BANDUNG HARI INI: Lahirnya Program Omaba yang Sempat Mendapatkan Perhatian Internasional, Kini Tak Terdengar Lagi
Stunting masih menjadi pekerjaan rumah di Kota Bandung. Hadirnya program Ojek Makanan Balita (Omaba) sempat menjadi harapan keluarga rentan.
Penulis Reihan Adilfhi Tafta Aunillah 6 September 2024
BandungBergerak.id - Hari ini, Jumat, 6 September 2024, bertepatan dengan lahirnya Ojek Makanan Balita (Omaba) di Kota Bandung. Program ini diresmikan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage Kota Bandung, 6 September 2016. Apa kabar dengan Omaba hari ini?
Program Obama didesain untuk memberi asupan gizi tambahan bagi balita di wilayah padat penduduk dan kurang memiliki akses terhadap layanan kesehatan. Salah satu sasaran Omaba adalah mencegah stunting karena kekurangan gizi.
Pada 12 November 2021, Omaba pernah masuk nominasi Medal of Honor dalam gelaran the 5th Guangzhou International Awards for Urban Innovation; sebuah acara dua tahunan yang berfokus pada inovasi-inovasi pemerintah kota dari seluruh dunia. Laman KJRI Guang Zhou memberitakan, Kota Bandung melalui proyek Omaba terpilih menjadi satu dari 15 kota yang dinominasikan untuk Guangzhou Awards 2020.
“Nominasi menjadi prestasi penting, mengingat inovasi dari 15 kota tersebut berhasil mengungguli dari 160 kota lain dari seluruh dunia yang didaftarkan untuk mendapatkan penghargaan ini. Acting Konjen RI Guangzhou, Ibu Maya Damayanti, mewakili Pemerintah Kota Bandung, hadir secara offline untuk menerima penghargaan tersebut,” demikian keterangan resmi KJRI Guang Zhou diakses melalui kemlu.go.id.
Dijelaskan, proyek Omaba bertujuan untuk mendukung distribusi makanan sehat dengan menggunakan sarana ojek, dalam rangka menurunkan tingkat malnutrisi anak (stunting) di Kota Bandung. Proyek ini didukung keberadaan dapur PKK yang mengolah bahan baku dari kebun perkotaan menjadi makan sehat.
Pemerintah pusat pun mengapresiasi penghargaan untuk program Omaba Kota Bandung, melalui Direktur Kawasan, Perkotaan dan Batas Negara Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri Thomas Umbu Pati.
Sekarang, masalah kekurangan gizi (stunting) pada balita di Kota Bandung masih menjadi pekerjaan rumah ketika program Omaba yang diluncurkan 8 tahun lalu tak terdengar lagi. Data dari Kementrian Kesehatan pada tahun 2022 menunjukkan bahwa prevelansi stunting mencapai 21,6 persen yang berarti satu dari lima balita mengalami stunting.
Di Kota Bandung peningkatan angka stunting terjadi terutama di saat pandemi Covid-19 di mana akses terhadap layanan kesehatan dasar seperti posyandu terganggu.
Sebuah studi oleh Loka dan koleganya (2023) menyoroti bahwa stunting di Kota Bandung mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir. Hal tersebut diperparah oleh pandemi yang menyebabkan program-program penanggulangan gizi tidak berjalan maksimal.
Menurut data dari BandungBergerak.id, wilayah seperti Suka Asih melaporkan bahwa hampir 7 persen balita di sana mengalami stunting. Situasi ini sangat mengkhawatirkan karena stunting memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan dan pekembangan sumber daya manusia.
Stunting didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis yang memengaruhi perkembangan fisik dan kognisi anak.
Kemana Omaba Sekarang?
Pada awal kemunculannya, Omaba mendapatkan perhatian luas. Tidak hanya dari masyarakat tetapi juga dari pemerintah pusat dan beberapa lembaga internasional. Program ini diakui sebagai salah satu solusi lokal yang efektif dalam mengatasi masalah stunting di perkotaan.
