MAHASISWA BERSUARA: Kritik dalam Lagu Coklat Karya Pure Saturday
Musik dapat menjadi media untuk menyampaikan pesan-pesan advokasi yang memiliki fungsi menyentuh emosi dan menyimpulkan konsep yang kompleks.
Muhamad Rizki Pirdaus
Mahasiswa Ilmu Administrasi Publik Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung. Pemimpin Umum Persma Media Parahyangan.
5 September 2024
BandungBergerak.id – “Coklat berlari bagai babi, Kejar penghuni / Injak perangkap masuk lumpur, Jadi lagi.”(Coklat, Pure Saturday)
Kota Bandung identik dengan scene musik pada masa medio 90-an dengan munculnya kelompok band dari berbagai genre. Mulai dari Indies (British pop), Punk, Hardcore, Metal, dan Hip Hop. Dari semua aliran tersebut, Indies menjadi sorotan dalam mengenal scene musik di Bandung. Banyak dari sekian nama yang pernah hadir dalam aliran musik ini seperti Mocca, Kamehame, The Milo, Sunny Summer Day, dan masih banyak lagi yang lain. Namun, berbicara indies di Kota Bandung nama besar yang cukup memiliki pengaruh dalam scene musik pada era itu adalah Pure Saturday.
Pure Saturday merupakan pionir kuartet indies musik di Kota Bandung yang banyak memiliki karya-karya mulai dari percintaan melankolis, sampai nada kritis. Pure Saturday berdiri pada pertengahan 1990-an. Pure Saturday memiliki beberapa tembang andalan dengan berbagai latar belakang yang berbeda, misalnya “Kosong” yang populer dari album “Time for a Change / Time to Move On” menceritakan kehidupan umum sosok pertemanan yang hilang dimakan zaman. Beberapa lagu lain diproduksi band ini dengan semangat cinta dan juga kehidupan remaja yang mengadopsi fokus musik seperti The Cure, Suede, Ride, Blur, sampai Weezer.
Namun, terdapat lagu andalan dari Pure Saturday yang cukup memiliki makna kritik dalam penyampaiannya melalui lirik lagu yang progresif. Lagu tersebut adalah Coklat yang diciptakan pada tahun 1996 dibingkai dalam album “Pure Saturday”. Lagu ini sarat akan kritik yang ditujukan pada salah satu instansi aparat keamanan di Indonesia yaitu Polri (Kepolisian Indonesia). Lagu ini memiliki tendensi serius dalam penyampaiannya komunikasi publik sebagai upaya menjelaskan tindak tanduk oknum kepolisian pada masa itu. Karena memiliki kekhasan dan relevansinya yang tak lekang oleh waktu, lagu ini masih sering digandrungi pecinta musik, belum lagi meniti kondisi kekinian persoalan yang dihadapi instansi kepolisian.
Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Penghapusan Hukuman Mati Berdasarkan Pancasila
MAHASISWA BERSUARA: Menimbang Manfaat Operasi Plastik
MAHASISWA BERSUARA: Pemerintah Perlu Meninjau Efektivitas Whoosh
Coklat Dimakan Malah Melawan
Lagu “Coklat - Pure Saturday” diciptakan pada tahun 1996 dari album “Pure Saturday”. Lirik dalam lagu ini sangat ringan namun dikemas begitu rapi dan tajam.
Coklat
Coklat berlari bagai babi
Kejar penghuni
Injak perangkap masuk lumpur
Jadi lagi
Ah ah ah
Hilang arah silap tujuan
Pahit ucapan
Coklat dimakan malah melawan
Pupus harapan
Coklat berlari
Coklat berlari
Coklat berlari
Coklat berlari
Sumber: Genius.com (Pure Saturday 1996, Bandung)
Makna dari tiap penggalan lirik Coklat Pure Saturday dapat dinilai ringan bagi publik. Pembedahan makna tiap diksi dalam lirik menjadi penting dalam menganalisis lagu tersebut. “Coklat” dalam lirik tersebut misalnya merujuk pada oknum petugas polisi. Setidaknya lirik tersebut kunci dari pemaknaan lagu Coklat. Poin penting untuk menggaet emosi publik dalam sebuah lagu adalah penempatan diksi yang dapat memberikan imajinasi pendengar dalam menggambarkan fenomena.
