• Berita
  • Menyerukan Indonesia Tanpa Stigma, Mengharumkan Nama Indonesia di Homeless World Cup 2024 Korea Selatan

Menyerukan Indonesia Tanpa Stigma, Mengharumkan Nama Indonesia di Homeless World Cup 2024 Korea Selatan

Meski memiliki masalah soal makanan dan protein, Timnas Indonesia untuk Homeless World Cup (HWC) 2024 Korea Selatan bisa finis di peringkat ke-4.

Timnas Indonesia untuk Homeless World Cup (HWC) 2024 Korea Selatan di Ruang Komunitas, Bandung, Sabtu, 12 Oktober 2024. (Foto: Ivan Yeremia/BandungBergerak)

Penulis Ivan Yeremia15 Oktober 2024


BandungBergerak.idTimnas Indonesia untuk Homeless World Cup (HWC) 2024 Korea Selatan berhasil mengulang prestasinya dengan masuk semifinal dan menjadi peringkat 4. Capaian ini pernah ditorehkan pada tahun 2012 sekaligus melampaui target yang ditetapkan tim yaitu masuk 8 besar ajang sepak bola jalanan dunia ini.

Di kejuaraan tahun ini, Timnas Indonesia masuk ke grup C yang dihuni 11 negara. Indonesia berhasil menjadi juara grup dan berhak lolos ke tahap selanjutnya. Di babak 8 besar, Indonesia menang melawan Irlandia. Sayang, di semifinal dan perebutan tempat ketiga Timnas Indonesia harus menyerah kepada lawan-lawannya sehingga hanya harus puas pada posisi ke empat.

Raihan ini dirayakan dengan mengadakan syukuran di Ruang Komunitas, Kota Bandung, Sabtu, 12 Oktober 2024. Para pemain, pelatih, dan manajer tim menceritakan berbagai tantangan yang dirasakan seperti waktu penjemputan tim yang terlambat, cuaca di Korea Selatan, jarak hotel dengan lapangan yang cukup jauh, dan juga menu makanan.

“Yang jadi masalah terbesar menurut saya adalah menu makanan karena protein yang disediakan panitia kebanyakan berasal dari makanan nonhalal. Sedangkan kita semua muslim, jadi anak-anak hanya makan seadanya,” ujar Aulia Rachman (38 tahun), pelatih utama Timnas HWC 2024.

Tim pelatih menanggulangi hal tersebut dengan banyak mengambil sayuran seperti kol, bawang daun, dan rumput laut. Rumput laut jadi makanan utama yang dibawa ke mana pun untuk menjaga nutrisi para pemain.

“Yang saya salutkan apa pun kondisinya, mau diterpa badai hujan, makanan yang kurang tapi anak-anak ga ada ngeluh. Itu menunjukan kita Indonesia sebagai bangsa yang teguh,” ujar Pinsa Prahadian (34 tahun) asisten pelatih Timnas HWC 2024.

Peringkat empat adalah bukti nyata bahwa kondisi yang ada tidak menghalangi para pemain untuk bekerja keras memberikan hasil terbaik demi mengharumkan nama Indonesia.

“Kita tuh mau berprestasi dan berjuang semaksimal mungkin demi lambang Garuda di dada. Homeless World Cup ini sebagai event perubahan para pemain, kalau mau enak ke depannya, mau berubah hidup kita ke depannya kita harus berjuang mati-matian untuk berprestasi. Apalagi kan di Indonesia sendiri tuh kita baru akan dihargai ketika kita berprestasi,” ujar Ery Dwi Antono Riyadi (25 tahun), Kapten Tim Indonesia untuk Homeless World Cup 2024.

Baca Juga: Dari Jalanan ke Panggung Dunia, Rumah Cemara Meluncurkan Timnas Sepak Bola untuk Homeless World Cup 2024 di Korea Selatan
PROFIL RUMAH CEMARA: Berjuang untuk Indonesia Tanpa Stigma
Dua Dekade Rumah Cemara: Menggapai Kemandirian dalam Kerja Panjang Menghapus Stigma

Perjuangan akan Terus Berlanjut

Setelah kejuaraan, para pemain yang berasal dari kelompok-kelompok rentan, masih harus berjuang dengan kehidupannya masing-masing. Mereka berharap untuk dapat membawa semangat perubahan di ajang Homeless World Cup dan menjadi lebih berguna bagi masyarakat. Beberapa pemain memiliki harapan untuk dapat bekerja dan membuka usaha sehingga dapat memperbaiki kehidupannya.

“Kalau saya ingin lebih baik dari kehidupan sebelum-sebelumnya dan saya juga ingin mengamalkan kalimat Indonesia tanpa stigma di kehidupan saya ke depannya,” ujar Ery, pemain dengan latar belakang masyarakat miskin kota.

“Saya ingin punya bisinis atau pekerjaan untuk dapat bertahan hidup dan juga dapat berguna bagi masyarakat sekitar,” timpal pemain lainnya, Willy Nurcahya (23 tahun).

Homeless World Cup memiliki aturan bahwa para pemain hanya bisa bermain sekali seumur hidup. Jadi untuk para pemain yang sudah bermain tahun ini tidak dapat ikut berpartisipasi pada kejuaraan berikutnya. Maka, pertandingan sebenarnya buat para pemain baru akan dimulai saat ini setelah kejuaraan HWC selesai.

“Saya harap mereka (para pemain) memutuskan untuk dapat memutuskan dengan jalan yang baik bukan dengan jalan yang short cut. Karena saya pernah ada di posisi mereka jadi saya tahu bahwa kehidupan setelah ini akan berat. Tetap harus jaga sikap kerja keras dan hidup disiplinnya,” saran Pinsa Prahadian yang merupakan mantan pemain HWC 2017.

Aulia Rachman selaku pelatih utama berharap agar proses yang telah dilakukan selama persiapan HWC tetap diteruskan ke kehidupan selanjutnya. HWC merupakan ajang membangun mental, disiplin, dan kerja keras untuk kehidupan selanjutnya.

“Kalau kita tetap jaga apa yang telah kita pelajari otomatis akan menghasilkan hal yang baik kapan pun dan di mana pun kita berada,” ujar Aulia.

Manager Timnas HWC 2024 Rin Aulia berharap, ke depannya masyarakat lebih mengetahui keberadaan dari Timnas Homeless Indonesia dan juga memahami bahwa masyarakat dengan kondisi yang sulit juga memiliki kesempatan yang sama untuk dapat mengaharumkan nama bangsa.

Rin Aulia juga mengabarkan, Timnas Homeless Indonesia mulai tahun ini sudah bernaung bawah federasi PSSI. Dengan demikian, ia berharap ada kompetisi lokal street soccer yang rutin diadakan setiap tahunnya.

“Itu harapan jangka panjang. Untuk saat ini kita bisa sosialisasikan atau coaching clinic ke masyarakat ke daerah-daerah sembari menunggu diskusi lebih lanjut dengan pemerintah,” tandas Rin Aulia.

*Kawan-kawan yang baik, silakan menengok tulisan-tulisan lain dari Ivan Yeremia, atau artikel-artikel lain tentang Homeless World Cup

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//