PROFIL BANDUNG BOOK PARTY: Menuju Bandung Lautan Literasi dari Komunitas-komunitas Kecil
Bandung Book Party terilhami Jakarta Book Party, membaca buku sambil piknik di ruang-ruang publik. Digerakkan orang-orang muda Bandung.
Penulis Salma Nur Fauziyah7 Agustus 2024
BandungBergerak.id - Setiap akhir pekan, antara Sabtu atau Minggu, sekelompok orang duduk melingkar di hamparan rumput sintetis di bawah jalan layang Pasupati, Taman Film, Bandung. Meski situasi sekitar ramai, kelompok melingkar itu hening tanpa suara. Mereka khusyuk dengan buku bacaan mereka masing-masing.
Setelah satu jam mereka membaca, seorang yang menjadi ketua kelompok kecil atau biasa disebut Group Party Leader (Gryter) memulai sesi diskusi. Para peserta antusias memaparkan hasil bacaannya, menyampaikan kesan mereka terhadap buku yang mereka baca; mencurahkan hati soal isi buku, dan poin-poin atau nilai-nilai yang dapat diambil.
Beberapa peserta yang lain menanggapi. Sebuah proses saling berbagi pandangan terkait buku yang dibaca terjadi, tanpa membandingkan jenis buku bacaan apa yang paling bagus.
Begitulah kegiatan rutin mingguan yang dilakukan komunitas Bandung Book Party yang menggunakan ruang-ruang publik sebagai tempat aktivitas mereka. Di antara banyaknya orang yang hadir, Nazhiifah (17 tahun) menjadi salah satu anggota yang menikmati kegiatan komunitas ini.
Kepada tim BandungBergerak.id, perempuan asal Jatinangor itu menyatakan rasa senangnya mengikuti serangkaian kegiatan komunitas ini. Tumbuh dan besar dengan orang tua yang peduli dengan isu pendidikan, khususnya dalam pengembangan karakter, membuat Nazhiifah sudah terbiasa membaca buku sejak masih belia.
Bagi Nazhiifah, kegiatan membaca bisa jadi salah satu kebiasaan yang dianggap akan membantu dirinya menemukan jati diri di masa mendatang ketika beranjak dewasa.
“Belum pernah menemukan yang kayak gini. Ya, pertama kali menemukan komunitas yang berkaitan dengan buku, dengan literasi kayak gini. Dan rasanya seneng banget. Kayak aku menemukan tempat yang cocok gitu buat aku,” ujar Nazhiifah.
Perempuan yang hobi menulis ini mengenal komunitas Bandung Book Party dari Instagram. Kegiatan baca buku bareng dengan konsep piknik ini berawal dari komunitas baca dari Jakarta atau dikenal dengan Jakarta Book Party. Komunitas itu juga sempat viral di media sosial khususnya Instagram. Melihat antusiasme teman-temannya yang datang ke acara di Jakarta, Nazhiifah iseng mencari kegiatan tersebut di Bandung.
“Jadi aku tertarik, ini ada gak sih yang di Bandung? Ternyata ada. Ternyata dia ada di banyak kota. Nah, di Bandung ada ya udah aku pengin coba sekali ke sini tapi ternyata ketagihan datang terus,” cerita Nazhiifah.
Menurutnya, Bandung Book Party adalah tempat yang memungkinkan membaca buku tanpa dihakimi. Diskusi bukunya bersifat bebas. Komunitas yang membuatnya tidak takut untuk berkomentar karena apa pun yang diceritakan akan diterima oleh orang-orang sekitar.
Selain Nazhiifah, ada juga Syifa dan Sonia yang ‘ketagihan’ kembali datang membaca buku dan berdiskusi bersama. Syifa Azkia Purwanti (23 tahun) sudah mulai menyukai membaca sejak kelas 4 SD. Kesukaannya membaca bermula dengan membaca komik hingga berlanjut ke jenis buku lainnya seperti novel dan buku pengembangan diri (self-improvement).
“Nah, kebetulan aku ada di Bandung dan teman aku ada yang ngajak juga ya ke sini, Bandung Book Party, di mana aku bisa review buku, bisa sharing, dan kenal banyak teman-teman yang lain,” ujar perempuan yang berprofesi sebagai guru TK dan juga seorang florist.
Mendapatkan teman atau relasi dengan frekuensi yang sama merupakan salah satu magnet yang berkesan bagi Syifa. Selain itu dengan memiliki cukup banyak pengikut di media sosial, ia ingin memberikan pengaruh baik (influence) kepada teman-temannya agar lebih tertarik dengan dunia literasi dan juga memajukan literasi di Indonesia.
Di sisi lain, Sonia Nuraeni (24 tahun) mendatangi komunitas ini awalnya karena diajak oleh saudaranya, Malik. Dulu Sonia memang suka membaca komik. Namun, kegiatan itu sempat berhenti. Kini ia baru mulai suka baca kembali. Selain menjadi tempat mencari teman satu frekuensi seperti yang diungkapkan Syifa, Sonia sendiri menganggap Bandung Book Party menjadi tempat untuknya melatih public speaking.
“Terus, pertama kali ke sini tuh kan bisa dibilang aku kalau berbicara di depan orang banyak deg-degan parah, sih, ya. Gak bisa kontrolnya gitu. Dan setelah aku ada di sini tuh aku belajar gimana sih caranya berbicara di depan banyak orang gitu,” jelas Sonia.
Bandung Book Party mengulas berbagai topik-topik isi buku. Hal ini dapat menambah informasi mengenai isi buku tersebut tanpa harus membaca bukunya terlebih dulu. Momen diskusi inilah tak ingin dilewatkan Sonia.
Lahir dari Inisiatif
Bandung Book Party lahir tentunya tidak terlepas dari pencetus pertamanya di Ibu Kota, Jakarta Book Party. Dikutip dari cxomedia.id, komunitas baca bareng dan berdiskusi soal buku yang mengusung konsep piknik ini lahir dari sebuah inisiatif Samuel Pandiangan bersama teman-temannya yang membuat sebuah kelompok baca pada 22 Oktober 2023. Hal ini dilakukan untuk menjawab keresahan mereka dan mengembalikan pandangan bahwa membaca buku sebenarnya sangat menyenangkan. Kegiatan ini kemudian menjadi ramai diperbincangkan ketika diunggah di media sosial. Akhirnya komunitas ini pun berkembang. Jaringan Book Party kemudian menjalar ke-30 kota salah satunya Kota Bandung.
Sebagai wakil koordinator Bandung Book Party sebelumnya, M. Abdul Azis Alfaruq (19 tahun) atau akrab disapa Faruq, bercerita mengenai kemunculan komunitas ini di Kota Kembang. Salah satu sahabatnya yang bernama Gilang pernah mengikuti acara Jakarta Book Party dan kemudian ia membawa gagasan kegiatan serupa ke Bandung. Pertemuan pertama lalu dihelat tanggal 28 November 2023 di Taman Kiara Artha Park. Tujuan komunitas ini adalah sebagai wadah bagi orang-orang yang suka membaca tetapi tidak ada tempat untuk melampiaskannya.
“Untuk visi-misinya kita mau menjadikan Bandung itu, Bandung Lautan Literasi seperti slogan kita Bandung Book Party gitu. Dan untuk menjadikan Bandung Lautan Literasi, kita harus punya penggerak dulu dari bottom to up. Penggeraknya dari yang kecil-kecil, komunitas yang bergerak kecil-kecilan seperti kayak kita,” tutur Faruq, menjelaskan visi dan misi komunitas ini, yang baru solid terbentuk pada bulan Februari lalu.
Tidak ada sistem keanggotan yang mengikat. Siapa pun dapat bergabung dengan membawa jenis buku apa pun saat sesi rutin mereka yang meliputi silent reading dan diskusi setiap akhir pekan; Sabtu atau Minggu. Jika ingin mengetahui info lebih lanjut, peminat bisa mendaftar ke Google Form dan masuk ke dalam grup WhatsApp resmi mereka. Di sana selain mendapatkan informasi seputar kegiatan, para bookmates (sapaan bagi teman-teman pembaca buku yang mengikuti komunitas ini) dapat bercengkerama dan berdiskusi buku secara daring.
Meski kini kegiatan komunitas di akhir pekan selalu diramaikan oleh banyak bookmates, pernah pada suatu waktu kegiatan ini hanya didatangi empat orang saja.
“Ketika kita meet ketiga, tepatnya di Tahura. Waktu itu kita hanya meet berempat dan itu sangat-sangat menguras energi kita untuk memikirkan acaranya gimana. Karena kasihan juga teman-teman yang hadir yang berempat itu. Kalau cuma baca buku, terus sesi sharing, habis itu pulang tanpa mendapatkan feedback apa pun,” kenang Faruq.
