TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Cinta Franz Wilhelm Junghuhn
Frans Wilhelm Junghuhn menikahi Louisa Frederica Koch di Belanda. Keduanya memutuskan pergi menuju Hindia Belanda, dan tinggal kawasan Jayagiri, Lembang.
Malia Nur Alifa
Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian
7 September 2024
BandungBergerak.id – “ Tidak semua masa lalu pantas diawetkan dalam alkohol atau ditulis ke atas perkamen. Jadi apa tolok ukurnya? Semua yang belum kehilangan daya pikat pantas dipelihara” (Friedrich Nietsche).
Franz Wilhelm Junghuhn lahir di kota Mansfeld, sebuah kota di pinggiran gunung Harz pada tanggal 26 Oktober 1809. Ayahnya adalah seorang dokter sekaligus seorang pemangkas rambut bernama Wilhelm Friedrich Junghuhn .
Tidak banyak yang tahu pada awal 1829, Junghuhn pernah putus kuliah dan Junghuhn kembali ke rumah orang tuanya. Tak lama, ia berkonflik dengan sang ayah dan pernah sesekali mencoba untuk mengakhiri hidupnya.
Sosok Junghuhn adalah seorang pria berwatak keras, namun terdapat tekad kuat dalam hatinya yang paling dalam. Dan satu lagi ia bukan seorang flamboyan. Franz Wilhelm Junghuhn adalah seorang pria yang sangat menghargai wanita, karena itulah yang selalu ditanamkan sang ibu kepadanya. Ibunya bernama Christine Marie Junghuhn, ia adalah orang yang membentuk watak Junghuhn menjadi seorang pria setia dan tidak pernah mau menyakiti wanita mana pun.
Satu tahun setelah ia mencoba untuk mengakhiri hidupnya yaitu pada 1830, Junghuhn kembali berkuliah kedokteran di Berlin dan ia merencanakan membuat sebuah buku tentang mikologi yaitu tentang ilmu jamur. Namun lagi-lagi, di tahun yang sama ia terlibat masalah pelik hingga harus divonis 10 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Berlin, namun ia masih dapat bebas karena ia harus terlebih dahulu menunaikan wajib militer. Masa muda seorang Frans Wilhelm Junghuhn memang penuh dengan lika-liku.
Tahun 1832 ia dipenjara dan ternyata tidak memperoleh pengampunan. Namun ia tak patah arang, ia berpura-pura terkena penyakit TBC, hingga pura-pura sakit jiwa dan kabur dari rumah sakit tempat ia dirawat. Akhir tahun 1833 ia berjalan kaki menuju Toulon untuk mendaftarkan diri menjadi Legiun Asing Prancis .
Sepertinya sosok Junghuhn ini adalah orang yang tidak mudah ditaklukkan oleh pekerjaan bahkan uang. Ia seperti terus mencari jati dirinya hingga akhirnya melamar sebagai seorang naturalis ke Hindia Belanda pada bulan September 1834.
Ternyata Hindia Belanda adalah tempat yang sangat tepat bagi Junghuhn. Ia mampu “jatuh cinta“ kepada apa yang ia kerjakan. Ia menjelajahi Hindia Belanda sekian tahun lamanya, sebelum kembali ke Eropa.
Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Zuur dari Jatiwangi
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Masa Pendudukan Jepang di Lembang
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Masa Berakhirnya Pendudukan Jepang di Lembang.
Jatuh Hati di Belanda
Singkat cerita pada tahun 1849 hingga 1855, Junghuhn tinggal di Belanda. Dan di rentang waktu itulah, ia bertemu dengan sang belahan jiwa yang mampu menggetarkan seluruh jiwanya yang keras. Sang pujaan hati itu bernama Louisa Frederica Koch. Ia adalah wanita pendiam putri seorang perwira militer Belanda bernama kolonel Johan Christiaan Frederik Koch. Tuan Koch adalah seorang ayah yang keras terutama dalam mendidik Louisa.
Louisa tumbuh menjadi seorang anak gadis yang selalu tepat waktu, disiplin dan pantang menyerah. Ia adalah seorang wanita yang memang telah diciptakan Tuhan untuk dapat hidup dalam belantara hutan, hidup dalam keterbatasan fasilitas. Louisa sangat menyukai alam sehingga nantinya memang dapat menjadi partner dari seorang naturalis.
Pada tanggal 23 Januari 1850 akhirnya Frans Wilhelm Junghuhn menikahi Louisa Frederika Koch di Belanda. Pada saat itu usia Junghuhn 41 tahun dan usia Louisa adalah 22 tahun. Tiga tahun berselang Junghuhn memperoleh kewarganegaraan Belanda. Dan mungkin juga tidak banyak orang tau seorang Junghun selain berkarya tentang alam ia pun menerbitkan karya-karya tentang filsafat kehidupannya dan ide-ide berpikir bebas tentang agama dan gereja. Pada tanggal 30 Agustus 1855, Junghuhn dan Louisa berlayar ke Hindia Belanda, mereka pun berniat untuk meninggalkan Eropa untuk selamanya.
Pergi ke Hindia Belanda
Selain di Batavia, pasangan ini pernah tinggal di Cianjur. Sosok keras dan serius seorang Junghuhn dapat luluh oleh seorang Louisa. Di tahun-tahun awal pernikahan mereka Louisa terlihat sangat dapat mengimbangi kerasnya sifat Junghuhn. Setahun kemudian yaitu pada 15 Juli 1857, pasangan ini akhirnya pindah ke kawasan Jayagiri, Lembang. Di sinilah cinta mereka terpatri dalam dan abadi, bahkan putra mereka Frans Lodewijk Christiaan Junghuhn lahir di Lembang.
Junghuhn mulai tertarik pada fotografi. Ia sering sekali mengabadikan momen-momen bahkan rekan-rekan kerjanya. Ada kalanya ia seharian saja bersama alat-alat fotonya, lalu Louisa ini hanya berkata, “Ayo, ke kebun, kita memotret lagi. “
Selain dukungan pada pekerjaan, Louisa ini sangat mendukung hobi sang suami. Ia memiliki moto yang apabila diterjemahkan adalah sebagai berikut, “Aku mencintai dia sebagai dirinya sendiri, bukan sebagai dia untuk memenuhi egoku“ . Sungguh sebuah pemikiran yang sangat bijak yang harus dicontoh oleh semua pasangan yang membaca tulisan saya ini.
Sepeninggal Junghuhn pada 1864, Louisa merasakan kehampaan yang mendalam, namun ia tidak berhenti di situ. Ia bersama sang anak, Lodewijk, yang nantinya akan menjadi seorang pekerja pada perusahaan kayu di Sumatra, membuka sebuah motel kecil di selatan Taman Junghuhn. Lokasi motel tersebut sekarang adalah tepat di lokasi sebuah swalayan (Borma). Dahulu motel tersebut belum memiliki nama, hanya beberapa orang saja yang singgah dalam satu bulan. Dan sepeninggal Louisa (kembali ke Belanda) motel tersebut terbengkalai cukup lama. Pada akhirnya motel kecil dan sederhana tersebut dijual kepada Jacoba atau Nyonya Homann dan berganti nama menjadi hotel Beau Senjour.
Karena kematian putranya, Lodewijk di Belawan karena sakit, Louisa kembali berlayar ke Belanda meninggalkan semua kenangan indahnya bersama sang suami dan sang putra. Louisa pun akhirnya meninggal di Belanda para tahun 1914. Kisah cinta mereka, kehangatan keluarga kecil mereka hingga kini akan terus meresidu di taman Junghuhn, Jayagiri, Lembang, dan akan banyak memberikan kita gambaran tentang kisah cinta dan ketulusan.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang