Unboxing Pilkada Jawa Barat, Partisipasi Gen Z dan Milenial Menentukan Arah Politik Daerah
Generasi Z dan Milenial akan menjadi penentu hasil pemilihan kepala daerah di Jawa Barat.
Fauziansyah Hartadi
Pengajar/guru, memiliki minat pada isu transportasi dan lingkungan kemasyarakatan.
27 September 2024
BandungBergerak.id – Dalam upaya meningkatkan partisipasi pemilih muda dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2024, Sindikasi Pemilu dan Demokrasi, bersama Komunitas Jubir Warga dan Warga Muda, menyelenggarakan kegiatan bertajuk Unboxing Pilkada Jawa Barat: Sosialisasi Pendidikan Pemilih. Kegiatan ini mendapatkan dukungan dari KPU Provinsi Jawa Barat dan dihadiri oleh puluhan pemilih muda dari berbagai daerah dan komunitas. Bertempat di Bandung, acara ini mengupas pentingnya peran pemilih muda, terutama Gen Z dan Milenial, dalam Pilkada Jawa Barat yang akan datang.
Dengan 51% dari total 35 juta Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Jawa Barat merupakan Gen Z dan Milenial, suara pemilih muda memiliki pengaruh signifikan dalam menentukan arah pemerintahan daerah. Namun, rendahnya pemahaman politik di kalangan anak muda kerap menjadi tantangan dalam mendorong partisipasi aktif mereka. Kegiatan ini bertujuan untuk menjawab tantangan tersebut dengan memberikan pendidikan pemilih yang relevan dan menarik bagi generasi muda.
Baca Juga: Tahapan Pilkada Serentak 2024 Jawa Barat, KPU Sedang Memutakhiran Data Pemilih
Revisi UU Pilkada Adalah Pembangkangan terhadap Konstitusi
DPR Anulir Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Revisi UU Pilkada, Manuver Politik dan Pembangkangan Konstitusi
Bareng-Bareng Jaga Demokrasi Kita
Sesi pertama kegiatan dibuka oleh Putra Satria, perwakilan dari Sindikasi Pemilu dan Demokrasi. Dalam materinya yang bertema "Bareng-Bareng Jaga Demokrasi Kita", Putra menyoroti kondisi demokrasi Indonesia yang semakin mengalami penurunan kualitas. “Saat ini, demokrasi kita sedang menghadapi tantangan besar. Tren penurunan kualitas demokrasi ini dapat kita lihat dari berbagai indikator, seperti penurunan kebebasan sipil, pelaksanaan pemilu yang tidak transparan, hingga penyalahgunaan kekuasaan,” jelasnya.
Mengutip laporan V-Dem (Varieties of Democracy) dalam Democracy Report 2024: Democracy Winning and Losing at the Ballot, Putra menjelaskan fenomena "Bell-Turn" Autocratization yang menggambarkan proses kemunduran demokrasi di banyak negara, termasuk Indonesia. “Gelombang autokratik ini terjadi di 42 negara, yang mencakup 2,8 miliar orang, atau 35% dari populasi dunia. India sendiri, dengan 18% populasi dunia, menyumbang separuh dari populasi yang hidup di negara-negara yang mengalami autokratikasi,” katanya, mengutip halaman 6 dari laporan tersebut.
Putra menekankan bahwa proses pelemahan demokrasi ini isu global, juga terjadi di Indonesia. Ia menyebutkan empat faktor utama yang menjadi penyebab menurunnya kualitas demokrasi di Tanah Air:
- Kriminalisasi Aktivis: Aktivis yang vokal sering kali dikriminalisasi dengan menggunakan UU ITE. Undang-undang ini kerap digunakan sebagai alat untuk membungkam suara-suara kritis.
- Pengesahan Undang-Undang Kontroversial: Pengesahan RUU Cilaka, RUU Minerba, RUU KUHP, dan RUU Penyiaran menjadi contoh bagaimana undang-undang yang bermasalah bisa lolos tanpa partisipasi publik yang memadai. UU semacam ini sering dianggap sebagai upaya mempersempit ruang demokrasi.
- Konflik Kepentingan: Konflik kepentingan antara legislatif dan eksekutif, serta dengan pihak swasta, kerap mengakibatkan kebijakan yang tidak pro-rakyat dan justru memperkuat oligarki.
- Pemilu: Pemilu yang seharusnya menjadi pesta demokrasi kerap dikotori oleh politik uang, manipulasi data, dan ketidaktransparanan proses, yang mengikis kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga demokrasi.
“Demokrasi yang sehat memerlukan partisipasi aktif dari semua elemen masyarakat, terutama anak muda. Jika kita tidak bersama-sama menjaga demokrasi ini, maka tren penurunan ini bisa terus berlanjut dan mengancam masa depan politik kita,” tegas Putra.
Anak Muda Penting di Pilkada
Setelah paparan mengenai tantangan demokrasi, sesi kedua diisi oleh Fathurahman Saleh dari Warga Muda. Dalam presentasinya, Fathurahman membahas pentingnya peran Gen Z dan Milenial dalam Pilkada. “Sebanyak 51% dari 35 juta pemilih di Jawa Barat adalah Gen Z dan Milenial. Ini berarti, suara kalian bisa sangat menentukan arah pemerintahan daerah ke depan,” ujarnya.
