• Berita
  • Para Srikandi Pasundan di Festival Ekonomi Kreatif Babakan Ciparay

Para Srikandi Pasundan di Festival Ekonomi Kreatif Babakan Ciparay

Para transpuan sering menghadapi kesulitan mengakses fasilitas-fasilitas ekonomi. Mereka memiliki potensi yang sama untuk berdaya dan mandiri.

Festival Ekonomi Kreatif Local dan Edutainment yang diselenggarakan Srikandi Pasundan, Minggu, 18 Agustus 2024, di Kampung Babakan Ciparay RW 5, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Penulis Yopi Muharam19 Agustus 2024


BandungBergerak.idHari kemerdekaan RI baru sebatas angka dan usia. Dampak kemerdekaan belum dirasakan oleh seluruh warga negara: merdeka secara ekonomi, merdeka dari stigma dan diskriminasi, dan merdeka di setiap aspek kehidupan. Bagi kaum transpuan, pemaknaan terhadap hari kemerdekaan masih berupa jalan panjang yang harus diwujudkan.

Di satu bidang saja, misalnya ekonomi, acap kali transpuan didiskreditkan sebagai pengamen jalanan, pekerja seks, dan paling banter bekerja di salon-salon. Profesi-profesi ini telah lama melekat sehingga kian memperkuat stigma.

Padahal, para transpuan bisa bergerak di bidang apa saja. Mereka juga bisa berdaya dengan menjalankan wirausaha, seperti dibuktikan di Festival Ekonomi Kreatif Local dan Edutainment yang diselenggarakan Srikandi Pasundan, Minggu. 18 Agustus 2024, di Kampung Babakan Ciparay RW 5, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung.

Festival ini menjajakan sejumlah produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang dibikin kaum transpuan. Di sana mereka menyajikan aneka macam kuliner seperti makanan ringan, bakso tahu, sampai telor asin.

Penjual bakso tahu, Feby contohnya. Ia sudah bergelut sebagai penjual bakso tahu selama sepuluh tahun. Bersama rekannya, ia menjajakan jualannya di rumahnya di kawasan Pagarsih Kota Bandung. Sebelumnya ia pernah bekerja di salon selama tiga tahun, hingga akhirnya memutuskan untuk berjualan secara mandiri.

Usaha yang Feby kelola merupakan warisan dari orang tuanya yang penjual makanan. “Karena dari keluarga juga. Mamah yang nurunin kuliner juga. Makanya saya jadi terjun ke dunia kuliner,” ujar Feby, di tengah keramaian festival.

Langkah Feby disambut baik oleh masyarakat sekitar. Ia tidak pernah merasa terstigma oleh lingkungan. Maka dari itu, ia tetap percaya diri untuk terus berjualan bakso tahu.

Feby menyadari, tidak semua kaum transpuan seberuntung dirinya. Masih banyak transpuan yang sulit memiliki akses terhadap ekonomi. Feby pun berharap ke depannya bisa mengembangkan usahanya sehingga dapat mempekerjakan teman-teman sejawat.

“Ya, harapannya bisa membuka usaha buat temen-temen transpuan biar bisa berjalan bersama-sama,” lanjut Feby.

Festival Ekonomi Kreatif Local dan Edutainment yang diselenggarakan Srikandi Pasundan, Minggu, 18 Agustus 2024, di Kampung Babakan Ciparay RW 5, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)
Festival Ekonomi Kreatif Local dan Edutainment yang diselenggarakan Srikandi Pasundan, Minggu, 18 Agustus 2024, di Kampung Babakan Ciparay RW 5, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Di samping tenan Feby, terdapat cemilan ringan yang tersusun rapi dengan banner seluas 160 x 60 cm berdiri tegak di depannya. Itu adalah usaha milih Joya, seorang transpuan pelaku UMKM juga.

Joya baru terjun ke dunia UMKM sejak Januari tahun ini. Beda seperti Feby, sebelumnya Joya bekerja sebagai Wedding Organizer (WO) dan ia memutuskan keluar. Ia kemudian bergabung dengan Srikandi Pasundan (SP), komunitas yang bergerak di bidang pemberdayaan dan pendampingan transpuan.

Selama aktif di SP Joya kebagian tugas lapangan atau biasa disebut staf petugas lapangan. Akan tetapi bulan lalu, ia memutuskan keluar dari kepengurusan SP karena ingin fokus menjalankan UMKM-nya.

“Cuma bulan kemarin aku resign karena untuk menggeluti bisnis ini. Karena usaha aku ga ada yang ngehandle karena kesibukan kerja juga,” ujar Joya.

Joya berharap tidak ada stigma pada kelompok rentan di Indonesia. Menurutnya, diperlukan upaya penghapusan stigma pada kelompok-kelompok rentan. Ia terjun ke bisnis kuliner juga terdorong ingin mematahkan stigma tersebut.

“Aku ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa waria juga bisa seperti orang juga. Biar enggak ada stigma atau dipandang sebelah mata,” lanjut Joya.

