MAHASISWA BERSUARA: Budaya Korea Selatan Mulai Mendominasi Masyarakat Indonesia
Pergeseran preferensi budaya generasi muda, penurunan apresiasi pada tradisi lokal, dan tantangan dalam pelestarian warisan budaya jadi isu utama.
Bagas Alend Kautsar Harahap
Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung
29 Agustus 2024
BandungBergerak.id – Popularitas budaya Korea Selatan di dunia semakin meningkat akibat pengaruh globalisasi. Budaya Korea Selatan telah tersebar dan berkembang secara global, termasuk di Indonesia. Berbagai kalangan masyarakat Indonesia menyambut dan menerima budaya Korea Selatan dengan baik sehingga terbentuk fenomena yang dikenal sebagai “Hallyu” atau “Korean Wave”. Fenomena ini muncul dan berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, khususnya pada generasi muda. Kehadiran budaya Korea Selatan yang kuat di Indonesia mempengaruhi eksistensi budaya lokal dengan menciptakan pergeseran dalam preferensi budaya generasi muda, mengurangi apresiasi terhadap tradisi lokal, dan meningkatkan tantangan bagi pelestarian warisan budaya Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir hingga saat ini, budaya Korea Selatan telah menjadi fenomena global yang tidak terelakkan, tidak terkecuali di Indonesia. Dilansir dari detik.com (Yusron, 2024), sejak satu dekade terakhir, penggemar musik Korea Selatan semakin berkembang dan bertambah jumlahnya berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Spotify. Ketenaran K-Drama, K-Pop, K-Film, K-Beauty, dan K-Food telah merajalela di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Pengaruh globalisasi mempercepat penyebaran budaya Korea Selatan, menjadikan produk budaya Korea Selatan sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari banyak orang Indonesia. Namun, di balik gemerlap dan daya tarik budaya Korea Selatan, terdapat pengaruh signifikan yang mempengaruhi eksistensi budaya lokal Indonesia.
Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Refleksi pada Kasus Dugaan Perundungan Dokter Muda di Semarang, Lingkaran Setan yang Berulang
MAHASISWA BERSUARA: Mendorong Inklusivitas Infrastruktur Publik Kota Bandung bagi Para Difabel
MAHASISWA BERSUARA: Film sebagai Media Kritik dan Cerminan Sosial keadaan Indonesia
Pergeseran Preferensi Budaya Generasi Muda
Masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda sangat terpengaruh oleh budaya Korea Selatan, terutama melalui K-Pop dan K-Drama. Fenomena ini terlihat dari popularitas grup musik asal Korea Selatan seperti BLACKPINK, IVE, dan BABYMONSTER, serta drama buatan Korea Selatan seperti “Start Up”, “Penthouse”, dan “Descendants of the Sun” yang memiliki jutaan penggemar di Indonesia. Menurut goodstats.id (Angelia, 2022), 90 persen responden pernah menonton K-Drama dan sebesar 82 persen responden menonton K-Drama dalam kurun waktu setengah tahun terakhir. Pengaruh ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk gaya hidup, busana, dan musik. Sebagai penggemar, mereka meniru gaya hidup dan cara berpakaian idola asal Korea Selatan yang mereka sukai. Pergeseran preferensi ini mengurangi minat generasi muda terhadap seni dan musik tradisional Indonesia yang sering dianggap kurang menarik dibandingkan dengan budaya Korea Selatan.
Pengurangan Apresiasi terhadap Tradisi Lokal
Dengan semakin mendominasinya budaya Korea Selatan, minat terhadap kegiatan budaya lokal Indonesia mengalami penurunan. Tari-tarian, musik, dan upacara adat tradisional semakin jarang diminati oleh generasi muda yang lebih melirik budaya Korea Selatan. Budaya Korea Selatan yang merajai media sosial dan platform streaming mengalihkan perhatian dari acara-acara budaya lokal. Dilansir dari RiauPos.co (Yaman, 2023), setidaknya ada 16 artis asal Korea Selatan yang pernah menjadi brand ambassador produk lokal pada tahun 2022. Akibatnya, apresiasi terhadap tradisi dan warisan budaya Indonesia berkurang, yang dalam jangka panjang dapat mengancam kelestarian budaya lokal. Tradisi yang telah diwariskan turun-temurun mulai terpinggirkan oleh gelombang budaya asing yang lebih modern dan menarik bagi generasi muda.
Tantangan dalam Pelestarian Warisan Budaya
Pelestarian warisan budaya Indonesia kini menghadapi tantangan besar. Pelaku budaya, seperti seniman tradisional dan komunitas budaya, berjuang untuk mempertahankan relevansi dan menarik minat generasi muda. Brahmantara (UNESCO, 2024) mengatakan bahwa “generasi muda memegang peranan penting dalam melestarikan warisan budaya karena merekalah penjaga masa depan kita”. Dalam konteks ini, peran pemerintah dan generasi muda masyarakat Indonesia menjadi sangat penting. Pemerintah perlu meningkatkan upaya dalam mempromosikan budaya lokal melalui pendidikan dan media, serta memberikan dukungan finansial dan infrastruktur untuk kegiatan budaya. Selain itu, strategi yang inovatif harus diimplementasikan untuk meningkatkan apresiasi dan partisipasi masyarakat dalam budaya lokal, seperti menggabungkan elemen-elemen modern dengan tradisi lokal untuk menarik minat generasi muda. Oleh karena itu, identitas lokal Indonesia tidak sepenuhnya tergantikan oleh budaya Korea Selatan, tetapi lebih mengedepankan hasil perpaduan budaya lokal dan global (Suci, 2024).
Dominasi budaya Korea Selatan di Indonesia membawa pengaruh signifikan terhadap eksistensi budaya lokal. Pergeseran preferensi budaya generasi muda, penurunan apresiasi terhadap tradisi lokal, dan tantangan dalam pelestarian warisan budaya menjadi isu utama yang perlu diatasi. Menjaga keseimbangan antara pengaruh budaya asing dan pelestarian budaya lokal menjadi hal yang penting untuk memperjuangkan eksistensi budaya lokal. Pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mempromosikan dan melestarikan warisan budaya Indonesia agar tetap relevan dan dihargai oleh generasi mendatang. Tindakan konkret seperti pendidikan budaya, dukungan finansial, dan inovasi dalam pelestarian budaya adalah langkah-langkah penting untuk memastikan bahwa budaya Indonesia tetap hidup dan berkembang di tengah arus globalisasi.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Mahasiswa Bersuara