• Opini
  • Budidaya Cacing untuk Kampung Para Peternak, Hasil Studi di Pangalengan

Budidaya Cacing untuk Kampung Para Peternak, Hasil Studi di Pangalengan

Para peternak bisa meningkatkan nilai tambah dengan mempraktikkan vermikompos, teknik kompos yang bisa menghasilkan cacing untuk dijual.

Ellin Harlia

Guru Besar Fakutas Peternakan Universitas Padjadjaran (Unpad),pengampu mata kuliah filsafat ekologi peternakan

Tim Unpad membangun vermikompos dengan naungan dari baja ringan di desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. (Foto: Dokumentasi Penulis)

7 Oktober 2024


BandungBergerak.idIstilah kampung vermi diberikan untuk kampung yang sebagian besar penduduknya memelihara vermikompos. Vermikompos merupakan kegiatan memelihara cacing menggunakan media organik seperti limbah peternakan, sampah dapur, limbah pertanian. Cacing yang dipelihara bisa cacing tiger atau Eisenia fetida, Lumbricus rubellus, ANC, dan lainlain.

Kampung vermi biasanya terletak di wilayah  peternakan sapi perah yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai peternak sapi, mengolah limbah peternakan sapi masuk digester biogas, dan menghasilkan energi serta bioslurry (dimanfaatkan sebagai media dan pakan cacing).  

Cacing berperan sebagai detritivore, bekerja sama dengan decomposer (bakteri, jamur) merombak senyawa komplek menjadi senyawa sederhana untuk pakan cacing dan menghasilkan  kascing (kompos hasil penguraian cacing tanah dan mikroorganisme).  Vermikompos adalah proses penguraian limbah organik dengan bantuan cacing tanah, menghasilkan produk akhir dengan kualitas lebih baik yang disebut kascing.

Vermikompos merupakan pupuk organik karena kaya akan nutrisi dan dapat digunakan sebagai sebagai pembenah tanah organik (Thakur, 2021). Proses dekomposisi ini berlangsung pada suhu di bawah  45 derajat Celcius. Vermikompos dapat dibuat dengan menggunakan kotoran ayam (Mupambwa dkk., 2017), sampah organik dapur(J. Kostecka dkk., 2018), limbah pertanian (Gupta dkk., 2019), limbah dari kandang ternak terdiri dari jerami padi dan rumput (Gupta & Dahiya, 2021), lumpur susu (Sharma dkk, 2022), limbah industri pangan berbahan kedelei ( L.Cai dkk, 2022), kotoran sapi (Shafique dkk., 2023), kotoran domba (Garczy?ska dkk, 2020).

Umumnya, proses pembuatan vermikompos menggunakan cacing tanah dari kelompok epigeik dan anesik. Cacing tanah epigeik sendiri hidup dan memperoleh makanannya dari serasah di permukaan tanah. Untuk  pembuatan vermikompos, cacing tanah epigeik dinilai lebih unggul. Keunggulan cacing tanah ini, antara lain: siklus hidup yang pendek, laju reproduksi dan regenerasi yang tinggi, memiliki gizzard aktif yang berperan dalam mempercepat proses dekomposisi bahan organik, serta toleran terhadap fluktuasi kondisi lingkungan(Abbasi dkk., 2023).  

Usus cacing tanah sendiri mengandung mikroba, enzim, hormon, dan mukus yang bisa membantu proses dekomposisi bahan organik dalam waktu singkat, yaitu sekitar 4-8 pekan. Pupuk kascing ini menyediakan makro dan mikronutrien, senyawa regulator pertumbuhan tanaman, serta asam humat dan fluvat.

Mari bersama-sama mempertahankan dan mengembangkan kampung vermi karena pelihara vermikompos tidak membutuhkan lahan yang luas, dapat dibudidayakan dalam bak/kotak kayu, menggunakan rak dari bambu dengan alas karung, dapat dipelihara di tanah. Masing-masing model pemeliharaan mempunyai kelebihan dan kelemahan. Umumnya tempat pemeliharaan yang digunakan yaitu rak bambu dengan menggunakan atap plastik dan terpal dengan kelemahan atap plastik mudah rusak. Model lain yaitu rak bambu menggunakan atap bangunan baja ringan, lebih kokoh tetapi membutuhkan modal lebih besar. 

Kelebihan dari penggunaan rak bambu yaitu dapat menjaga kemurnian cacing yang dipelihara tanpa khawatir akan tercampur dengan jenis cacing yang lain. Model yang paling sederhana yaitu pemeliharaan vermikompos di tanah ditutup dengan terpal. Kelemahan dari sistem ini yaitu kemungkinan besar tercampur dengan cacing jenis lain dan musuh alami yaitu ayam yang berkeliaran.

Cacing segar mempunyai nilai jual sebagai pakan ikan atau umpan pancing ikan. Fungsi lain  cacing dapat dikeringkan dan dibuat tepung untuk diolah menjadi pelet untuk  pakan ikan hias. Hasil riset diketahui bahwa cacing mengandung senyawa bioaktif bersifat antimikroba, mitogen, antioksidan, enzim (Gudeta dkk, 2020), mengingat banyak khasiatnya sehingga cacing merupakan bahan alami yang  digunakan sebagai obat alternatif dan bahan  baku kosmetik. Vermikompos memberikan beberapa manfaat di antaranya yaitu:

Baca Juga: Mengolah Limbah Minyak Jelantah Menjadi Sabun Sebagai Upaya Mengurangi Limbah Rumah Tangga
Penanganan Limbah Minyak Goreng dengan Soda Api
Data Pengangkutan Limbah Medis Covid-19 di Kota Bandung 2020 Pemeliharaan cacing dengan pakan lumpur susu. (Foto: Dokumentasi Penulis)

Pemeliharaan cacing dengan pakan lumpur susu. (Foto: Dokumentasi Penulis)

Manfaat Lingkungan

Penulis memperoleh hibah PKM kemitraan tahun 2024 dari Kemendikbudristek. Universitas Padjadjaran (Unpad) bermitra dengan Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) dan Perum Jasa Tirta Air II, bersama-sama memberdayakan peternak sapi perah untuk mensosialisasikan lumpur susu yaitu limbah  dari IPAL industri susu menjadi media dan pakan untuk cacing. Lokasi terpilih yaitu peternakan sapi perah desa Pulosari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, posisinya di ketinggian lebih dari 1.000 dpl berada di hulu Sungai Citarum.

Dalam kemitraan ini, Tim Unpad membangun rak bambu dengan naungan dari baja ringan (foto 1) dan pemeliharaan cacing dengan pakan lumpur susu (Foto 2).

Pengelolaan limbah peternakan sapi merupakan upaya pencegahan pencemaran terhadap sumber air tanah, air PDAM, air industri maupun PLTA. Dari kegiatan di kandang peternakan akan diperoleh  susu yang selanjutnya akan diproses di pabrik pengolahan susu menjadi susu pasteurisasi, susu aneka rasa, dan yoghurt  dan dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) akan diperoleh lumpur susu. Sampai saat ini lumpur susu masih belum dimanfaatkan, padahal kandungan protein dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan detritivor (magot dan cacing). Pemanfaatan lumpur susu merupakan salah satu upaya penyelamatan lingkungan, terutama sumber air.

Manfaat Ekonomi

Manfaat yang diperoleh dari memelihara vermikompos yaitu tambahan pendapatan dari hasil penjualan kascing dan cacing. Keluarga peternak berperan atas keberhasilan pemeliharaan vermikompos. Kaum ibu dilibatkan dalam pemeliharaan vermikompos, tugasnya memberi pakan dan memantau pertumbuhan cacing. Kascing mempunyai nilai jual sebagai pupuk dengan kualitas yang baik bagi tanaman atau dimanfaatkan oleh petani  sebagai pupuk di kebun sendiri atau dijual.

Harga cacing segar berkisar 25.000-30.000 rupiah per kilogramnya. Harga cacing semakin meningkat apabila  dikeringkan dan dibuat tepung cacing. Pada prinsipnya bahan organik dari peternakan seperti kotoran sapi dan bioslurry dari biogas, limbah pertanian, limbah IPAL industri susu dapat dimanfaatkan menjadi media dan pakan cacing akan menghasilkan cacing dan  Kascing (Sharma dkk, 2022).

Manfaat Sosial

Pemeliharaan vermikompos sesungguhnya dapat dilakukan oleh siapa pun, karena mudah yang penting mempunyai niat menyelamatkan lingkungan dan meningkatkan pendapatan. Vermikompos dapat menjadi wadah interaksi sosial dan komunikasi sesama masyarakat karena pemeliharaan dapat dilakukan secara bersama-sama dalam satu kelompok peternak sapi perah.

Rencana dari Program Hibah ini, aset yang dibangun oleh tim Unpad akan diserahkan kepada kelompok peternak sapi perah desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan dengan harapan dari pengembangan kampung vermi meningkatkan semangat peternak sapi perah memanfaatkan limbah industri peternakan untuk  kesejahteraan  masyarakat  dan pelestarian lingkungan.

*Kawan-kawan bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Ellin Harlia, atau artikel lain tentang pengelolaan limbah

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//