Festival Ekonomi Kreatif Local dan Edutainment yang diselenggarakan Srikandi Pasundan, Minggu, 18 Agustus 2024, di Kampung Babakan Ciparay RW 5, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)
Festival Ekonomi Kreatif Local dan Edutainment yang diselenggarakan Srikandi Pasundan, Minggu, 18 Agustus 2024, di Kampung Babakan Ciparay RW 5, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Peran Srikandi Pasundan

Srikandi Pasundan sudah berdiri selama 20 tahun. Organisasi advokasi ini banyak berdampak bagi kehidupan kaum transpuan. Bukan hanya transpuan, SP hadir di tengah masyarakat untuk membantu di berbagai bidang, salah satunya kesehatan.

Di sela-sela Festival Ekonomi Kreatif Local dan Edutainment, SP menyediakan cek kesehatan gratis untuk masyarakat sekitar khususnya lansia. Fasilitas ini hadir berkat kerja sama SP dengan Puskesmas Caringin.

Keberadaan SP mendapatkan apresiasi dari Ketua RW 5 Babakan Ciparay Agus Suarna. Ia mengapresiasi dan mendukung penuh kegiatan yang berdampak baik pada masyarakat dan lingkungan, terutama bagi manula yang sangat membutuhkan fasilitas kesehatan.

“Ya, alhamdulillah, sangat mendukung sekali, karena bantuan (dari Srikandi Pasundan) dari kesehatan itu sangat membantu warga di sini,” tutur Agus.

Kendati masih ada masyarakat yang mempertanyakan kenapa banyak kaum transpuan di kampungnya, Agus menepis bahwa keberadaan mereka berdampak positif. “Jawaban saya kalau unsurnya positif kenapa tidak,” ungkap Agus.

Ketua Srikandi Pasundan sekaligus koordinator acara Luvhi Pamungkas mengatakan, Srikandi Pasundan sudah sering menggelar berkegiatan bersama masyarakat sekitar. Selain festival UMKM, SP juga kerap mengadakan berbagai kegiatan dengan tema beragam.

“Acara yang kedua kali untuk kemasyarakatan (UMKM), tapi sebelum-sebelumnya kita sering mengadakan kegiatan bermasyarakat (dengan tema berbeda),” ujar Luvhi.

Di sisi lain, divisi Rumah Tangga Srikandi Pasundan Sri Wahyuni menambahkan, Srikandi Pasundan merupakan wadah bagi transpuan. Ia berharap SP bisa lebih banyak lagi menjangkau kaum transpuan.

“Ini adalah suatu wadah yang dapat melindungi hak-hak mereka, terus dapat memberi informasi yang bermanfaat untuk ke depannya,” ujar transpuan yang akrab disapa Cunai.

Di luar sana masih banyak transpuan yang belum bergabung dengan SP. Menurutnya, SP hadir untuk menaungi hak-hak transpuan. Mereka yang bergabung di SP akan mendapatkan tempat yang setara, bahkan bisa jadi tempat saling support antara satu sama lain. Jadi transpuan tidak merasa sendirian.

Baca Juga: SUARA PINGGIRAN: dari Srikandi Pasundan untuk Teman Transpuan
Mempertanyakan Raperda Anti-LGBTQ, Menuntut Ruang Aman bagi Kelompok Minoritas Gender di Kota Bandung
Kisah Fiona, Transpuan yang Menginginkan Hidup Mandiri

Festival Ekonomi Kreatif Local dan Edutainment yang diselenggarakan Srikandi Pasundan, Minggu, 18 Agustus 2024, di Kampung Babakan Ciparay RW 5, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)
Festival Ekonomi Kreatif Local dan Edutainment yang diselenggarakan Srikandi Pasundan, Minggu, 18 Agustus 2024, di Kampung Babakan Ciparay RW 5, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Memaknai Kemerdekaan

Festival Ekonomi Kreatif Local dan Edutainment merupakan jawaban atas cemooh terhadap transpuan selama ini, bahwa mereka pun bisa berdaya secara ekonomi dengan menggerakkan UMKM. Festival UMKM menunjukkan potensi yang dimiliki transpuan, bahwa mereka mampu melakukan pekerjaan selain kerja di salon atau ngamen di perempatan lampu merah.

“Tapi dengan adanya acara ini, ini adalah salah satu contoh bahwa transpuan tidak terpatok pada kerjaan di salon aja,” tegas Luvhi.

Ia selalu berharap, suatu saat kaum transpuan dapat membaur dengan masyarakat umum tanpa tersekat stigma negatif. Ia menegaskan, makna kemerdekaan sesungguhnya adalah merdeka dari diskriminasi dan tidak ada lagi sekat perbedaan.

“Memaknai kemerdekaan ini menurut aku adalah merdeka dari stigma diskriminasi, kita setara, kita tak ada lagi perbedaan,” ujarnya.

Cunai pun memiliki harapan yang sama dengan Luvhi. Ia pengin keberadaan kaum transpuan tidak dilihat dari sampulnya saja. Baginya transpuan adalah bagian dari umat manusia yang memiliki hak-hak yang sama.

“Jadi balik lagi, bahwa transpuan itu sebenarnya manusia dan punya hak yang sama. Dan kita harus menghormati hak mereka sebagai manusianya, bukan sebagai transpuannya,” jelas Cunai.

Feby juga sepakat, transpuan berhak diperlakukan setara. Tidak ada perbedaan hak antara transpuan dan nontranspuan. “Merdeka tentang pribadi ya, kalau misalkan kita transpuan sudah diterima di masyarakat umum,” tutur Feby.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Yopi Muharam atau artikel-artikel lain tentang Transpuan Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//