Musik sudah lama menjadi sebuah bentuk ekspresi budaya yang kuat dan sarana advokasi yang efektif dalam menyuarakan sebuah isu permasalahan publik. Pendekatan secara ilmiah peran musik dalam upaya komunikasi advokasi sangat penting dalam mempengaruhi individu dan masyarakat. Musik dapat menjadi media untuk menyampaikan pesan-pesan advokasi yang memiliki fungsi menyentuh emosi dan menyimpulkan konsep yang kompleks. Lirik lagu yang kuat dan alunan nada yang kuat dapat menegaskan pesan agar lebih mudah diingat dan dapat mempengaruhi individu.
Relevansi Coklat Di Zaman Kita.
Melakukan kritik publik melalui sebuah lagu dengan lirik yang tajam dan kuat sudah lama dilakukan oleh banyak pihak. Lagu-lagu milik Woody Guthrie upayanya menyuarakan ruang hidup publik dan menolak nilai-nilai fasis dalam kehidupan memberikan sebuah pandangan bagi masyarakat untuk menolak praktik fasisme dalam kehidupan. Dari hal tersebut lagu Coklat milik Pure Saturday memiliki kaitan kuat untuk memberikan sebuah pandangan kepada publik terkait perilaku oknum aparat kepolisian yang bertindak keluar dari fungsi tugasnya. Lagu ini ingin menegaskan kepada publik pada perilaku brutal yang dilakukan oknum aparat kepolisian. Hal ini tentu berbeda dengan semangat instansi tersebut untuk mengayomi masyarakat.
Menganalisis lirik lagu Coklat masih relevan dengan situasi kondisi Indonesia saat ini. Akhir-akhir ini Indonesia mengalami fenomena darurat konstitusi yang menghasilkan mobilisasi massa di berbagai wilayah di Indonesia untuk merespons situasi yang terjadi. Aksi demonstrasi tak terhindari oleh masyarakat seperti mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya. Dalam situasi tersebut, tak jarang terjadinya chaos atau benturan antara masyarakat dengan kepolisian, di mana hal ini semakin menunjukkan perilaku oknum petugas yang brutal dan membabi buta seperti apa yang digambarkan dalam lirik Coklat - Pure Saturday.
Perilaku oknum aparat polisi dalam penanganan aksi unjuk rasa menegaskan bahwasanya lagu Coklat Pure Saturday masih relevan dikumandangkan di hadapan publik. Aksi pemukulan dan penembakkan gas air mata ketika terjadi demonstrasi menegaskan perilaku yang sewenang-wenang. “Coklat Berlari (Kejar Penghuni), Coklat Dimakan (Jadi Tawanan)” sebuah penggalan lirik yang bisa merepresentasikan perilaku oknum petugas polisi saat bertugas dalam penanganan massa aksi #KawalPutusanMK.
Musik dapat menjadi alat atau media yang kuat dalam menyampaikan pesan-pesan advokasi. Lagu Coklat-Pure Saturday menghimpun emosi publik pada perilaku oknum aparat kepolisian. Pure Saturday berhasil dalam penyampaian komunikasi lewat lagu tersebut dengan memberi imajinasi kepada publik dengan rangkuman emosi yang kompleks. Dengan relevansi lagu tersebut dapat meningkatkan atensi publik untuk memfokuskan pandangan pada instansi kepolisian. Secara keseluruhan artikel ini bermaksud untuk menunjukkan peran musik dalam penyampaian pesan komunikasi pada proses advokasi, terutama dengan lagu Coklat karya Pure Saturday dapat menjadi alat yang efektif dalam mendorong gerakan advokasi reformasi kepolisian.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Mahasiswa Bersuara