, karena pada  tanggal  19 Juli 2019 Mas Wendo dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, tepatnya tanggal 26 Oktober 2019 penulis  mendapat kunjungan dari mantan awak Tabloid Monitor yang juga para anak didik Arswendo Atmowiloto. Mereka berkunjung secara rombongan ke Subang, tempat kediaman penulis. Mereka merupakan panitia acara Tribute to Arswendo Atmowiloto yang akan diselenggarakan akhir bulan November 2019 untuk memperingati 100 hari wafatnya Arswendo Atmowiloto.

Mereka yang berkunjung yaitu para jurnalis senior mantan redaktur majalah atau tabloid milik kelompok media Kompas Gramedia Group yaitu Ricke Senduk, Widiati Kamil, Suswati Pertiwi, Gunawan Wibisono, Ludi Hasibuan, dan Djoko S. Mereka pernah menjadi anak buah Arswendo Atmowiloto di Tabloid Monitor dan mereka tersebar  mengelola dan mendirikan  berbagai media ataupun bekerja di luar industri media.

Adapun tujuan kunjungan tim tersebut yaitu mengumpulkan dan menginventarisir media cetak yang pernah dikelola oleh Almarhum Mas Wendo.

Bersyukur media cetak yang dicari oleh tim dan yang dibutuhkan sebagai penunjang acara Tribute to Arswendo Atmowiloto ada tersimpan di media lawas yang penulis koleksi.

Ada sekitar 200 eksemplar media cetak yang dikumpulkan berupa tabloid, majalah dan surat kabar yang berkaitan dengan almarhum Mas Wendo. Media cetak tersebut terbit dari tahun 1970-an hingga tahun 2000-an. Seperti Majalah Midi (Muda Mudi), Majalah Hai, Hai Super, Majalah Senang, Majalah Kawanku, Tabloid Monitor, Monitor Minggu, Monitor Anak, Tabloid Dangdut, Tabloid Citra, Tabloid Citra Musik, Tabloid Aura, Tabloid Bintang Indonesia, dan surat kabar berbahasa Jawa "Dharma Kanda" terbitan Solo, edisi Januari 1970 di mana Mas Wendo memulai kariernya di dunia kewartawanan.

Setelah terkumpul sekitar 200 eksemplar media cetak itu pun di pack untuk dibawa ke Jakarta.

Setelah bersantap malam di sebuah rumah makan Sunda, rombongan pun istirahat di sebuah hotel yang berada di Kota Subang untuk keesokan harinya melanjutkan perjalanan ke Karawang tepatnya untuk menyekar ke makam Mas Arswendo Atmowiloto di San Diego Hill, Karawang tempat peristirahatan terakhir Mas Wendo.

Suatu kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi penulis karena koleksi media cetak yang dikoleksi, seperti surat kabar, tabloid dan majalah yang pernah dikelola oleh Mas Wendo turut mewarnai acara Tribute to Arswendo Atmowiloto "Harta Paling Berharga" yang diselenggarakan pada tanggal 30 November 2019 di Sentra Jamu Indonesia (Graha Muncul Mekar) Jakarta Barat dihadiri oleh keluarga, kerabat, tabloid sahabat dan berbagai kalangan.

*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain Kin Sanubary dalam tautan berikut

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//