• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Menimbang Manfaat Operasi Plastik

MAHASISWA BERSUARA: Menimbang Manfaat Operasi Plastik

Sebagian besar masyarakat beranggapan operasi plastik bertentangan dengan nilai keagamaan. Namun operasi plastik juga dapat memberikan dampak yang positif.

Andrietta Crystabelle Suharli

Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Ilustrasi. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak.id)

2 September 2024


BandungBergerak.id – Hangatnya topik perbincangan masyarakat Indonesia saat ini tidak lepas dari maraknya kasus operasi plastik yang menyebar hingga ke seluruh pelosok dunia. Meskipun menjadi sesuatu yang populer, sayangnya operasi plastik belum sepenuhnya mendapatkan dukungan dari masyarakat Indonesia. Faktor penyebabnya dikarenakan kurang terpandangnya operasi plastik dalam sisi keagamaan. Pasalnya, orang yang melakukan operasi plastik sering kali dicap sebagai orang yang tidak menghargai ciptaan Tuhan. Bahkan, ada pula anggapan bawah operasi plastik dapat memberikan efek negatif, dan membutuhkan dana yang besar.

Pandangan-pandangan buruk tersebut sebenarnya lahir dari banyaknya keluh kesah masyarakat yang merasa operasi plastik belum tentu berhasil. Tetapi menurut data yang dilansir dari Smith Cosmetic Surgery, sebanyak 83,6% pelanggan wanita merasa puas dengan hasil operasi hidung yang mereka lakukan.

Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan bahan bedah plastik yang semakin aman untuk digunakan, tentunya semakin mempersempit kasus kegagalan dalam operasi plastik. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa ternyata kegagalan operasi plastik sudah semakin jarang terjadi. Selain itu masih jarang orang ketahui bahwa, operasi plastik dapat memberikan dampak positif. Salah satunya dengan semakin meningkatnya popularitas operasi plastik ternyata dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan mental manusia.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Mencegah Jatuhnya Korban Kecantikan Virtual
MAHASISWA BERSUARA: Perdagangan via Media Sosial, Implikasinya pada Perekonomian Indonesia
MAHASISWA BERSUARA: Penghapusan Hukuman Mati Berdasarkan Pancasila

Maraknya Operasi Plastik

Fenomena operasi plastik mulai merajalela di kalangan influencer dan selebritas dari berbagai rentang usia. Sebenarnya operasi plastik sendiri tidak memiliki batasan usia yang signifikan. Asalkan ia sudah siap secara mental dan dalam keadaan yang sehat, orang yang berusia 100 tahun sekalipun tidak mendapatkan larangan untuk melakukan operasi plastik. Misalnya saja salah satu artis Indonesia yang kerap disapa Dian Nitami, ia memutuskan operasi plastik face lifting atau pengencangan kulit wajah pada usianya yang ke-53 tahun. Artis lainnya, yaitu Jessica Iskandar juga kerap melakukan operasi plastik pada bagian hidungnya di usianya yang baru menginjak kepala dua. Operasi tersebut ia lakukan karena terkait kecelakaan yang pernah menimpa dirinya saat masih bersekolah. Hasil dari insiden tersebut tulang hidungnya mengalami kemiringan dan kerap memicu penyakit sinus. Selain itu, penyanyi asal Indonesia yaitu Titi DJ juga melakukan operasi plastik untuk menangani anti penuaan pada usia 56 tahun. Belakangan ini masyarakat juga dihebohkan oleh penampilan berbeda dari deretan para artis, antara lain Sarwendah, Mahalini, dan Rizky Febian.

Operasi plastik sudah bermunculan pada film-film drama asal Korea seperti Birth of Beauty (2014), My ID is Gangnam Beauty (2018), Let Me Introduce Her (2018) dan masih banyak lagi. Meskipun mengangkat latar dan alur yang berbeda, namun series-series tersebut sama-sama mengangkat tema mengenai operasi plastik. Salah satu series korea yang banyak diminati yaitu Birth of Beauty, dengan rating 4,5. Di mana film ini menceritakan tokoh utama yang menerima perilaku kurang mengenakkan saat dirinya masih dikatakan “jelek dan gendut”. Bukan hanya mendapatkan penghinaan dari saudara dan mertuanya, ia juga mendapati suaminya yang tengah berselingkuh dengan perempuan lain. Akibat kecelakaan yang menimpanya, akhirnya ia melakukan operasi plastik secara diam-diam untuk mengelabui suaminya serta keluarganya. Hadirnya ia kembali pasca operasi plastik membuat dirinya lebih dihargai, dan mendapatkan perlakuan khusus dari masyarakat sekitar. Hal ini menekankan bahwa sebenarnya operasi plastik kini dapat memberikan banyak dampak positif di dalam diri seseorang, dan menjadi jawaban dalam sebuah ketidakadilan di masyarakat. 

