Memerdekakan Sungai Cikapundung dengan Merangkul Orang-orang Muda Bandung
Sungai Cikapundung merupakan nadi kehidupan Kota Bandung. Keberadaan anak Sungai Citarum ini terancam pencemaran jika tak segera ditangani.
Penulis Ivan Yeremia20 Agustus 2024
BandungBergerak.id - Komunitas Cika Cika bersama relawan anak sekolah dan mahasiswa melakukan kegiatan penebaran ikan, pelepasan burung, dan penanaman pohon di sekitar area Sungai Cikapundung. Karena meski Indonesia sudah 79 tahun merdeka, tetapi kondisi lingkungan seperti sungai sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan.
Sungai Cikapundung merupakan salah satu sungai di Kota Bandung yang tercemar. Merujuk dokumen Kota Bandung Dalam Angka 2021, terdapat 10 anak Sungai Citarum yang memiliki status mutu air tercemar, dengan status ringan hingga sedang per 2020. Sungai Cikapundung yang merupakan anak Sungai Citarum, berstatus cemar ringan.
Gerakan penyelamatan sungai dengan panjang 28 kilometer yang digagas Komunitas Cika Cika ini sengaja merangkul orang-orang muda Bandung. Penebaran ikan dan lain-lain merupakan aksi simbolik bahwa kita mesti menjaga ekosistem lingkungan.
“Biar burungnya tetap ada, habitat alam di sungainya tetap ada, dan pohonnya tetap asri,” ungkap Iin Ina Marsina atau akrab disapa Iin, humas Komunitas Cika Cika, Sabtu, 17 Agustus 2024.
Selain orang-orang muda, kegiatan ini dihadiri oleh berbagai komunitas, akademikus, dan relawan yang memiliki perhatian pada keberlanjutan Sungai Cikapundung. Bagi Komunitas Cika Cika, peran orang-orang muda sangat penting dalam menjaga lingkungan.
“Kita merangkul anak muda yang punya kepedulian dan kreativitas hayuk weh berbarengan di sini, ya boleh dikatakan tempat ini sebagai posko anak muda,” ungkap Iin.
Iin percaya, orang muda memiliki pengaruh besar di masyarakat. Mereka bisa mengajak dan melakukan sosialiasasi untuk mengubah pola pikir masyarakat agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Diharapkan, gerakan orang-orang muda dan pecinta lingkungan dapat menciptakan Kota Bandung yang lebih baik. Apalagi saat ini isu sampah di kota Bandung sedang menjadi permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Iin menegaskan, saat ini Indonesia tidak lagi berperang melawan penjajah untuk menyatakan kemerdekaan. Menjaga dan menyosialisasikan pentingnya keberlanjutan lingkungan jalan yang mesti dipilih orang-orang muda khususnya yang tergabung dalam Komunitas Cika Cika.
“Kalau dulu mah nenek moyang kita berjuang dari penjajahan, nah sekarang kita berjuang gimana caranya kita untuk membuat masyarakat tergerak. Rasa kepeduliannya secara naluri bener-bener menjaga dan merawat lingkungan,” ujarnya
Baca Juga: PROFIL KOMUNITAS CIKA-CIKA: Lahir dari Keprihatinan terhadap Nasib Sungai Cikapundung
PROFIL KOMUNITAS MASYARAKAT KREATIF KAMPOENG TJIBARANI: Melihat Citra Bandung dari Pinggiran Cikapundung
Data Status Mutu Air Anak Sungai Citarum di Kota Bandung 2020, Sungai Ciwastra Terburuk
Tetap Bergerak
Aksi memelihara Sungai Cikapundung yang dilakukan komunitas Cika Cika diawali dengan upacara pengibaran bendera di pinggir Sungai Cikapundung. Trio Meirdiano sebagai pembina dalam upacara mengungkapkan, upacara di bantaran Sungai Cikapundung harus menjadi refleksi dan kebanggaan untuk tetap menjaga lingkungan.
“Upacara di sini adalah suatu kesempatan yang luar biasa. Kita selalu diberikan kesempatan semoga kesempatan itu bisa kita ambil dan dapat kita manfaatkan semaksimal mungkin sesuai dengan apa yang kita cita-citakan,” kata Trio yang juga pegiat dari Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB).
Sungai Cikapundung dipilih sebagai lokasi upacara agustusan karena lingkungan sungai bisa dipakai untuk apa pun termasuk upacara bendera. Setelah melakukan upacara bendera dan berbagai kegiatan kepedulian alam lainnya, acara dilanjutkan dengan diskusi bersama komunitas peduli lingkungan, organisasi mahasiswa, dan organisasi siswa Kota Bandung.
Kegiatan diskusi ini berawal dari keresahan dan kepedulian terkait lingkungan Kota Bandung saat ini. Hal yang menjadi pembahasan utama adalah sampah di Kota Bandung. Dinas Perumahan dan Permukiman merilis data bahwa Bandung menjadi kota atau kabupaten penghasil sampah terbanyak ke-4 di Jawa Barat setelah Tasikmalaya, Majalengka, dan Cianjur.
Trio mengingatkan, memelihara lingkungan harus dimulai dari diri sendiri. Jika perilaku individu-individu berubah, maka perubahan diharapkan bisa terjadi secara sistematis pada lingkungan sekitar.
“Sekecil apa pun pergerakannya, kita harus bergerak. Jangan lihat benar salahnya dulu, lakukan saja dulu tetapi tetap dalam norma yang sesuai,” ungkap Trio.
Tak lupa, perkembangan teknologi juga harus dimanfaatkan untuk menopang gerakan penyelamatan lingkungan. Contohnya, dengan mengunggah propaganda di media sosial.
Hal serupa disampaikan Fathan Zaky, mahasiswa dari BEM Keluarga Mahasiswa Fakultas Pertanian Unpad yang menyampaikan bahwa penggunaan propaganda di media sosial saat ini menjadi salah satu cara yang bisa menciptakan dampak besar untuk sebuah perubahan. Contoh, kehadiran komunitas Pandawara mampu memicu tumbuhnya komunitas-komunitas serupa di setiap daerah.
*Kawan-kawan yang baik, silakan menengok tulisan-tulisan lain dari Ivan Yeremia, atau artikel-artikel lain tentang Sungai Cikapundung