• Berita
  • Inovasi Kompor Surya, Pemanfaatan Energi Tenaga Matahari di Jawa Barat Kurang Digarap

Inovasi Kompor Surya, Pemanfaatan Energi Tenaga Matahari di Jawa Barat Kurang Digarap

Indonesia khususnya Jawa Barat memiliki sumber energi surya yang melimpah. Diperlukan percepatan transisi energi dengan Cleantech Startup.

Peserta Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan New Energy Nexus di Bandung, Kamis, 8 Agustus 2024. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak)

Penulis Awla Rajul13 Agustus 2024


BandungBergerak.idOrang-orang muda di Jawa Barat tak kehabisan ide untuk mengembangkan berbagai upaya percepatan transisi energi dari sumber energi kotor (BBM, batubara, dan sejenisnya) ke sumber-sumber energi ramah lingkungan. Perusahaan rintisan (startup) Magfire mengembangkan kompor bertenaga surya. Inovasi ini diklaim bisa lebih menghemat biaya dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan kompor konvensional. Startup ini memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak agar bisa berkembang dan berkelanjutan.

Pendiri Magfire Ibrahim Rasyid (28 tahun) menerangkan, inisiatif kompor surya bermula dari minimnya pemanfaatan tenaga matahari di Indonesia. Dari persoalan ini, mulailah ia melakukan riset hingga menemukan ide membuat kompor surya. Salah satu celah mengembangkan kompor surya adalah pemanfaatan tenaga matahari untuk memasak justru bukan dengan fotovoltaik, bahan untuk panel surya. Di samping itu, di Indonesia belum ada industri yang bisa memproduksi fotovoltaik dari bahan mentah ke bahan jadi.

"Titik mulainya (dari) memanfaatkan matahari, tapi apa yang bisa kita produksi di lokal. Kalau dengan kompor surya, secara teknologi kan cermin, aluminium, dan bahan-bahan lain secara lokal teknologinya kita bisa bikinnya. Gak perlu sampai advance-lah. Tapi impact dari penghematannya besar," ungkap Ibrahim, usai Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan New Energy Nexus, di Bandung, Kamis, 8 Agustus 2024.

Magfire sudah berjalan selama dua tahun. Produk kompor surya yang dikembangkan diberikan ke komunitas, salah satunya Teras Hijau Project. Ibu-ibu di komunitas ini mencoba memasak berbagai makanan dengan kompor surya dan diklaim berhasil.

Ibrahim menyebutkan, startup Magfire punya beberapa capaian yang ingin dicapai. Pertama, produknya bisa disewakan atau dijual massal ke masyarakat. Kedua, tujuan jangka panjangnya adalah masyarakat tidak membeli, tetapi masyarakat sudah bisa memproduksi sendiri, ketika teknologi ini sudah akrab di pasaran.

"Tapi untuk sampai tahap itu kan perlu waktu," ujar lulusan Bisnis Manajemen ITB ini.

Ibrahim menyebut beberapa tantangan yang dihadapi adalah penggunaan energi terbarukan yang cenderung masih menjadi "isu baru" di Indonesia. Sedangkan tantangan yang paling dirasakan adalah persaingan dengan kompetitor, yaitu kompor manual menggunakan gas yang notabenenya disubsidi pemerintah.

"Sebenarnya kalau saya hitung memang menggunakan kompor surya ini dua kali lebih hemat. Tapi kan kompetitor saya disubsidi ya, jadi saya mungkin ada gap kesulitannya di situ," tambahnya.

Magfire memang masih rintisan awal. Namun, produknya sudah berhasil digunakan dan sudah berhasil memasak berbagai macam jenis makanan. Sayangnya, adopsi di masyarakat belum optimal. Sebab untuk adopsi ke masyarakat butuh ketersediaan barang. Pengadaan barang inilah yang belum mampu dilakukan Magfire. Pendanaan menjadi salah satu hal yang dibutuhkan oleh perusahaan rintisan agar berkembang dan memperluas jangkauan.

Peluang Cleantech Startup

New Energy Nexus menyelenggarakan FGD dengan mengundang berbagai pihak, di antaranya beberapa cleantech startup di Jawa Barat, inkubator, universitas, organisasi masyarakat sipil, dan perwakilan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Jawa Barat, di Aston Pasteur, Kamis, 8 Agustus 2024 lalu.

