• Berita
  • KADO 214 TAHUN KOTA BANDUNG: Kondisi Udara Terus Memburuk, Tingkat Polusi Mengkhawatirkan

KADO 214 TAHUN KOTA BANDUNG: Kondisi Udara Terus Memburuk, Tingkat Polusi Mengkhawatirkan

Udara yang segar dan sehat adalah bagian dari hak asasi manusia warga Kota Bandung. Terancam tercerabut oleh meningkatnya polusi.

Kendaraan terjebak kemacetan di exit tol Pasteur, Bandung, 6 Juli 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Nabila Eva Hilfani 2 Oktober 2024


BandungBergerak.id - Duduk tegap dengan masker putih yang menutupi rapat hidung dan mulutnya, Irma, perempuan 26 tahun, sedang kurang enak badan. Ia menderita infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA. Tiap berbicara, napasnya masih sedikit tersengal-sengal.

“Kenapa aku demam sampai 39 derajat, karena radang,” tutur Irma, kepada BandungBergerak, 24 September 2024.

Irma didiagnosa ISPA cukup parah pada 29 Agustus 2024 setelah diperiksa di rumah sakit. Tahap pengecekan berulang harus ia lewati. Ia sampai harus diuap untuk melegakan tenggorokan dan napasnya.

Irma merupakan pegawai kontrak salah satu badan usaha milik negara (BUMN) di Kota Bandung. Dua tahun lebih ia menyambung hidup di perusahaan negara. Tidak hanya dalam ruangan, Irma tetap seringkali berada di luar ruangan untuk bekerja. Lembur pun sudah pasti selalu ada di tiap minggunya.

Sejak akhir bulan Juli 2024, Irma telah merasakan gejala infeksi saluran pernapasan. Dari pusing, demam, batuk-batuk, hingga pengap. Di awal, ia tidak hiraukan, terpikir hanya flu dan kelelahan. Sampai akhirnya, perempuan kelahiran Bandung tersebut mengalami muntah darah.

Cuaca, asap rokok, dan polusi menjadi penyebab infeksi saluran pernapasan yang Irama derita. Sebelum gejala muncul, Irma memiliki mobilitas antar kota cukup tinggi, Bandung, Tangerang, dan Subang. Ketiga kota tersebut memiliki perbedaan cuaca yang signifikan dan kualitas udara yang tidak jauh sama buruknya.

Kondisinya semakin diperparah dengan asap rokok yang acap kali dihirup Irma di lingkungan kerja. Belum lagi, polutan kendaraan-kendaraan besar yang kerap ia temukan kala kunjungan kerja. Polusi udara sekitar pun turut memperburuk saluran pernapasannya.

Puncak dari penderitaan Irma adalah batuk yang cukup hebat, tenggorokannya sampai sakit, luka, dan berdarah. “Batuk, susah ngomong, susah napas,” ucapnya.

Penyakit ini jelas merugikan Irma. Selain derita yang dirasakan tubuh, batasan-batasan yang diperintahkan dokter membuatnya tidak nyaman. Mulai dari pembatasan jenis makanan yang dikonsumsi hingga penggunaan masker yang tidak boleh lepas, khususnya ketika beraktivitas di luar rumah.

Kerugian materil pun harus dihadapi Irma. Biaya yang dikeluarkan bukan hanya untuk cek kesehatan di rumah sakit tetapi juga harus menyiapkan anggaran untuk terapi uap yang dilakukan sebanyak dua kali dalam sebulan selama setahun.

Dilihat dari kualitas udara perkotaan, Irma adalah korban dari meningkatnya polusi udara. Siaran pers Kementerian Kesehatan juga menyebutkan bahwa kualitas udara yang buruk adalah salah satu faktor  risiko seseorang menderita infeksi saluran pernafasan akut (Kemkes, 8 Januari 2024).

Sayangnya, di hari jadi yang ke-214 tahun, Kota Bandung menempati posisi ketujuh di Indonesia untuk kota yang memiliki kualitas udara terburuk pada tanggal 25 September 2024. Dua hari sebelumnya, peringkat Kota Bandung justru menempati posisi pertama, mengalahkan Kota Jakarta yang lebih dikenal sebagai kota berpolusi tinggi.

