• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Film sebagai Media Kritik dan Cerminan Sosial keadaan Indonesia

MAHASISWA BERSUARA: Film sebagai Media Kritik dan Cerminan Sosial keadaan Indonesia

Film dapat menjadi alat efektif dalam membuka diskusi publik untuk membentuk kesadaran sosial dan menginspirasi perubahan positif dalam masyarakat.

Michelle Gabriella Waromi

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Orang-orang muda menghadiri nobar film dokumenter tentang permasalahan sungai dan sampah di Stocker House, Braga, Jumat 27 Oktober 2023 malam. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

28 Agustus 2024


BandungBergerak.id – Di era modern ini, film telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Film tidak hanya sebagai sarana hiburan tetapi juga sebagai cerminan realitas yang membuka mata masyarakat terhadap berbagai persoalan yang ada di sekitar.

Banyak film Indonesia yang secara nyata mengangkat isu-isu sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat, mulai dari kesenjangan ekonomi hingga ketidakadilan politik. Salah satunya seperti dalam film “Laskar Pelangi”, yang menjadi cerminan realitas pendidikan di Indonesia, dan menjadi tamparan soal diskriminasi berdasarkan kedudukan sosial. Stereotip terhadap anak-anak dari keluarga miskin sebagai "tidak mampu" di sekolah sering kali mengikis kepercayaan diri mereka (Haq, Rahma, Febriani, Arfianti, & Arochman, 2024).

Berdasarkan contoh tersebut, film memiliki kekuatan luar biasa dalam mempengaruhi dan merefleksikan realitas kehidupan masyarakat. Melalui karakter dan alur cerita, film dapat memberikan gambaran mendalam tentang realitas sosial yang sering kali tersembunyi dari pandangan umum. Dengan kata lain, film dapat berperan penting sebagai media kritik mengenai isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Budaya Ngopi sebagai Ritual Penggerak Dinamika Sosial
MAHASISWA BERSUARA: Refleksi pada Kasus Dugaan Perundungan Dokter Muda di Semarang, Lingkaran Setan yang Berulang
MAHASISWA BERSUARA: Mendorong Inklusivitas Infrastruktur Publik Kota Bandung bagi Para Difabel

Film Sebagai Media Kritik

Film merupakan media yang efektif untuk mencerminkan dan mengangkat isu-isu sosial yang ada di masyarakat. Film memiliki kemampuan unik untuk menghidupkan cerita-cerita yang mencerminkan kondisi dan dinamika masyarakat.

Melalui visualisasi dan narasi yang mendalam, film dapat menyoroti isu-isu sosial seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan diskriminasi, serta bagaimana isu-isu tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap adegan dan dialog dalam film memiliki potensi untuk merefleksikan kenyataan, menyoroti kesenjangan sosial, memperlihatkan budaya dan tradisi, serta mengungkap konflik yang ada.

Misalnya, film "Jalanan" menyoroti kehidupan para pengamen jalanan di Jakarta, memperlihatkan perjuangan mereka dalam mencari nafkah di tengah kerasnya kehidupan kota besar. Film ini membuka mata penonton terhadap realitas yang sering kali tidak terlihat, seperti perjuangan hidup di jalanan dan marginalisasi kelompok-kelompok tertentu.

Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas khalayak (Satria, 2019). Dengan menggunakan kekuatan visual dan naratif, film mampu menyampaikan pesan-pesan kompleks dan emosional dengan cara yang mudah dipahami dan diresapi oleh penonton dari berbagai latar belakang.

Terdapat beberapa film di Indonesia yang mencerminkan realitas masyarakat dan membahas isu-isu sosial di kehidupan sehari-hari. Salah satunya "Dua Garis Biru" karya Gina S. Noer yang mengangkat isu kehamilan remaja, mengeksplorasi dampak emosional dan sosial yang harus dihadapi oleh pasangan muda serta keluarga mereka. Pendekatan orang tua dengan anak sangatlah berpengaruh dengan sikap serta sifat anak (Ginanti, 2020). Komunikasi yang sangat jarang dengan anak, tidak adanya keterbukaan antara anak dan orang tua mengenai seksual salah satunya sehingga dari situlah membuat canggung untuk bercerita atau memberikan edukasi seksual (Ginanti, 2020). Film ini mengajarkan bahwa setiap keputusan memiliki konsekuensi, dan penting bagi individu untuk berpikir matang sebelum bertindak, terutama dalam hal yang berdampak besar pada kehidupan mereka dan orang lain.

