• Kolom
  • CATATAN DARI BUKU HARIAN #11: Bersahabat dengan Maestro Fotografi Ray Bachtiar Dradjat

CATATAN DARI BUKU HARIAN #11: Bersahabat dengan Maestro Fotografi Ray Bachtiar Dradjat

Ray Bachtiar adalah sosok yang telah berkecimpung di dunia fotografi lebih dari 40 tahun. Ray Bachtiar telah menjadi bagian perjalanan sejarah fotografi Indonesia.

Kin Sanubary

Kolektor Koran dan Media Lawas

Ray Bachtiar Dradjat. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

28 September 2024


BandungBergerak.id – Ray Bachtiar Dradjat, atau akrab disapa Kang Ray, adalah fotografer senior Indonesia, pionir Digital Imaging Indonesia, dan pendiri Komunitas Kamera Lubang Jarum Indonesia, atau dikenal juga dengan sebutan Pinhole Indonesia. Komunitas ini dikenal melalui aktivitas memotret obyek dengan kamera sederhana tanpa lensa, namun menggunakan lubang kecil sebagai pengganti lensa. Kamera lubang jarum ini, disebut Kang Ray, adalah dasar paling dasar dari dunia fotografi.

Pertemuan pertama antara penulis dan Kang Ray yaitu pada suatu malam di bulan September 2023, di sebuah kedai kopi yang berada di seberang Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba), Jalan Tamansari, Kota Bandung.

Dalam perjumpaan itu, kami langsung terlibat obrolan akrab tentang koleksi media cetak yang penulis koleksi terutama yang memuat foto-foto hasil karya Kang Ray  dan berbagai hal seputar fotografi serta pameran yang digelar Kang Ray bersama koleganya sesama fotografer.

Kami juga berbagi kisah dan kenangan tentang media cetak dan majalah yang pernah Kang Ray singgahi bekerja, dan pernah terlibat sebagai salah seorang anggota tim kreatifnya.

Sebelum pertemuan itu, kami sudah cukup lama  menjalin persahabatan melalui media sosial Facebook (FB) yaitu sejak tahun 2019. Bermula dari unggahan sampul muka Majalah Jakarta-Jakarta edisi Februari 1994  yang  diunggah penulis di FB pada lima tahun lalu. Dan sampul muka majalah tersebut

foto hasil bidikan  kamera Kang Ray. Adapun yang menjadi model cover-nya yaitu penyanyi cantik era tahun 70-an, Ida Royani pasangan duet almarhum Benyamin Sueb di film dan lagu-lagu berirama gambang kromong. Dan satunya lagi Majalah Jakarta Jakarta terbitan bulan Maret 1994, terbitan 30 tahun lalu dengan cover story Gladys Suwandhi, seorang foto model Indo keturunan Cekoslowakia.

Dua pekan berikutnya kami bertemu kembali di sebuah radio swasta di Bandung yaitu Radio K-Lite FM yang beralamat di Jalan Sumur Bandung tak jauh dari kampus ITB di Jalan Tamansari Bandung. Pertemuan tersebut berlangsung saat acara bedah buku antropologi fotografi "Melacak Jejak Telinga Panjang" karya Ati Bachtiar seorang etnofotografer yang juga istri dari Kang Ray Bachtiar.

Selanjutnya, kami juga sering bertemu dalam berbagai kesempatan, terutama bila Kang Ray mengadakan pameran dan mengisi acara talkshow di beberapa radio di kota Bandung.

Ray Bachtiar Dradjat lahir di Bandung, tahun 1959, dengan latar belakang Desain Grafis ITB (Institut Teknologi Bandung) dikenal sebagai  seniman foto multimedia yang mahir berfotomontase. Kiprahnya di dunia fotografi tak diragukan lagi, 7 tahun menjadi fotografer di media terkemuka di Indonesia seperti Majalah Femina, Gadis, Fotomedia, Jakarta-Jakarta dan puluhan tahun menjadi fotografer profesional.

Pernikahannya dengan Ati Bachtiar, yang juga seorang fotografer, dikaruniai dua buah hati, yakni Tubagus Raka dan Ratu Adina Bachtiar, yang juga mempunyai bakat dengan seni lukis dan dunia fotografi.

Ray Bachtiar bersama penulis. (Foto: Dokumentasi  Kin Sanubary)
Ray Bachtiar bersama penulis. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Baca Juga: CATATAN DARI BUKU HARIAN #8: Berjumpa dengan Budi Schwarzkrone, Bintang Film Tiga Zaman
CATATAN DARI BUKU HARIAN #9: Bersahabat dengan Yusran Pare, Wartawan yang Murah Senyum
CATATAN DARI BUKU HARIAN #10: Berkenalan dengan Elshinta Suyoso Marsden, Ikon Radio Siaran Swasta Pertama di Indonesia

Karier dan Kiprah Kang Ray

Minat dan perhatian khusus Kang Ray kepada artefak-artefak seni budaya Indonesia, membuat Kang Ray kerap diundang sebagai pembicara di seminar-seminar fotografi dan budaya, serta aktif berpameran di berbagai kota di Indonesia.

Ray juga dikenal sebagai pendiri Forum  Fotografi Bandung (FFB) tahun 1986, pembimbing Minolta Camera Club, tahun 2002. Pendiri Yayasan Imaging Centre (2000-2005).

Ray Bachtiar juga menulis buku "Memotret dengan Kamera Lubang Jarum" (2001), direspons dengan Komunitas Lubang Jarum Indonesia yang tersebar di lebih dari 15 kota di Indonesia, aktif berpameran dan punya perhatian khusus pada seni dan budaya Indonesia.

Kang Ray juga banyak didaulat sebagai pembicara di seminar-seminar fotografi dan budaya. Menjadi juri bulanan Majalah Chip Foto Video Digital, sebagai pengajar Darwis Triadi Scho ol of Photography.

Menjadi bintang iklan untuk testimonial Kamera Cannon 200. Membuat Profil Multimedia Kabupaten Ciamis untuk pilot project Peta Budaya Indonesia kerjasama antara Dirjen Seni Budaya dan Film dengan ASEAN Commite On Culture and Information (COCI). Membuat kompilasi foto dan video bertajuk "Peace and Democracy" yang dipresentasikan di hadapan 150 delegasi Unesco di Bali Global Forum. Membuat konsep Prasasti Mahkamah Konstitusi.

Ray Bachtiar bersama keluarga. (Foto: Dokumentasi  Kin Sanubary)
Ray Bachtiar bersama keluarga. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Pameran Bersama Fotografer Senior di Jakarta

Pada tanggal 23-28 September 2024, bertempat di Zenko Kissaten, Jalan Pejaten Barat Raya Nomor 10, Jakarta Selatan, Kang Ray dan beberapa fotografer senior Indonesia  mengadakan pameran bersama, yakni “Pamer[in] Foto”, yang diberi judul “Temu Lawas Fotografer & Model”.

Dalam “Pamer[in] Foto" menghadirkan karya-karya para fotografer ternama tanah air, seperti Darwis Triadi, Firman Ichsan, Tigor Lubis, Robbie Sumantri, Firdaus Fadlil, Gino Franky, Rizal Pahlevi, Arbain Rambey, Ray Bachtiar, Triyudha Ichwan, Albert Gunawan, dan Drigo Tobing.

Ray Bachtiar bersama vokalis GIGI, Armand Maulana yang juga adik bungsunya. (Foto: Dokumentasi  Kin Sanubary)
Ray Bachtiar bersama vokalis GIGI, Armand Maulana yang juga adik bungsunya. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Ray Bachtiar dan GIGI Band

Kang Ray tak bisa dipisahkan dengan grup band GIGI, hingga di usianya kini yang telah genap mencapai 30 tahun. Kang Ray turut serta dari awal dibentuknya GIGI, karena salah seorang personilnya, yakni Armand Maulana, adalah adik kandung Kang Ray.

Ketika GIGI terbentuk pada 1994, dengan formasi awal yang terdiri dari Dewa Budjana sebagai gitaris, Aria Baron Suprayogi (gitaris), Thomas Ramdhan (bassis), Armand Maulana (vokalis), dan Ronald Fristianto (drummer), Kang Ray mengaku diabadikan olehnya ketika masih hobi bermain di kamar gelap.

Kini, di usia 30 tahun, GIGI tetap solid. Banyak album dan lagu-lagunya yang sukses di pasaran. Armand Maulana dan kawan-kawan pun selalu memberikan suguhan panggung yang enak ditonton, sebagaimana mereka tampilkan pada peringatan selebrasi ke-30 tahun yang bertitel “Pertamina Gigi-Infinity” di Istora Senayan Jakarta,  24 Agustus 2024 lalu.

Poster foto “30 Tahun GIGI” pun khusus dijepret oleh Kang Ray. Kelak, ketika karya foto ini, beserta karya-karya foto Kang Ray lainnya, telah melampaui zaman, bukan tidak mungkin akan menjadi referensi bagi para generasi penerus fotografi di Indonesia.

Ray Bachtiar adalah sosok yang telah berkecimpung di dunia fotografi lebih dari 40 tahun. Selama kurun waktu itulah, motivasi, kreativitas dan dedikasinya di bidang fotografi, mempunyai kecenderungan untuk selalu menemukan ide-ide baru yang orisinal. Ray Bachtiar telah menjadi bagian perjalanan sejarah fotografi di Indonesia.

Ray Bachtiar telah menunjukkan solusi dan cara yang tepat bagi kreativitas fotografi dan menjadikannya sebagai alat berekspresi secara kreatif. Ray telah menjelajahi segenap instrumen fotografi, mulai dari yang sederhana sampai yang paling mutakhir.

*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain Kin Sanubary dalam tautan berikut

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//