• Berita
  • Memperingati September Hitam dengan Konser Musik

Memperingati September Hitam dengan Konser Musik

Semptember Hitam tahun ini kembali diperingati berbagai simpul di Kota Bandung yang menolak lupa pelanggaran HAM. Orang-orang muda pemusik pun tak ketinggalan.

Kegiatan konser musik A Star is Born dengan tajuk September Hitam, di Fabas Kitchen, Bandung, Sabtu malam, 7 September 2024. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak)

Penulis Awla Rajul11 September 2024


BandungBergerak.id - Musik memang perantara penyampai pesan yang jitu. Demikian pula dengan kegiatan-kegiatan musik yang mampu menyatukan segala kalangan. Kolektif Jalan Gemilang bersama kolaborator kolektif lainnya menyelenggarakan kegiatan “A Star is Born” dengan tajuk #septemberhitam, di Fabas Kitchen, Bandung, Sabtu malam, 7 September 2024. Kegiatan musik ini menyatukan segala simpul sekaligus memperingati peristiwa peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang banyak terjadi di bulan September.

Diselenggarakan dengan nuansa santai nan ramai, kegiatan “A Star is Born” menampilkan musisi-musisi lokal seperti Jack and Jhon, Antiansietas, Engkezz, Julia Ivone, Riyad, dan Kurangajar Disko. Kolektif lainnya yang menjadi kolaborator kegiatan ini adalah Gedor Kolektif, Solidaristreet, Nata Crue, dan Suddenly Kolektif.

Perwakilan Kolektif Jalan Gemilang, Gfall (24 tahun) menyampaikan, kegiatan ini dilakukan untuk mencoba membuktikan kalau bisa melakukan kegiatan tanpa perlu dukungan sponsor, melainkan fokus dengan kekuatan yang dimiliki masing-masing kolektif. Kegiatan pun berlangsung dengan konsep sederhana, seperti hanya dengan selector (mesin dj) dan spinning. Cara itu dipilih untuk karena dinilai mudah dan memangkas persoalan biaya dan keterbatasan alat.

“Aku tu kayak ngeliat, kayaknya seru kalau diajak bikin acara gitu, siapa tahu punya ide-ide yang agak aneh atau agak unik gitu kan, kita bisa bawa,” terang Gfall yang tak berkenan nama lengkapnya dicantumkan, ketika acara tengah berlangsung.

Gfall lahir dan tumbuh di lingkungan industri, orang tuanya berprofesi sebagai buruh. Rumahnya terletak di dalam gang yang terisolasi tembok pabrik. Ia juga sejak kecil bermain dengan teman-temannya yang kini telah berprofesi sebagai buruh. Sementara ia mengaku sangat bersyukur berkesempatan bisa melanjutkan pendidikan tinggi dan menikmati bangku kuliah.

Atas dasar perjalanan itulah, kegiatan yang ia lakukan itu juga hendak membuka akses bagi teman-temannya dari berbagai latar belakang, mulai dari buruh, ojek daring, dan mahasiswa. “Aku tu pengen kayak semua orang itu bisa mendapatkan akses baru aja, ya silaturahmilah sama banyak orang supaya kita punya lebih banyak akses, koneksi,” ungkapnya.

A Star is Born yang menjadi nama kegiatan diniatkan menjadi doa. Gfall berharap, selain untuk bersenang-senang, kegiatan itu bisa menjadi ruang bagi semua orang untuk berbagi akses, sumber daya. Ia berharap selepas mengikuti kegiatan itu, setiap orang bisa menjadi bintang baru yang memiliki banyak akses dan pengalaman. Utamanya adalah silaturahmi.

Pria yang baru saja sidang kelulusan di kampus ini juga menyinggung, kegiatan itu sepertinya merupakan salah satu yang pertama dilaksanakan di kawasan selatan. Di selatan Bandung memang terdapat banyak pabrik-pabrik yang juga terdapat persoalan yang dialami kelas pekerja. Buruh-buruh yang cenderung berhadapan dengan persoalan yang serupa perlu dipertemukan untuk berjejaring. Sebab, berkelompok dan berserikat diyakini Gfall sebagai jalan untuk meraih perubahan bagi kelas pekerja.

“Kelas pekerja paling banyak. Kalau mau bikin perubahan, perlu memobilisasi kelas pekerja,” ungkapnya, ketika Engkezz tengah tampil dan mengajak audiens sing along bersama.

Di meja DJ, digantung poster-poster yang memperingati tentang September Hitam, seperti poster “never forget Kanjuruhan disaster” dan poster polisi yang mengamankan demo aksi. Kegiatan ini juga diramaikan oleh para pelapak buku, pakaian, hingga kaset, dari Ruang Studi Alternatif, Ableh Market, Destruction Poison Project, dan Libartide Journey.

Baca Juga: Rahasia Kekuatan Skena Musik Indie Bandung Menaklukkan Industri Musik
Agar Musik Klasik Indonesia tak Terpinggirkan
Musik dan Suara-suara yang Dibungkam

Kegiatan konser musik A Star is Born dengan tajuk September Hitam, di Fabas Kitchen, Bandung, Sabtu malam, 7 September 2024. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak)
Kegiatan konser musik A Star is Born dengan tajuk September Hitam, di Fabas Kitchen, Bandung, Sabtu malam, 7 September 2024. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak)

Memperingati September Hitam

Banyak sekali pelanggaran HAM berat yang terjadi di sepanjang bulan September, sejak dulu hingga sekarang. September Hitam merupakan kampanye maupun peringatan untuk melawan lupa pelanggaran HAM yang belum kunjung usai diurus oleh negara hingga menimbulkan impunitas terhadap terduga pelaku pelanggar.

Perwakilan kolektif Solidaristreet, Anyelir (19 tahun) menerangkan, kegiatan A Star is Born juga upaya untuk mengorganisir teman-teman dan kolektif-kolektif di Bandung agar sadar dan melek tentang peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM berat sepanjang September. Adapun musik merupakan medium perantara untuk menyampaikan pesan, baik pesan perlawanan maupun solidaritas.

“Kesadaran itu perlu menjalar, perlu terus digaungkan, baik sepanjang bulan September atau di bulan-bulan berikutnya, karena kekerasan negara itu tidak hanya di bulan September aja. Jadi musik ini, agenda ini jadi medium perantara untuk menyampaikan pesan soal September Hitam,” terang anggota kolektif yang juga tak mau dituliskan namanya.

Gfall menyebutkan kalau isu September Hitam sebenarnya sangat dekat dengan kawan-kawan buruh. Persoalan buruh yang seperti hidup segan mati tak mau, lantaran gajinya yang tidak sesuai standar, kontrak kerja yang singkat, dan persoalan lainnya membuat kawan-kawan buruh harus peka dan mengingat peristiwa ini.

Ia juga mengingatkan dan mengajak kepada semua buruh agar jangan pesimis. Sebab perjuangan buruh masa lalu adalah ingatan yang perlu dirawat, terus dijalani, dan diperjuangkan.

“Buat teman-teman buruh sih itu, karena kan ada yang meninggal juga buruh kan, Marsinah. Sampai sekarang kan gak ada kejelasannya. Ya sama kayak buruh-buruh sekarang, hidupnya gak jelas, cuma buat sebulan. Kalau sakit gak punya tabungan. Kondisinya itu kayak hidup tapi sudah mati," katanya.

*Simak tulisan-tulisan lain Awla Rajul, atau tulisan-tulisan lain tentang Musik Kota Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//