• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Budaya Ngopi sebagai Ritual Penggerak Dinamika Sosial

MAHASISWA BERSUARA: Budaya Ngopi sebagai Ritual Penggerak Dinamika Sosial

Kopi dan kedai kopi memainkan peran penting dalam sejarah dan budaya Indonesia. Dari simbol identitas nasional, budaya, hingga pusat inovasi sosial dan intelektual.

Fatih Hayatul Azhar

Mahasiswa Universitas Budi Luhur Jakarta. Bercita-cita menjadi penulis sambil memiliki toko buku independen, dan membangun serta mengembangkan sanggar

Ilustrasi. Jalan Braga, salah satu tempat di Bandung yang memiliki kedai-kedai kopi, 11 Desember 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

11 Agustus 2024


BandungBergerak.id – Kopi lebih dari sekadar minuman. Di tanah air ini, kopi dan aktivitas ngopi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari yang mencerminkan berbagai lapisan sosial, budaya, dan sejarah yang kaya. Dengan sejarah yang panjang, kopi telah mengalami transformasi yang signifikan, mulai dari simbol identitas budaya hingga elemen penting dalam perubahan sosial dan ekonomi.

Sejarah Kopi Di Indonesia

Kopi pertama kali masuk ke Nusantara pada masa penjajahan Belanda. Pada awal abad ke-17 oleh Belanda, melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang memperkenalkan kopi Arabika dari India ke Indonesia.

Upaya awal untuk menanam kopi di Batavia (sekarang Jakarta) gagal akibat ketidakcocokan faktor lingkungan. Namun percobaan selanjutnya di pulau-pulau lain seperti Sumatera, Bali, dan Sulawesi membuahkan hasil yang memuaskan. Penanaman kopi di Dataran Tinggi Gayo misalnya, telah menjadi salah satu yang paling sukses dan kini dikenal dengan kopi Gayo yang berkualitas tinggi.

Penting untuk dicatat bahwa kopi di Indonesia tidak hanya mencerminkan aspek ekonomi, tetapi juga mengandung nilai budaya yang mendalam. Kopi tubruk contohnya, adalah salah satu varian kopi khas Indonesia yang memiliki cara penyajian dan rasa yang unik.

Kopi tubruk dibuat dari biji kopi yang disangrai, ditumbuk kasar, dan disajikan tanpa menyaring ampasnya yang akan menghasilkan endapan kopi di dasar cangkir. Praktik ini tidak hanya menunjukkan kekayaan rasa kopi Indonesia, tetapi juga peran kopi sebagai simbol identitas lokal.

Budaya Ngopi dan Ritual Kebudayaan Sosial

Warung kopi tradisional sering menjadi tempat berkumpulnya masyarakat, tempat di mana orang bisa berbincang, berdebat, dan berbagi cerita tanpa batasan sosial. Sebaliknya, kafe-kafe modern menyediakan ruang bagi interaksi sosial dalam suasana yang lebih formal dan terorganisir.

Dalam tradisi Jawa, ngopi menjadi sebuah kegiatan sosial yang lebih dari sekadar aktivitas minum kopi. Ngopi menjadi semacam ritual sosial yang memperkuat ikatan dan memberikan ruang untuk kontemplasi pribadi.

Ngopi di Jawa sering kali disertai dengan aktivitas lain seperti merokok (ngudud) atau bersantai sambil berbicara. Aktivitas ini mencerminkan filosofi hidup yang lebih luas di mana kopi bukan hanya sekadar minuman, tetapi juga medium untuk menikmati dan menghayati kehidupan.

Baca Juga: Petani Kopi Gagal Panen karena Terdampak Perubahan Iklim
Upah Buruh-buruh Kafe di Bandung Sepahit Biji Kopi
Secangkir Kopi dan Kesehatan Mental dan Pikiran

Ngopi sebagai Identitas Kebangsaan

Melihat pada konteks historis. Di awal abad ke-20, kopi juga berfungsi sebagai simbol nasionalisme dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada 3 Oktober 1927, dalam pertemuan di Leiden, Belanda, para mahasiswa dan pelajar Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia menggunakan kopi tubruk, klobot (rokok kretek), dan cengkeh sebagai simbol identitas budaya mereka.