Bagi negara Ginseng, mereka memiliki standar kecantikan yang cukup tinggi. Dengan beragam kriteria seperti bermuka kecil, berhidung mancung, berkulit putih, bermata bulat dan masih banyak lagi. Dengan segala tuntutan pekerjaan, dan kasus bullying yang merajalela membuat mereka merasa harus melakukan operasi plastik. Selain itu, operasi plastik di Korea bukanlah sesuatu hal yang tabu untuk dilakukan. Menurut data dari Katadata, sebanyak 8,9 operasi plastik dilakukan setiap 1.000 orang bahkan tercatat sebanyak 52,7 ribu pendatang dari negara lain melakukan operasi plastik di Korea Selatan setiap tahunnya.

Operasi Plastik untuk Mengobati Berbagai Penyakit

Kini, prosedur operasi plastik bukan hanya dilakukan semata-mata demi mendapatkan kecantikan ataupun estetika pada bagian tubuh. Operasi plastik diyakini dapat menjadi solusi untuk menangani berbagai masalah-masalah medis, seperti penyakit progeria. Penyakit progeria berasal dari genetik langka yang membuat dirinya mengalami perubahan dini meskipun ia masih tergolong muda. Xiaofeng dari Liaoning, China merupakan salah satu penderita penyakit progeria yang menjadi bukti nyata bahwa di usianya yang ke-15 tahun ia dapat mengubah wajahnya yang kendor, dan bergelambir menjadi manusia normal seusianya. 

Pada sisi lain operasi plastik dapat juga dilakukan untuk menangani seseorang yang lahir dengan kelainan pada bibirnya, seperti bibir sumbing. Untuk itu orang yang menderita bibir sumbing dapat melakukan operasi rhinoplasty oleh dokter bedah plastik, untuk memperbaiki bentuk hidungnya.

Selain itu operasi plastik juga kerap dikaitkan untuk menangani luka bakar ataupun luka pada bagian tubuh yang rusak. Ribuan korban kecelakaan mengeluh akan wajahnya atau bagian tubuh lainnya yang kini tak lagi sama. Untungnya permasalahan-permasalahan tersebut dapat ditangani oleh dokter bedah plastik melalui tindakan Subdivision hand and reconstructive microsurgery. Tidak hanya sampai di situ, ada beberapa tindakan yang juga dapat digunakan untuk memperbaiki bentuk tubuh pasca kecelakaan di antaranya: cangkok kulit, perawatan luka kompleks, serta tindakan lainnya.

Operasi Plastik dalam Konteks Kesehatan Mental 

Fenomena operasi plastik kini menjadi salah satu pilihan untuk menghadapi insecurity dalam diri seseorang. Insecure merupakan kondisi di mana si penderita memiliki perasaan kurang percaya diri terhadap dirinya sendiri, dan sering kali merasa cemas akan hal tersebut. Kondisi tersebut kerap menjerumuskan penderitanya mengalami masalah mental dan depresi. Salah satu pencetus rasa insecure ini dapat juga disebabkan oleh kasus bullying yang diterimanya. Bullying merujuk kepada penghinaan fisik seseorang menjadi sebab utama kasus perundungan di Indonesia. Maka dari itu dengan adanya operasi plastik para korban perundungan dapat memperbaiki status dan menangani kepercayaan dirinya sendiri.

Para penyandang disabilitas kerap mengalami permasalahan yaitu cacian, makian, dan keterbatasan dalam hal pekerjaan atau pendidikan. Tak sedikit penyandang disabilitas mendapatkan kata-kata cemoohan atau tindakan perundungan. Guna meningkatkan kesejahteraan hidup para penyandang disabilitas, kemunculan operasi plastik kini membuka jalan agar para penyandang mendapat perlakuan yang layak dan adil.

Agar Lebih Mencintai Dirinya Sendiri

Di dalam Alkitab tertulis bahwa “Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.” (Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini, Markus 12.31), menjadi salah satu kata kunci yang harus kita pegang dan kita praktikkan sebagai makhluk sosial.

Sebagai makhluk sosial, sudah sepantasnya kita dapat hidup berdampingan satu sama lain tanpa melihat adanya kekurangan atau kelebihan. Misalnya, kekurangan yang dialami para penyandang disabilitas, atau para penderita penyakit langka. Tidak ada halangan untuk mereka mendapatkan apa yang menjadi hak mereka dan menikmati hal–hal normal pada umumnya. Efektifnya dengan kehadiran operasi plastik ini para penderita penyakit, para penyandang disabilitas dapat dengan mudah diterima masyarakat. Ketika saat itu tiba, kepercayaan diri meningkat dan cinta pada diri sendiri bertumbuh.

Meskipun kritikan terhadap operasi plastik sangat bertentangan dengan nilai keagamaan, namun operasi plastik juga dapat memberikan beberapa dampak positif. Salah satu contohnya yaitu meningkatkan kepercayaan diri dalam diri seseorang, dan dapat mengobati berbagai penyakit-penyakit langka. Tentunya dengan segala dukungan dari  kemajuan teknologi serta berbagai prosedur operasi plastik yang kini telah tersedia, ternyata sangat memudahkan setiap manusia untuk dapat hidup saling menghargai. Maka dari itu, sebaiknya sebagai manusia kita tidak menyepelekan Tindakan operasi plastik. Menghargai hasil tangan ciptaan Tuhan memanglah baik adanya, namun mengubah kekurangan kita menjadi sesuatu yang lebih berharga lebih baik adanya.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//