• Berita
  • Menjaga Kehidupan Literasi dan Seni di Bandung Melalui Festival Braga Bulan Purnama

Menjaga Kehidupan Literasi dan Seni di Bandung Melalui Festival Braga Bulan Purnama

Festival Literasi dan Seni Braga Bulan Purnama berusaha menjadi ruang bersama bagi komunitas literasi dan seni di Bandung.

Forum Literasi, Kreatif, dan Seni Asia Afrika (FLKS AA), Bandung, Sabtu, 21 September 2024. (Foto: Reihan Adilfhi Tafta Aunillah/BandungBergerak)

Penulis Reihan Adilfhi Tafta Aunillah 4 Oktober 2024


BandungBergerak.idDi tengah dan perkembangan teknologi digital, upaya mempromosikan budaya membaca serta berkesenian menjadi semakin penting. Festival Literasi dan Seni: Braga Bulan Purnama berusaha menumbuhkan semangat literasi dan seni di masyarakat.

Festival digagas Forum Literasi, Kreatif, dan Seni Asia Afrika (FLKS AA) yang digelar di  Myloc Café, Jalan Braga No. 111, Bandung, Sabtu, 21 September 2024. Festival sederhana dan intim ini menghadirkan beragam kegiatan yang berpusat pada literasi dan seni. Mulai dari peluncuran buku, musikalisasi puisi, monolog, teaterisasi puisi, dan diskusi literasi melalui talk show bertajuk “Bandung Lautan Literasi”.

Meski festival ini tidak megah, suasana hangat dan kekeluargaan yang terasa di antara para peserta yang hadair menjadikannya sebagai ruang berkumpul yang bermakna. Khususnya bagi pecinta literasi dan seni di Bandung.

Franky E. Lingga, Ketua Panitia Festival sekaligus salah satu penggerak FLKS AA menjelaskan, selain bertujuan menumbuhkan semangat literasi dan seni, Braga Bulan Purnama diharapkan bisa menumbuhkan semangat Bandung hasil Konferensi Asia Afrika 1955.

“Untuk menumbuhkembangkan budaya literasi, kreasi dan seni agar semakin bermakna dan bermanfaat. Kami ingin mengedepankan niat baik, kesetaraan, perdamaian, kerja sama, dan persaudaraan yang menjadi ciri dari semangat Bandung,” ujar Franky.

Dengan latar belakang tersebut, Braga Bulan Purnama tidak hanya sekadar merayakan literasi dan seni, tetapi juga menyuarakan nilai-nilai sosial yang lebih luas. FLKS AA sendiri baru saja terbentuk bulan September dan didirikan bersama Asian African Reading Club (AARC) serta Bandung Leadership Connection.

Literasi dan Seni yang Berkembang dalam Ruang Kecil

Franky berpendapat bahwa literasi di Indonesia, khususnya di Bandung, masih memerlukan banyak upaya untuk berkembang. Namun, ia percaya bahwa kegiatan seperti Braga Bulan Purnama dapat membawa dampak positif, minimal bagi peserta dan komunitas yang terlibat.

“Acara ini pasti ada pengaruh, khususnya untuk peserta yang terlibat. Oleh karena itu, yang kami harapkan dalam kegiatan seperti ini adalah berbagai komunitas literasi dan seni bisa bergabung,” ujar Franky.

Festival ini juga menjadi bagian dari upaya memperkuat tradisi literasi mingguan di AARC, yang rutin mengadakan tadarusan buku. Dengan kegiatan seperti ini, Franky berharap semakin banyak komunitas literasi dan seni di Bandung yang bergabung, berkolaborasi, dan terus menghidupkan diskusi-diskusi kreatif.

Selain literasi, seni juga menjadi sorotan dalam festival bertajuk Braga Bulan Purnama. Franky menjelaskan, seni mempunyai berbagai bentuk dengan makna luas. Musik, puisi, maupun teater dapat menjadi media yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan penting, termasuk soal perdamaian.

Selain Franky, ada juga Seny Soniaty, selaku pengunjung dalam kegiatan tersebut sekaligus anggota dari Asian African Reading Club atau AARC. Ia memberikan pandangan mengenai tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan literasi di Bandung.

Menurut Seny, keinginan untuk maju dan memajukan adalah dua hal yang bisa memacu perkembangan literasi dan kesenian di Bandung. “Tanpa adanya keinginan untuk maju dan memajukan, literasi dan seni hanya akan menjadi suatu hobi dan sekadar arena untuk berkumpul,” ujar Seny.

Perempuan tersebut juga berpendapat bahwa festival ini merupakan salah satu acara yang mempunyai peluang untuk mengumpulkan komunitas-komunitas literasi.

“Saya mendukung acara tersebut untuk dilakukan secara lebih sering dengan cakupan komunitas atau masyarakat yang lebih luas,” ujar Seny.

Di mata Seny, gerakan literasi dan kesenian di Bandung saat ini cukup signifikan. Hal tersebut terbukti dengan bermunculannya komunitas-komunitas literasi dan kesenian di Bandung.

Dalam festival ini juga tidak hanya datang dari AARC saja, tetapi juga dari beberapa komunitas lain, seperti Komunitas Literasi dan Perdamaian, Rumah Kaca Kita, Komunitas Manjing Manjang, serta ada juga dari sekolah musik, U Music School.

Keluarga Boaz Herisanto, pemegang rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) sebagai keluarga penulis buku terbanyak juga ikut berpartisipasi, memberikan dimensi yang lebih luas pada acara tersebut.

Baca Juga: PROFIL BANDUNG BOOK PARTY: Menuju Bandung Lautan Literasi dari Komunitas-komunitas Kecil
Lapak Komunitas Pasar Gratis Bandung Dibubarkan Satpol PP
Komunitas Aleut Susur Rantai Sejarah Bandung Sampai Gunung

Harapan dan Rencana ke Depan

Festival Braga Bulan Purnama tidak berakhir pada satu acara saja. Franky menyatakan bahwa FLKS AA berencana mengadakan festival ini secara rutin setiap bulan.

“Kami ingin setiap bulan, melalui festival seperti ini, menyerukkan tentang perdamaian dan kebersamaan bersama komunitas-komunitas di Bandung,” ungkap Franky.

Lebih dari sekadar kegiatan rutin, FLKS AA juga bercita-cita mengembangkan cabang di berbagai kota di Indonesia. Franky mengungkapkan bahwa meski masih terlalu dini untuk dibahas lebih lanjut, ada kemungkinan besar untuk membawa festival literasi dan seni ini ke tingkat lebih luas.

Seny berharap FLKS AA tidak berhenti dengan menggelar Braga Bulan Purnama. FLKS AA diharapkan bisa mencakup hal yang lebih luas lagi.

“Semoga bisa mewadahi komunitas yang ada dengan kegiatan yang lebih beragam dan lebih memacu kreativitas masyarakat atau komunitas,” ungkap Seny.

Selain itu, program peluncuran buku juga akan berlanjut. Di bulan depan, FLKS AA merencanakan untuk meluncurkan buku “Setara tak Seteru”, sebuah antologi esai yang dikumpulkan AARC dari beberapa penulis.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Reihan Adilfhi Tafta Aunillah, atau artikel-artikel lain tentang Komunitas Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//