Ia menyoroti rendahnya kesadaran politik di kalangan anak muda, meskipun mereka merupakan mayoritas dalam daftar pemilih tetap. “Gen Z dan Milenial sering dianggap tidak peduli terhadap politik. Namun, sebenarnya ini bukan soal mereka tidak peduli, melainkan kurangnya edukasi dan akses terhadap informasi yang relevan bagi mereka,” jelas Fathurahman.
Untuk itu, Fathurahman mengajak anak muda agar lebih melek politik dan memahami betapa pentingnya partisipasi mereka dalam pemilu. “Anak muda harus sadar bahwa suara mereka sangat berharga. Jangan sampai kita hanya ikut-ikutan atau memilih karena terpengaruh tren atau FOMO (Fear of Missing Out). Kita harus kritis dalam memilih, dengan cara mencari informasi yang akurat tentang visi-misi calon dan program kerja yang mereka tawarkan,” imbuhnya.
Fathurahman juga memberikan tips bagi pemilih muda agar menjadi pemilih yang cerdas, salah satunya dengan memanfaatkan berbagai sumber informasi politik yang menarik dan mudah diakses. “Sekarang ini banyak konten politik yang dibuat dengan cara yang lebih menarik dan sesuai dengan gaya anak muda. Manfaatkan itu untuk memahami keadaan politik kita saat ini,” sarannya.
Menggali Pandangan Peserta dan Penyelenggara
Usai sesi pematerian, kami berkesempatan melakukan wawancara langsung dengan Putra Satria, yang merupakan salah satu penggagas acara Unboxing Pilkada Jawa Barat. Ketika ditanya tentang latar belakang penyelenggaraan acara ini, Putra menjelaskan bahwa Sindikasi Pemilu dan Demokrasi tengah berupaya mendesain ulang pendekatan pendidikan politik agar lebih relevan bagi anak muda. “Sebenernya kita lagi fokus melakukan desain pendidikan politik gaya baru. Kita ingin partisipasi anak muda di pemilu dan pilkada itu lebih bermakna, dengan pendekatan yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan mereka,” ungkap Putra.
Ia juga menekankan pentingnya peran Gen Z dan Milenial dalam menentukan masa depan demokrasi di Indonesia. “Kembali lagi, pemilih pemula secara kuantitatif mereka lebih banyak dibandingkan yang lain. Jadi suara mereka sangat penting,” katanya. Putra mengingatkan bahwa setiap suara memiliki makna besar. “Jangan mengecilkan suara dan aspirasi kita. Walaupun terlihat sendiri, itu tetap bermakna besar. Kandidat harus mempertimbangkan setiap suara anak muda, jadi jangan ragu untuk menyuarakan pendapat kalian,” pesannya kepada pemilih muda.
Selain itu, kami juga mewawancarai Aru, salah satu peserta kegiatan dari Depok. Aru, yang merupakan pemilih pemula, mengungkapkan bahwa ia tertarik mengikuti kegiatan ini karena ingin memperdalam pengetahuannya tentang proses pemilihan. “Sesuai dengan isi kegiatannya tentang sosialisasi pendidikan pemilih, aku ingin mengenal lebih jauh mengenai pemilihan ini, apalagi pilkada ini adalah pertama kalinya aku ikut memilih,” kata Aru.
Ketika ditanya mengenai persiapannya dalam Pemilu 2024, Aru menjelaskan bahwa ia sangat selektif dalam menentukan pilihan. “Aku banyak observasi terkait visi-misi dan program pasangan calon, serta mengikuti debat capres. Aku ingin memastikan bahwa pilihan yang aku buat benar-benar berdasarkan pemahaman yang mendalam,” katanya. Untuk Pilkada 2024, Aru berencana mendalami program-program para calon dan memilih berdasarkan kriteria yang ia yakini.
Dukung Seperlunya, Kritisi Sehabis-habisnya
Kegiatan ini ditutup dengan pesan dari para pembicara untuk anak muda Jawa Barat agar lebih aktif dan kritis dalam menyikapi Pilkada 2024. “Jangan hanya ikut-ikutan, kita harus menjadi pemilih yang cerdas dan kritis. Dukung seperlunya, tapi kritisi sehabis-habisnya,” ujar Putra Satria, yang disambut tepuk tangan meriah dari peserta.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan pemilih muda Jawa Barat semakin sadar akan pentingnya peran mereka dalam proses demokrasi. Kegiatan Unboxing Pilkada Jawa Barat bukan hanya menjadi wadah edukasi, tetapi juga ruang bagi anak muda untuk berani bersuara dan berpartisipasi secara aktif dalam membentuk masa depan daerah mereka. Semoga dengan meningkatnya kesadaran politik, Gen Z dan Milenial dapat menjadi kekuatan utama dalam menjaga dan memperkuat demokrasi di Indonesia.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain tentang pilkada