Sepintas, nama program ini mengingatkan pada nama Presiden Barrack Obama yang di tahun 2016 masa jabatannya habis. Ridwan Kamil sewaktu menjabat Wali Kota Bandung di acara peresmian program Omaba menjelaskan, gizi buruk masih menjadi permasalahan di Kota Bandung.
Program ini berawal dari inisiatif masyarakat Cisaranten Kidul yang mengolah sayuran hasil urban farming dan dimasak di dapur khusus untuk dikirim ke keluarga-keluarga yang punya balita. Namun Ridwan Kamil mengklaim, Pemkot Bandung memperbesar skala layanan kesehatan ini menjadi merata dan naik level.
“Sehingga sekarang sudah naik level, selain dikirim ke keluarga yang mempunyai balita, makanan-makanan hasil ini juga dijual dan hasilnya untuk menambah serta memperbanyak skala juga,” jelas Ridwan Kamil, diakses dari laman resmi.
Di tempat yang sama, Ketua Komite Kesehatan Kelurahan Cisaranten Kidul Kecamatan Gedebage Vita Fatimah menuturkan, program Omaba berawal dari adanya masalah gizi buruk di wilayahnya. Warga kemudian bekerja sama dengan CSR PT Pertamina untuk membuat inovasi.
“Teknisnya balita (gizi) buruk itu porsinya, 1 kali dikirim untuk 2 kali makan setiap harinya. Makanan diantaranya kue, nugget ayam jagung, nugget tempe, rice box, healthy noodle dan cheese stick,” jelas Vita.
Baca Juga: BANDUNG HARI INI: Menengok Pasar Sarijadi, Tujuh Tahun Setelah Revitalisasi
BANDUNG HARI INI: 138 Tahun Stasiun Bandung
BANDUNG HARI INI: 14 Tahun Sabtu Kelabu atau Tragedi AACC, Luka Besar Jagat Musik Bandung
Prioritas Penanggulangan Stunting
Namun, pandemi Covid-19 membawa tantangan besar bagi banyak program kesehatan masyarakat, termasuk Omaba. Pembatasan mobilitas, penutupan layanan posyandu, serta keterbatasan akses layanan kesehatan mempengaruhi jalannya program ini.
Selain itu, faktor tenggelamnya Omaba dikarenakan kurangnya anggaran yang dialokasikan untuk program kesehatan pascapandemi. Pemerintah daerah lebih berfokus pada penanggulangan ekonomi, dampak dari pandemi. Sehingga, program-program mengenai kesehatan menjadi terabaikan.
Program penanggulangan stunting dari pemerintah tampaknya lebih terfokus pada proyek-proyek berskala besar, tetapi minim sentuhan lokal. Program nasional pemberian makanan tambahan (PMT), misalnya, sering kali hanya berupa memberikan biskuit yang kualitas nutrisinya dipertanyakan oleh para ahli gizi.
Hadirnya Omaba di awal-awal kemunculannya memang disambut hangat oleh masyarakat. Tetapi, kurangnya konsistensi dalam implementasi serta kurang meluasnya program tersebut patut menjadi evaluasi.
Menurut laporan dari jurnal Putri dkk. (2021), hanya sebagian kecil wilayah yang benar-benar mendapatkan manfaat dari program ini, dengan distribusi makanan yang sering kali terlambat atau bahkan terhenti sama sekali.
Nurlaela, salah satu anggota PKK di Gegerkalong mengungkapkan bahwa program tersebut pernah berjalan di daerahnya. Tetapi, beberapa tahun ke belakang sudah tidak terjalankan lagi.
“Pengennya program ini jadi jangka panjang, agar mencegah dan menurunkan angka stunting,” ujar Nurlaela, kepada BandungBergerak.
Hilangnya Omaba mencerminkan bahwa program layanan yang langsung menyasar masyarakat kurang menjadi prioritas. Pengentasan stunting merupakan program prioritas karena berkaitan dengan masa depan bangsa, agar generasi penerus tidak terjebak dalam lingkaran kekurangan gizi yang memprihatinkan.
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Reihan Adilfhi Tafta Aunillah, atau artikel-artikel lain tentang Bandung Hari Ini