• Berita
  • Bergerak Bersama Tular Nalar - Mafindo, Sekolah Kebangsaan Literasi Digital untuk Pemilih Pemula di SMAN 1 Cililin

Bergerak Bersama Tular Nalar - Mafindo, Sekolah Kebangsaan Literasi Digital untuk Pemilih Pemula di SMAN 1 Cililin

Orang-orang muda dari SMAN 1 Cililin mendapatkan pelatihan Sekolah Kebangsaan yang merupakan program Tular Nalar Mafindo untuk menyongsong Pilkada.

Program Tular Nalar Mafindo bertajuk Sekolah Kebangsaan tentang literasi digital bagi pemilih pemula Pilkada 2024 di SMAN 1 Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 27 Agustus 2024. (Foto: Nesta De La Haye Simarmata/BandungBergerak)

Penulis Yopi Muharam27 Agustus 2024


BandungBergerak.idOrang-orang muda kembali dihadapkan pada pesta demokrasi. Setelah awal tahun lalu mereka menghadapi Pilpres 2024, kini Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang diselenggarakan serentak sudah menjelang. Pemahaman tentang literasi politik pun menjadi hal krusial bagi orang-orang muda. Untuk itu, program Tular Nalar Mafindo berkolaborasi dengan BandungBergerak mengadakan pelatihan sekolah kebangsaan terkait literasi digital untuk menghadapi Pilkada 2024.

Pelatihan literasi digital dilakukan di SMAN 1 Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 27 Agustus 2024. Sekolah kebangsaan ini bertujuan untuk memberi pemahaman kepada siswa kelas 12 yang merupakan pemilih pemula untuk menyambut musim pilkada.

Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang menyelenggarakan Pilkada. Pemungutan suara tingkat daerah ini akan dibarengkan dengan Pilgub Jabar.

Pelatihan literasi digital diikuti oleh 100 murid kelas 12 yang notabene pemilih awam. Mereka dibagi ke dalam 10 kelompok. Setiap kelompok difasilitasi oleh fasilitator yang bertugas untuk menyampaikan materi.

Kegiatan ini terbagi dalam empat segmen, yaitu: segmen pertama membahas tentang pengertian pemilu. Para siswa dilatih untuk cermat dalam menghadapi masa pemilu mulai dari tahapan pemilu sampai dasar hukum pemilu.

Segmen kedua membahas demokrasi. Selain membahas tentang teori demokrasi, para siswa diharapkan berpikir kritis untuk menjaga integritas dan keberlanjutan demokrasi dengan cara yang bertanggung jawab dan berpikiran terbuka.

Program Tular Nalar Mafindo bertajuk Sekolah Kebangsaan tentang literasi digital bagi pemilih pemula Pilkada 2024 di SMAN 1 Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 27 Agustus 2024. (Foto: Nesta De La Haye Simarmata/BandungBergerak)
Program Tular Nalar Mafindo bertajuk Sekolah Kebangsaan tentang literasi digital bagi pemilih pemula Pilkada 2024 di SMAN 1 Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 27 Agustus 2024. (Foto: Nesta De La Haye Simarmata/BandungBergerak)

Segmen ketiga membahas bagaimana para siswa agar terhindar dari disinformasi atau hoaks. Segmen ini dinamakan mengindra hoaks pemilu. Di segmen ini siswa diberi pemahaman tentang inokulasi, sebuah konsep agar tidak mudah percaya terhadap berita atau informasi yang tidak jelas.

Di segmen ini pula, siswa diajarkan teori simpel agar terhindar dari disinformasi. Teori ini dinamakan Kacau IDE. IDE sendiri merupakan akronim dari Isi, Diri, dan Emosi.

Adapun pengertian dari Kacau Isi ialah upaya untuk menjatuhkan salah satu paslon dengan cara memelintir data atau framing. Sedangkan Kacau Diri, merupakan disinformasi untuk merusak kredibilitas atau reputasi seseorang atau lembaga dengan menabur keraguan, kebingungan, dan persepsi negatif. Dan, Kacau Emosi adalah hoaks untuk memancing emosional berlebihan yang disengaja agar muncul respons seperti kemarahan, jijik, sampai rasa bersalah.

Terakhir, segmen Waspadai Sanksi. Pada segmen ini siswa diberi pemahaman terkait sanksi penyebaran berita bohong yang menyebabkan terhambatnya suatu pemilu. Sanksi yang dicatut dalam segmen ini adalah; sanksi pidana, sanksi sosial, sampai sanksi digital.