Saat itu ia mulai memikirkan bagaimana kegiatan komunitas ini berlangsung ke depannya dengan mengadakan diskusi satu tema tiap kali bertemu. Hal tersebut disambut antusias oleh keempat teman yang hadir dan terus semangat menghadiri kegiatan Bandung Book Party. Komunitas ini pun mulai berkembang ketika pengukuhan tim baru mereka di bulan Februari lalu.
Baca Juga: PROFIL BANDUNG SYMPHONY ORCHESTRA (BASO): Dari Gereja ke Panggung Orkestra
PROFIL KOMUNITAS THE ROOM 19: Perpustakaan Alternatif di Tengah Minimnya Ruang-ruang Membaca di Bandung
PROFIL KOMUNITAS RUANG KETIGA: Mengubah Ruang Kosong di Bandung Menjadi Ruang Publik Inklusif
Semakin Berkembang
Tidak hanya kegiatan rutin di tiap akhir pekan, Bandung Book Party mulai melebarkan sayap dan menyelenggarakan beberapa kegiatan lainnya. Salah satu yang terbaru adalah program Kids Book Party. Program ini baru saja diluncurkan 9 Mei 2024 lalu. Visinya untuk mengumpulkan anak-anak dan menumbuhkan literasi dan minat baca sejak dini.
Program Kids Book Party dilatarbelakangi kekhawatiran atas realita anak-anak masa kini yang amat tergantung pada gawai. Sidiq, penanggung jawab Bandung Book Party saat ini, memberikan contoh betapa anak-anak di lingkungan keluarga, misalnya, akan tantrum bukan karena tidak diperbolehkan bermain keluar melainkan tidak diberikan gawai.
“Kita buat fasilitasnya untuk bagaimana caranya anak-anak ini berkumpul di ruang publik untuk sebuah aktivitas yang bermanfaat. Nah, tapi, goals pentingnya itu bukan kepada si anak-anaknya,” jelas Sidiq, saat ditemui tim BandungBergerak.id di acara Pasar Kenangan, 27 Juli 2024.
Tujuan utama Kids Book Party adalah bagaimana menciptakan ruang yang memberikan waktu kebersamaan antara anak dan orang tua, khususnya dengan sang ibu. “Makanya goals yang diharapkan itu, kita bisa ngebangun atau ngebentuk yang namanya Mom's Book Party,” lanjut Sidiq.
Selain program Kid’s Book Party, Shidiq memaparkan beberapa program komunitas yang mulai beragam. Selain kegiatan rutin silent reading dan diskusi di akhir pekan, ada pula Bandung Book Party Goes to Campus dan Goes to School, acara kolaborasi dengan pihak eksternal, Boys and Girls Party atau After Book Party, dan yang terakhir Kids and Mom’s Parenting Party.
Dengan jumlah pengikut sebanyak 53.200 orang di Instagram, popularitas Bandung Book Party makin meningkat. Bahkan salah satu konten yang membahas mengenai sejarah kaki lima mendapatkan pencapaian 10 juta penonton.
Shidiq bersyukur niat baik untuk menumbuhkan literasi di tengah-tengah masyarakat seakan-akan didukung oleh alam semesta. Namun, tentu kemajuan ini tidak datang tanpa adanya sebuah tantangan. Salah satunya adalah meningkatkan literasi masyarakat menjadi semakin tinggi.
“Kita tuh gak pernah bisa mengontrol bacaan orang. Kita tidak pernah bisa mengontrol apa isi pikiran orang. Tapi, kita berupaya untuk bagaimana cara orang ini bisa bijak dalam menyampaikan informasi yang dia baca,” ujar Shidiq.
Terkadang ada orang yang mencetuskan beberapa pembahasan mengenai buku yang asing bagi sebagian orang ataupun baru mengenal hal tersebut. Hal ini yang jadi tantangan bagi Bandung Book Party. Bagaimana membuat teman-teman komunitas bisa bijak dalam membahas sesuatu agar tidak ada orang lain yang merasa terkucilkan. Prioritasnya adalah kenyamanan bagi para bookmates pada komunitas ini dan tertarik untuk membaca.
*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Salma Nur Fauziyah atau artikel-artikel lain tentang Komunitas Bandung