Kemudian film "Budi Pekerti" yang disutradarai dan ditulis oleh Wregas Bhanuteja menggambarkan nilai-nilai moral dan etika yang diuji dalam keluarga ketika dihadapkan pada situasi sulit, memperlihatkan tantangan yang sering muncul dalam hubungan antargenerasi. Dari film tersebut, terlihat bahwa sikap tidak bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial dapat berpengaruh besar baik terhadap diri sendiri, orang terdekat bahkan hingga orang lain yang tidak kita kenal (Rossiana, Haq, Naha, & Nurhayati, 2024). Film ini mengajarkan bahwa sikap jujur, kesopanan, dan integritas harus selalu dijaga, meskipun menghadapi tantangan yang menguji prinsip-prinsip tersebut. Sebagai media edukatif, film juga berperan dalam mengajarkan nilai-nilai sosial dan budaya kepada penonton, memberikan wawasan tentang keadilan, kemanusiaan, dan kesetaraan.

Film dapat Mempengaruhi Opini Publik

Film memiliki potensi besar untuk mempengaruhi opini publik dan membentuk kesadaran sosial. Dengan menyajikan cerita yang relevan dan menggugah, film mampu membuka mata dan hati orang terhadap realitas sosial yang ada di sekitar mereka. Melalui kekuatan penceritaan visual, pembuat film dapat melibatkan penonton secara emosional dan intelektual, menyampaikan ide dan emosi yang kompleks dengan cara yang mudah diakses dan menarik (Huda, Nafsika, & Salman, 2023).

Ketika penonton merasakan keterikatan emosional dengan karakter dan situasi yang digambarkan, mereka lebih mungkin untuk merenungkan dan mengambil tindakan terhadap masalah yang diangkat. Pengaruh film bisa menjadi pemicu lahirnya gerakan sosial dan aksi nyata dalam masyarakat, juga mengubah perspektif masyarakat dan mendorong adanya perubahan positif . Melalui kampanye periklanan dan pemasaran yang efektif, film dapat memengaruhi perilaku konsumen, mempromosikan kesadaran dan perubahan sosial, serta mendorong tren budaya dan ekonomi (Huda, Nafsika, & Salman, 2023).

Dengan menghadirkan realitas yang sering kali tersembunyi dari pandangan umum, film mendorong penonton untuk mempertanyakan norma-norma yang ada dan menumbuhkan keinginan untuk perubahan. Film tidak hanya sekedar hiburan, tetapi juga alat yang efektif untuk membangun kesadaran sosial dan mempromosikan perubahan di masyarakat.

Film memiliki peran yang sangat penting sebagai media kritik terhadap isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia. Film tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai alat yang efektif untuk mencerminkan dan mengangkat berbagai realitas sosial. Dengan menggambarkan konflik sosial, menyampaikan pesan-pesan penting, dan mengedukasi masyarakat mengenai nilai-nilai sosial dan budaya, film menjadi sarana yang kuat dalam menyuarakan isu-isu sosial. Beberapa film Indonesia telah berhasil mencerminkan realitas kehidupan sehari-hari dan membuka mata penonton terhadap permasalahan sosial yang ada.

Melalui cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, film Indonesia sering kali menggambarkan berbagai tantangan yang dihadapi oleh masyarakat, seperti ketidakadilan, kesenjangan ekonomi, konflik sosial, dan masalah moralitas. Sebagai media yang mudah diakses oleh berbagai kalangan, film menjadi alat penting dalam membuka diskusi publik, membentuk kesadaran sosial, dan menginspirasi perubahan positif dalam masyarakat. Dengan memanfaatkan sarana film sebagai media untuk menyebarkan pesan-pesan mengenai realitas kehidupan masyarakat dan isu-isu yang kadang tidak disadari oleh masyarakat, meningkatkan potensi untuk mempengaruhi gerakan sosial dan kesadaran masyarakat mengenai konflik yang terjadi.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain tentang film, serta tulisan-tulisan lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//