Baca Juga: KADO 214 TAHUN KOTA BANDUNG: Belum Ramah Bagi Kawan-kawan Difabel
KADO 214 TAHUN KOTA BANDUNG: Perkara Parah Kemacetan
KADO 214 TAHUN KOTA BANDUNG: Belum Mampu Memilah Sampah

Situasi exit tol Pasteur, Bandung, 6 Juli 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Situasi exit tol Pasteur, Bandung, 6 Juli 2021. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Kualitas Udara Kota Bandung semakin Memburuk

Berdasarkan pantauan real time IQair pada tanggal 25 September 2024 pukul 10.00-11.00 siang, Kota Bandung menempati posisi ketujuh dengan status kualitas udara tidak sehat bagi kelompok sensitif. Indeks kualitas udara Kota Bandung menunjukkan hingga 110 AQI US dengan polutan utama yang menyelimuti yakni pm2.5 sebanyak 39 mikrogram.

Sebelumnya pada pukul 08.00-09.00 pagi, tercatat Kota Bandung memiliki kualitas udara tidak sehat. Sama dengan kondisi kualitas udara pada tanggal 23-24 September 2024 yang bahkan Kota Bandung menempati posisi pertama sebagai kota dengan kualitas udara terburuk. Kondisi tersebut sebenarnya mulai memburuk sejak tanggal 19 September 2024.

Pm.25 menjadi polutan utama yang mendominasi. Konsentrasinya tertinggi pada tanggal 23 September 2024 mencapai 103 mikrogram, 6,7 kali lipat dari standar jumlah polutan pm2.5 per hari yang ditetapkan WHO. Konsentrasi pm2.5 yang mendominasi menandakan kendaraan bermotor menjadi salah satu penyebabnya.

California Air Resources Board menjelaskan bahwa pm.25 merupakan polutan yang dihasilkan dari proses pembakaran bensin, minyak, bahan bakar diesel, dan kayu (Website California Air Resources Board). Kondisi tersebut tidak dapat ditampik Kota Bandung yang memiliki jumlah kendaraan bermotor berlimpah. Setengah dari 2,5 juta penduduk Kota Bandung memiliki kendaraan pribadi.

Wellid dkk. menemukan titik wilayah di Kota Bandung yang memiliki tingkat konsentrasi tinggi polutan pm2.5 yakni, alun-alun Kota Bandung dan Dago sebagai wilayah terendah (Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 2024). Tingginya polutan pm2.5 dapat berdampak buruk pada kesehatan.

Selayaknya yang dijelaskan oleh World Health Organization (WHO), pm2.5 dapat menyebabkan penyakit pada sistem kardiovaskuler dan pernapasan. Lebih buruknya lagi, pm2.5 dapat memicu stroke, kanker, paru-paru, hingga penyakit paru obstruktif menahun (PPOK). Terbaru, pm2.5 juga dapat menyebabkan masalah keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis seperti gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD), kecemasan, serta depresi (Siaran pers WHO, 22 September 2021).

Kota Bandung sudah semestinya melakukan upaya perbaikan kualitas udara, karena udara bersih adalah hak asasi manusia paling dasar. Polusi tidak dapat dianggap persoalan remeh. Bahkan menurut WHO, pencemaran udara merupakan ancaman lingkungan terbesar bagi kesehatan hingga sebagai penyebab utama penyakit tidak menular.

Sejauh ini yang diketahui melalui siaran pers Pemkot Bandung, Pemkot telah melaksanakan dua upaya penanganan polusi udara di Kota Bandung, uji emisi terjadwal dan penanaman pohon (Siaran pers Pemkot Bandung, 21 Agustus 2023). Namun, kebijakan pengurangan transportasi pribadi belum juga terlihat.

Padahal, sebagian besar sumber pencemaran di Kota Bandung berasal dari gas emisi transportasi. Iren, kepala DLHK Kota Bandung menyebutkan gas emisi transportasi berdampak hingga 70 persen sebagai sumber pencemaran udara di Kota Bandung (Siaran pers, Pemkot Bandung 24 Agustus 2023). Selaras dengan data IQAir yang menyebutkan polutan pm2.5 sebagai polutan utama yang memperburuk kualitas udara di Kota Bandung. 

Oleh karena itu, upaya yang telah dilakukan dan upaya yang perlu dilakukan masih belum sepenuhnya selaras. Hal itu terjadi sejak tahun 2022, sebagaimana kondisi yang ditemukan oleh Pramadika dan Syaodih dalam penelitiannya. Keduanya menemukan bahwa upaya Pemkot Bandung dalam pembangunan rendah karbon masih kurang baik. Salah satunya karena masih tingginya jumlah kendaraan pribadi dan tiadanya transportasi umum yang memadai sebagai pengganti sarana mobilitas masyarakat (Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 2022). 

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca artikel-artikel lain dari Nabila Eva Hilfani, atau tulisan-tulisan menarik lain Tentang Kota Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//