Hal tersebut digunakan guna upaya mereka dalam menegaskan identitas ke-Indonesia-an di hadapan kolonial Belanda, mereka sengaja memilih simbol-simbol yang berakar dari budaya lokal untuk menggantikan atribut Hindia Belanda.

Kopi tubruk yang dibuat dari bubuk kopi kasar yang diseduh bersama gula, menjadi simbol nasionalisme karena ia mencerminkan kekhasan kuliner Indonesia yang berbeda dari kopi di belahan dunia lain.

Sedangkan klobot kretek/rokok kretek yang terbuat dari daun jagung dan tembakau juga difungsikan sebagai simbol budaya Nusantara yang menandai identitas mereka. Ini adalah contoh bagaimana kopi dan produk turunannya dapat menjadi sarana untuk mengekspresikan dan memperjuangkan identitas budaya dan nasional.

Kopi Dalam Kancah Revolusi

Selain peranannya dalam konteks lokal dan nasional, kedai kopi memiliki sejarah yang signifikan dalam tatanan budaya global. Di Inggris pada abad ke-18 contohnya, kedai kopi dijadikan sebagai tempat berkumpulnya berbagai kalangan, dari buruh, seniman, hingga ilmuwan.

Kedai kopi menjadi arena bagi mereka untuk bertukar gagasan, diskusi politik, dan inovasi bisnis yang mendorong revolusi industri. Para penemu, pengusaha, dan intelektual sering berkumpul di kedai kopi untuk berdiskusi dan merencanakan proyek-proyek baru, yang berkontribusi pada kemajuan teknologi dan transformasi sosial yang mendalam.

Kedai kopi juga memainkan peran penting dalam Revolusi Prancis. Di Paris, kedai kopi seperti Le Procope menjadi pusat aktivitas intelektual dan politik, di mana tokoh-tokoh terkemuka seperti Voltaire, Robespierre, dan Marat berkumpul untuk membahas dan merencanakan perubahan sosial dan politik.

Diskusi yang terjadi di kedai kopi ini tidak hanya mempengaruhi perkembangan Revolusi Prancis tetapi juga menciptakan ruang untuk ide-ide revolusioner yang mendukung pembentukan tatanan sosial yang lebih egaliter.

Kedai Kopi & Kafe Modern

Di era kontemporer, kopi dan kedai kopi terus berfungsi sebagai pusat inovasi sosial. Dengan munculnya kafe-kafe modern dan gerai kopi specialty, kopi tidak hanya menjadi minuman tetapi juga telah menjadi sebuah pengalaman sosial.

Kafe-kafe sering kali menjadi tempat pertemuan untuk diskusi bisnis, perencanaan kreatif, dan kolaborasi antar perusahaan. Ini mencerminkan pergeseran dari fungsi tradisional kedai kopi sebagai tempat bersantai menjadi ruang dinamis untuk inovasi dan pertukaran ide.

Kehadiran kafe modern yang menawarkan berbagai jenis kopi dan suasana yang nyaman juga mempengaruhi cara orang berinteraksi. Dengan fasilitas seperti Wi-Fi dan ruang yang dirancang untuk kenyamanan, kafe-kafe ini mendukung produktivitas dan kreativitas pengunjungnya. Ini menunjukkan bagaimana kopi dan kedai kopi dapat berfungsi sebagai alat untuk menciptakan komunitas dan mendukung perkembangan sosial dan profesional.

Kopi, dengan segala keunikan dan kekhasannya telah memainkan peran penting dalam sejarah dan budaya Indonesia serta dalam konteks global. Dari simbol identitas nasional dan budaya hingga pusat inovasi sosial dan intelektual, kopi dan aktivitas ngopi mencerminkan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain tentang sejarah dan budaya, serta tulisan-tulisan lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//