TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Misteri Tuan Nipius dan Menghilangnya Dracula dari Braga
Tuan Nipius dan sang Dracula tiba-tiba menghilang dari kawasan Braga. Warga kala itu menduga semua gara-gara Dracula tersebut ditumbalkan keluarganya.
Malia Nur Alifa
Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian
21 September 2024
BandungBergerak.id – Setelah tulisan saya minggu lalu tentang “ Kisah Dracula dari Braga” tayang, telepon seluler saya berbunyi dan terdapat pesan singkat dari seorang pembaca dan juga seorang guru bagi saya. Dia mengatakan bagaimana kisah sang Dracula (Drakula) tersebut selanjutnya? Siapa nama sang Drakula tersebut? Apakah Drakula tersebut akhirnya meninggal di Bandung?. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya saya mulai mencoba melakukan riset kecil-kecilan dan hasil risetnya sangat mengejutkan.
Kisah Drakula dari Braga ini saya dapatkan dari kakek, karena kedua orang tua saya bekerja hingga larut. Saya selalu menghabiskan masa- masa kecil saya bersama kakek di sebuah rumah tua di kawasan Kampung Apandi, rumah tersebut dibangun oleh buyut saya pada tahun 1880. Saya menghabiskan masa kecil dengan bermain di kawasan Braga. Kakek sering menceritakan kisah-kisah menarik dibalik megahnya gedung-gedung Braga, dan kisah Drakula ini adalah salah satunya.
Menurut penuturan kakek, sang Drakula tersebut hilang entah kemana di akhir tahun 1938. Bahkan keberadaan Tuan Nipius, sang ayah dari Dracula pun ikut menghilang. Warga kampung banyak yang mengaitkan hal ini dengan mistis. Banyak yang menyebut sang Drakula itu adalah “ tumbal” keluarganya, agar keluarganya bisa menjadi pembisnis yang terkenal dan sukses. Dari semua keteranggan tersebut saya coba cermati dan saya riset secara ilmiah melalui pencarian di beberapa surat kabar lama. Dan saya menemukan data-data yang menarik yang mampu menjawab pertanyaan dan spekulasi yang beredar.
Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Masa Berakhirnya Pendudukan Jepang di Lembang.
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Cinta Franz Wilhelm Junghuhn
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Dracula dari Braga
Misteri Tuan Nipius dan Dracula dari Braga
Surat kabar pertama yang saya temukan adalah De Sumatra post tanggal 27-10-1938 yang menyebutkan tuan Nipius untuk sementara sedang cuti setelah 28 tahun tinggal dan berbisnis di pulau Jawa. Berarti artikel surat kabar ini pas dengan keterangan kakek saya bahwa akhir tahun 1938 sang Dracula dan keluarganya menghilang entah kemana. Lalu masih di artikel koran yang sama disebutkan bahwa Tuan Nipius adalah pribadi yang hangat dan juga merupakan ketua komunitas fotografer amatir di Bandung.
Keterangan dalam beberapa surat kabar yang saya temui pun mengatakan bahwa selain menjadi seorang penjahit yang senior, Tuan Nipius ini adalah seorang fotografer terkenal. Salah satu surat kabar yang saya maksud adalah Bataviaasch Nieuwsblad yang terbit tanggal 7-1-1930, bahkan beberapa hasil jepretan dari tuan Nipius tersebut pernah dipajang di bursa tahunan Jaarbeurs.
Setelah melacak lebih jauh ternyata yang berkiprah di Bandung bukan saja A. Nipius, tapi juga saudaranya yang bernama C. Nipius. Salah satu artikel koran di harian De Locomotief yang terbit pada tanggal 11-11-1930 menyebutkan bahwa C. Nipius melalukan pertunjukan biola solo. Dari jejak- jejak yang saya temui tersebut semakin menguatkan bahwa keluarga Nipius ini memang cukup terkenal di Bandung pada dekade tahun 1930-an.
Selain itu saya juga menemukan artikel dari surat kabar Provinciale Geldersche en Nijmeegsche Courant yang terbit di tanggal 27-11-1939, yang menuliskan berita duka dari salah satu anggota keluarga besar Nipius di Bandung. Hal tersebut semakin menguatkan pernyataan kisah kakek saya bahwa keluarga besar tuan Nipius memang tinggal di ruko Aug. Savelkoul. Selain itu saya melacak keberadaan keluarga Nipius ini melalui buku telepon Bandung tahun 1936, namun hasilnya nihil, yang ada hanya no telp dari toko Savelkoul di Braga saja.
Setelah beberapa data saya dapat dan kumpulkan, saya teringat pada sebuah perjalan riset lapangan saya pada tahun 2018. Saat itu saya dan beberapa orang teman menemukan sebuah perkumpulan fotografer amatir Bandung yang berada di kawasan pertokoan Banceuy Permai. Perkumpulan tersebut didirikan pada tanggal 15-2-1924 dengan nama Preanger Amateur Fotograafen Vereeniging (PAF) yang berdiri di Bandung. Ternyata pendiri dari perkumpulan tersebut adalah Prof. Charles Prosper Wolf Schoemaker bersaudara dan Prof . Schermerhorn, di perkumpulan tersebut Tuan Nipius adalah anggotanya dan bahkan pernah menjadi ketuanya.
Jumlah anggota dari PAF sekarang adalah 3.463 orang dan ketuanya bernama Tan Tjiaw Hong kelahiran 13 Desember 1931 dengan nomor anggota 0222. Untuk anggota termuda yang aktif adalah beberapa siswa sekolah menengah pertama. Kegiatan dari PAF itu sendiri sekarang adalah hunting foto bersama- sama, membuat perlombaan dan workshop.
Tidak sampai di sana, jejak Tuan Nipius pun saya temui di dalam data yang sedang saya pelajari, yaitu data tentang Kompleks Bronbeek . Kompleks Bronbeek adalah sebuah kompleks perumahan bagi pensiunan KNIL dan tentara invalid yang letak tepatnya berada di kawasan Jalan Sukagalih, Jalan Sukaresik, dan tepian Jalan Sukajadi (Mall PVJ).
Ketika itu saya membaca sebuah PDF yang diberikan seorang rekan dan begitu tercengangnya saya ketika mengetahui bahwa terdapat sebuah kata pengantar yang ditulis oleh Mayor Jendral Dr. T. J. J. De Vrieze pada bulan November tahun 1934 untuk buku kumpulan foto karya Nipius sebagai fotografer amatir dan Mayor Jendral tersebut adalah kepala dari Kompleks Bronbeek yang sedang saya riset. Bahkan dalam peghujung riset saya menemukan berita dalam koran Bataviaasche Nieuwsblad tahun 1930 yang menuliskan bahwa tuan Nipius memperoleh juara pertama dalam sebuah perlombaan fotografi tingkat kota.
Dari ini semua dapat disimpulkan bahwa Tuan Nipius ini memang seseorang yang multitalenta. Ia berprofesi sebagai seorang tukang jahit yang jempolan, namu ia pun sukses dalam hobinya dibidang fotografi yang membuatnya semakin terkenal di Bandung tahun 1930-an. Hal ini dapat membantah spekulasi miring yang terlanjur digaungkan oleh warga Braga pada saat itu bahwa sang Drakula yang merupakan anak dari Tuan Nipius adalah seorang tumbal. Bukankah selalu ada jawaban logis dari sebuah rumor?
Dan saya ucapkan banyak sekali terima kasih kepada rekan saya, Karguna Purnama Harya, karena semakin membuka wawasan saya mengenai riset sejarah.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang