TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Dracula dari Braga
Di kawasan Braga di zaman kolonial, santer kisah misteri keberadaan “Dracula” yang penampakannya terlihat di malam hari di Toko Aug. Savelkoul di Jalan Braga.
Malia Nur Alifa
Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian
14 September 2024
BandungBergerak.id – Kisah ini adalah salah satu kisah pengantar tidur ketika saya kanak- kanak. Kisah ini diceritakan kakek karena merupakan pengalaman kakek saya sendiri ketika berusia 8 tahun. kakek saya lahir di kawasan perkampungan barat Braga pada 1 Oktober 1930, ia besar sana. Saya akan coba paparkan satu persatu kisah-kisah pengantar tidur yang selalu kakek ceritakan.
Pada tahun 1912 di kawasan Braga, Bandung, berdiri sebuah toko bernama Kleermaker Aug. Savelkoul. Sang pengelola pun tinggal di bagian belakang dan ruang bawah tanah toko. Toko tersebut mulai dibangun tahun 1912 dan beroperasi setahun kemudian. Toko ini menyediakan jasa menjahit pakaian pria.
Konon langganan toko ini adalah sang Gubernur Jendral, para Preanger Planters, bahkan para petinggi militer. Toko ini menggunakan metode “ kleeding naar maat “ yang artinya pakaian yang dibuat menurut ukuran si pemakai, mungkin untuk saat ini metode ini adalah metode yang lumrah.
Perusahaan Aug. Savelkoul sendiri pertama berdiri di Batavia pada 1891. August Savelkoul mengambil alih perusahaan pakaian “ Vaxelair” di Gambir dan mengganti namanya menjadi N.V. Kleedingmagasijn V.H. Firma August Savelkoul.
Pada tahun 1912 toko ini pindah ke Bandung, awalnya menempati bangunan sederhana yang dipakai toko Hellerman. Namun pada 1913 akhirnya dirombak, dan di tahun itu pula toko ini mulai beroperasi. Pada tahun 1930-an toko Aug. Savelkoul mencapai masa keemasannya dan merombak total tokonya menjadi lebih modern.
Dibalik kesuksesan toko Aug Savelkoul ada nama A. Nipius yang bekerja keras, ia sebelumnya bekerja sebagai penjahit terkemuka di Firma Van Hal di Breda , Belanda, selama 30 tahun. A. Nipius adalah seorang lulusan Mode Akademie di Dresden, Jerman, dan di Hindia Belanda ia pun bekerja di Firma de Koniging Batavia selama 16 tahun. Ia sangat berpengalaman dalam potong-memotong dan jahit-menjahit pakaian, khususnya pakaian pria. Bahkan dalam buku Wajah Bandung Tempo Dulu karya Haryoto Kunto disebutkan bahwa A. Nipius adalah sosok penjahit “ jempolan”.
Dalam service pada pelanggannya pun A. Nipius ini sangat mengagumkan. Ketika seorang kepala Stasiun Purwakarta membutuhkan setelan jas yang resmi, A. Nipius ini langsung meluncur menggunakan kereta api menuju Purwakarta, mengukur langsung badan sang kepala stasiun hanya dalam waktu 10 menit. Lalu, ia pun langsung kembali ke Braga menumpang kereta malam “ Vlugge Vier “. Setelah itu ia langsung mengerjakan pesanan tersebut dengan waktu singkat dan mengirimkannya ke Purwakarta dengan harga yang pantas dan sangat memuaskan. Menurut kakek saya, siapa saja yang memiliki setelan jas dari Aug. Savelkoul adalah sebuah kebanggaan tersendiri.
Kesuksesan tuan A. Nipius membuatnya menjadi penjahit jas pria paling tersohor di Bandung, bahkan terkenal seantero Hindia Belanda. Dengan ini semua secara otomatis ia pun menjadi sorang pengusaha sukses dan banyak uang. Namun dibalik semua kesuksesannya tersebut tersimpan sebuah duka yang mungkin tak banyak orang yang tahu.
Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Masa Pendudukan Jepang di Lembang
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Masa Berakhirnya Pendudukan Jepang di Lembang
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Cinta Franz Wilhelm Junghuhn
“Dracula” di Braga
Ketika masa keemasan Aug. Savelkoul pada tahun 1930-an toko tersebut di rehab sehingga menjadi lebih modern. Arsitektur dan interior dari toko tersebut semakin mengikuti perkembangan zaman. Namun terdapat sebuah kamar yang lumayan cukup besar di bawah toko tersebut yang dipakai untuk tempat tinggal anak lelaki dari Nipius.
Tak banyak yang tahu soal keberadaan sang anak lelaki tersebut, hanya beberapa toko tetangga saja yang tahu. Salah satunya adalah pelayan dari Toko Bunga Abundantia yang tepat berada di seberang jalan dari Toko Aug. Savelkoul. Anak dari pelayan toko bunga itu bernama Yasmin, seorang anak berusia sebaya dengan kakek saya di tahun 1938, dan merupakan anak keturunan Arab yang orang tuanya bekerja sebagai pelayan di Toko Bunga Abundantia .
Saat itu Yasmin yang sering bermain ke kawasan kampung di mana kakek saya tinggal, mengatakan bahwa terdapat “Dracula“ (Drakula) di seberang toko. Lelaki Drakula itu selalu terlihat di malam hari dan terlihat mulutnya yang terdapat darah. Begitu viralnya kisah tersebut di kawasan Braga terutama Blok Tatarah ke arah utara, sehingga selepas Magrib jarang sekali terlihat anak- anak kecil bahkan anak muda dan orang tua yang mau melintasi Toko Aug. Savelkoul.
Pernah beberapa kali pun terdengar jeritan histeris dari Toko Aug. Savelkoul seperti suara orang yang sedang kesakitan. Pernah suatu saat kakek dan kakaknya, bersama kawan-kawannya tanpa sengaja melihat sosok lelaki misterius tersebut di bilangan Jalan Marconi sekarang. Wajah lelaki tersebut sangat pucat, rambutnya putih bahkan hampir semua bagian wajahnya tersebut putih pucat. Matanya menatap dengan tajam dan sontak kakek bersama para kawannya berlari tak tentu arah hingga ke jalan Kejaksaan (dekat rumah yayasan kanker sekarang).
Setelah saya dewasa saya memiliki spekulasi lain mengenai rumor ini. Sang anak lelaki dari Tuan Nipius ini bukanlah seorang Drakula atau manusia jadi-jadian, mungkin dia hanyalah seorang albino dan seorang yang memiliki penyakit langka. Mungkin sekarang seperti penyakit auto imun, yang menyebabkan sang penderitanya tidak dapat terpapar sinar matahari langsung, ia merasa berbeda dan termarjinalkan yang membuat dia gugup hingga dia terlihat sering menggigiti jarinya sendiri secara terus-menerus hingga berdarah dan terlihat seperti orang stres. Mungkin karena penanganan untuk orang-orang dengan penyakit langka seperti ini pada masa lalu kurang mendapatkan penanganan khusus. Namun kisah anak lelaki Tuan Nipius ini terlanjur terpatri di benak para warga Braga sebagai kisah Drakula dari Braga.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang