• Berita
  • Mendengarkan Pembelaan pada Tanah dan Petani di Album #3 Mukti Mukti

Mendengarkan Pembelaan pada Tanah dan Petani di Album #3 Mukti Mukti

Lewat karya-karyanya, Mukti Mukti merekam permasalahan yang dihidupi masyarakat. Termasuk sengketa tanah dan perjuangan kaum petani.

Suasana peluncuran Album Ketiga Mukti Mukti Episode Tanah dan Petani, Sabtu, 28 September 2024 di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung. (Foto: Reihan Adilfhi Tafta Aunillah/BandungBergerak)

Penulis Reihan Adilfhi Tafta Aunillah 29 September 2024


BandungBergerak – Sejak 1980-an Mukti Mukti secara tekun merekam berbagai peristiwa dan isu sosial di tengah masyarakat dalam ratusan karya. Mulai dari perlawanan mahasiswa hingga kegelisahan petani. Suara-suara marginal ia taruh menjadi pusatnya.

Album #3 Episode Tanah dan Petani, yang diluncurkan pada Sabtu, 28 September 2024 di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, secara khusus memberi wadah bagi jejak kepedulian dan pembelaan Mukti Mukti dalam isu-isu petani dan tanah. Ada 10 judul lagu dalam album tersebut, yakni Maesaroh, Ciniti, Mencari Ubi, Tembang Ladang, dan Pereang Ladang Parangan (yang seluruh syairnya diciptakan oleh Mukti Mukti), Badega (syair karya Matdon), Matahari (syair karya Sudiyanto), Perempuan Kampung Jawa (syair karya Richard Barber), dan Cigembong (syair karya Kartawidjaya). Badega dan Cigembong menyinggung kasus tanah di Garut.

"Tema tanah dan petani diambil karena Mukti identik dengan hal tersebut. Sepanjang hayatnya, Mukti memperjuangkan hak petani dan tanahnya," tutur Sapei Rusin, aktivis pergerakan yang menjadi salah satu anggota tim kurasi Album #3.

Peluncuran Album #3 Mukti Mukti, yang dibarengkan dengan peringatan Hari Tani Nasional yang jatuh pada tanggal 24 September, diinisiasi oleh Kitsch Records dalam kolaborasi dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung dan Majelis Sastra Bandung. Selain Sapei, tim kurator digawangi oleh Alexandreia Indri Wibawa, Zaky Yamani, Fitri Kenari, Yuslam Fikri Anshari, Dadang Sudardja, dan Dhini Yulietasari

Sapei berharap, lewat penyajian ulang secara kompatibel dengan era digital, lagu-lagu Mukti Mukti bisa menjangkau semakin banyak audiens. Dengan demikian, perjalanan sang musisi dengan para petani dan perjuangan-perjuangan masyarakat pinggiran bisa ditanggapi oleh semakin banyak orang.

"Semoga (album ini) bisa mendapatkan kesadaran baru dalam merespons situasi. Khususnya terkait dengan perjuangan untuk keadilan, masyarakat yang dipinggirkan. Saya rasa Mukti itu lagu-lagunya sangat merepresentasikan nilai-nilai itu," ujar Sapei. 

Baca Juga: Untuk Mukti-Mukti dari Para Sahabatnya
Mukti-mukti Vol #1, Mendengarkan Balada Orang-orang Pinggiran Secara Digital

Merawat Ingatan

Heri Pramono, Direktur LBH Bandung, membagikan cerita tentang pertemuan-pertemuan dengan almarhum Mukti Mukti dalam kerja-kerja LBH ketika memberikan pendampingan dan melakukan advokasi di tengah masyarakat. Termasuk dalam kasus-kasus sengketa tanah di beberapa titik di Jawa Barat pada tahun 1990-an dan 2000-an.

Menurut Heri, lagu-lagu Mukti Mukti mempunyai peranan besar dalam memperkenalkan kasus-kasus yang sedang terjadi. Musik terbukti bisa menjadi medium yang unik dalam menyuarakan ketidakadilan. Dalam Album #3, napas pembelaan itu awet terjaga.

"Yang sekarang lebih menegaskan cerita perjuangan rakyat mempertahankan hak atas tanahnya. Mengingatkan (kita tentang) konflik-konflik masa lampau dengan sebuah lagu. Jadi lebih ke merawat ingatan," tuturnya.

Rangkaian acara peluncuran Album #3 Mukti Mukti dimeriahkan oleh beberapa penampil yang membawakan lagu-lagu dari album tersebut. Selain itu, ada juga sesi bincang bersama membahas kedeketan Mukti Mukti dengan para petani yang memperjuangkan tanah mereka.

Di sepanjang karier kekaryaannya, Mukti Mukti diketahui telah menciptakan ratusan lagu, dan baru sebagian kecil saja yang telah ditaruh dalam format digital. Kerja digitalisasi lagu-lagu sang musisi diinisiasi oleh keluarga dan kawan-kawannya. 

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Reihan Adilfhi Tafta Aunillah, atau artikel-artikel lain tentang Mukti Mukti

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//