Selain itu, para fasilitator juga mewanti-wanti agar para siswa menggunakan hak suaranya dengan baik dan cermat dalam memilih pemimpin daerah.

Baca Juga: Pelatihan Bersama Tular Nalar Mafindo, Menjadikan Perkembangan Dunia Digital Positif bagi Kehidupan Para Lansia
Menyemangati Lansia dengan Pelatihan Literasi Digital yang Digagas Tular Nalar Mafindo
Gerakan Literasi Digital dari Tular Nalar Mafindo untuk Orang Muda dan Lansia

Program Tular Nalar Mafindo bertajuk Sekolah Kebangsaan tentang literasi digital bagi pemilih pemula Pilkada 2024 di SMAN 1 Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 27 Agustus 2024. (Foto: Nesta De La Haye Simarmata/BandungBergerak)
Program Tular Nalar Mafindo bertajuk Sekolah Kebangsaan tentang literasi digital bagi pemilih pemula Pilkada 2024 di SMAN 1 Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 27 Agustus 2024. (Foto: Nesta De La Haye Simarmata/BandungBergerak)

Kritis dalam Memilih

Banyak dari peserta yang antusias mengikuti program Tular Nalar Mafindo ini. Kurangnya pemahaman terkait literasi digital terutama dalam masa pilkada membuat murid-murid SMA tersebut serius memperhatikan fasilitator dalam memaparkan materi.

Para siswa yang mengikuti sekolah kebangsaan ini terlihat interaktif. Saat salah satu fasilitator bertanya terkait bagaimana cara menghadapi orang tua yang termakan oleh berita palsu, Muthia, salah seorang peserta dari jurusan IPA, menjawab harus memberitahu dengan data yang akurat.

“Kita harus memberi tahu orang tua kita dengan berita atau informasi yang mempunyai data yang akurat. Agar orang tua kita tidak percaya lagi berita palsu (hoaks),” ujar Muthia, percaya diri.

Di sisi lain, siswa lainnya yang juga dari jurusan IPA, Siti Latifah mengungkapkan rasa bahagianya karena telah mengikuti pelatihan. Pelatihan ini dianggap sangat berguna untuk menyambut masa pilkada. Apa lagi baginya pilkada ini yang pertama kali akan mengikuti pemungutan suara.

Program Tular Nalar Mafindo bertajuk Sekolah Kebangsaan tentang literasi digital bagi pemilih pemula Pilkada 2024 di SMAN 1 Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 27 Agustus 2024. (Foto: Nesta De La Haye Simarmata/BandungBergerak)
Program Tular Nalar Mafindo bertajuk Sekolah Kebangsaan tentang literasi digital bagi pemilih pemula Pilkada 2024 di SMAN 1 Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 27 Agustus 2024. (Foto: Nesta De La Haye Simarmata/BandungBergerak)

Latifah mengungkapkan, setelah mengikuti pelatihan ini ia dapat mengidentifikasi berita yang terindikasi hoaks atau berita bohong. “Bagaimana cara kita mengidentifikasi bentuk hoaks itu. Jadi itu sangat membantu bagi saya. Karena generasi saya sangat erat banget sama digitalisasi,” ujarnya, kepada BandungBergerak, usai pelatihan.

Di sisi lain, guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) R. Irma Rachmawaty mendukung penuh pelatihan sekolah kebangsaan ini. Menurutnya perlu memberi pemahaman bagi siswa yang apatis terhadap pilkada.

“Kebanyakan dari mereka itu tak acuh (dalam kontestasi Pilkada), karena ketidaktahuan. Dengan adanya pelatihan ini sebagai pembelajaran bagi siswa agar punya gambaran bahwa memilih pemimpin itu jangan asal. Harus betul-betul dipikirkan untuk masa depan,” ujar R. Irma Rachmawaty.

Lebih dari itu, Irma berharap agar para siswa kritis dalam memilih pemimpin jangan asal memilih karena orang kaya. Menurutnya, banyak dari orang tua memilih karena ada uangnya. Maka dari itu, dia berharap siswanya dapat memilih dengan kritis.

“Saya paling gemes ya melihat masyarakat sekarang yang dipilih pemimpin itu asal ada uangnya (money politic). Nah ini salah satu yang salah banget. Maka saya sering menekankan anak-anak jangan mencontoh orang tua yang memilih pemimpin asal ada uangnya,” kata Irma.

*Artikel ini terbit sebagai bagian kerja sama antara BandungBergerak dan Program Tular Nalar Mafindo

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//