Policy Analist New Energy Nexus Fadilla Miftahul menerangkan, FGD ini merupakan tindak lanjut beberapa kegiatan tahun lalu. 2023 lalu, New Energy Nexus telah melakukan diskusi, riset, dan interview ke pemerintah dengan fokus perkenalan cleantech startup dan mau mengetahui kondisi energi di jabar. Adapun output dari kegiatan tahun lalu adalah hadirnya policy brief kondisi cleantech startup di Jawa Barat. Sedangkan kegiatan tahun ini yang akan dihasilkan adalah guideline terkait cleantech startup.

"Nah untuk guideline-nya nanti isinya yang sudah dibahas di FGD. Jadi kayak gimana sih bentuk dukungan yang bisa dilakukan sama berbagai macam opd, stakeholder, lembaga keuangan untuk support cleantech startup, baik regulasi, pendanaan, riset dan lain," katanya, usai FGD.

Fadilla menerangkan, New Energy Nexus memandang Jawa Barat memiliki potensi dan peluang besar bagi cleantech startup. Jawa Barat merupakan daerah yang telah mencapai target bauran energi daerah yaitu sebesar 23,41 persen di tahun 2023 yang menjadikan Jawa Barat sebagai provinsi yang berhasil mencapai target bauran 20 persen sebelum tahun 2025. Jawa Barat juga memiliki berbagai kampus-kampus unggul yang bukan hanya memiliki sdm unggul, tetapi juga inkubator. Meski inkubatornya bukan spesifik untuk cleantech startup, melainkan umum, ini merupakan bentuk dukungan baik untuk pembinaan perusahaan rintisan.

"Terus target bauran energi juga sudah mendukung karena jabar salah satu daerah yang sudah tercapai bauran energi. Tapi mungkin bisa dipertanyakan apakah targetnya udah ambisius atau ternyata belum. Terus kalau regulasi so far sudah ada, tentang insentif kendaraan listrik, arahan menggunakan PLTS atap, walaupun masih voluntary belum mandatory," lanjutnya.

Ibrahim mengaku mendapatkan banyak informasi dan bagaimana kondisi energi di Jawa Barat melalui FGD. Namun begitu, yang terutama, sebagai perusahaan rintisan yang masih baru berjalan, potensi pendanaan menjadi target utama yang ingin dicapai. 

"Mungkin namanya early startup ya, kita mau mendapatkan pendanaan. Mungkin di situ Magfire mau mencoba untuk beradaptasi lagi lah, kira-kira kita tempatnya ada di mana, apakah kita bisa sampai masuk ke pengadaan pemerintah atau apa itu sedang diproses. Alhamdulillah, semoga FGD ini membuka pintu-pintu tersebut," ungkapnya.

Baca Juga: Orang-orang Muda Mendeklarasikan Komitmen Transisi Energi Bersih Berkeadilan di Gedung Merdeka
Bahaya Mengancam dari Transisi Energi Sumber Panas Bumi
Warisan Buruk Jokowi untuk Transisi Energi

Apa Cleantech Startup?

Sejauh ini belum ada definisi baku apa itu cleantech startup. Adapun New Nexus Energy mendefinisikan cleantech startup sebagai bentuk kewirausahaan atau UKMK yang punya growth mindset dan menggunakan teknologi yang tidak menghasilkan dampak negatif ke lingkungan. New Energy Nexus memandang kewirausahaan berbasis teknologi bersih (cleantech startup) dapat menjadi salah satu alat untuk mencapai bauran energi di Jawa Barat.

Dengan potensi besar dalam inovasi teknologi dan komitmen terhadap keberlanjutan, kata Fadilla, startup cleantech dapat memainkan peran vital dalam mendorong transformasi industri menuju praktik-praktik yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, startup cleantech juga bisa mendukung pengembangan diversifikasi ekonomi lokal melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan produktivitas, dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia.

"Nexus fokus di 8 sektor, tapi kalau tim policy analysis kita fokus di ketenagalistrikan, industri dan building, dan transportasi. Kita fokus di tiga sektor ini karena kita fokus mau cleantech startup ini bisa jadi tools untuk mencapai target bauran energi dan juga menurunkan emisi. Fokus di tiga sektor ini karena penyumbang emisi terbesar rata-rata di tiap daerah," tutup Fadilla.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Awla Rajul atau artikel lain tentang Energi dan Proyek Strategis Nasional

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//