• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Mewaspadai Manipulasi Politik dalam Organisasi Mahasiswa Daerah

MAHASISWA BERSUARA: Mewaspadai Manipulasi Politik dalam Organisasi Mahasiswa Daerah

Organisasi mahasiswa daerah seharusnya menjadi wadah di mana semua suara didengar dan dihargai. Tempat di mana semua anggotanya dapat tumbuh bersama.

Aqil Madani

Mahasiswa Perbandingan Madzhab dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Ilustrasi intoleransi dan diskriminasi. Indonesia sebagai negara bhineka (beragam) belum terhindar dari praktik-praktik intoleransi dan diskriminasi terkait kebebasan beragama berkeyakinan. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak)

17 Oktober 2024


BandungBergerak.id – Organisasi mahasiswa daerah adalah tempat di mana mahasiswa bisa berkumpul, berbagi pengalaman, dan saling mendukung, terutama bagi mereka yang berasal dari daerah yang sama. Namun, sering kali ada masalah yang mengancam kebersamaan ini, yaitu manipulasi politik. Praktik ini dapat mengganggu tujuan baik yang ingin dicapai dan penting untuk kita mengenali serta menghindarinya.

Manipulasi politik merujuk pada upaya seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi keputusan, kebijakan, atau dinamika kelompok demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, bukan untuk kepentingan bersama. Dalam konteks organisasi mahasiswa, manipulasi ini bisa muncul ketika individu, terutama senior, memanfaatkan posisi dan pengaruh mereka untuk mengendalikan keputusan organisasi, mengabaikan suara anggota lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakadilan, konflik internal, dan hilangnya semangat kekeluargaan yang seharusnya menjadi fondasi organisasi.

Seharusnya, organisasi ini menjadi ruang di mana mahasiswa dapat saling mendukung, baik dalam aspek akademis maupun sosial. Dengan adanya nilai-nilai kekeluargaan, diharapkan setiap anggota merasa nyaman dan memiliki tanggung jawab terhadap kemajuan bersama. Namun, kenyataannya tidak selalu demikian. Ada kalanya individu atau kelompok tertentu memanfaatkan posisi mereka untuk kepentingan pribadi, yang dapat merusak solidaritas yang seharusnya ada.

Organisasi mahasiswa daerah dirancang untuk menciptakan rasa kekeluargaan. Harapannya, setiap anggota merasa nyaman dan memiliki tanggung jawab untuk saling mendukung. Namun, tidak jarang kita menemukan individu atau kelompok tertentu yang memanfaatkan posisi mereka untuk kepentingan pribadi. Hal ini tidak hanya merusak solidaritas, tetapi juga menciptakan ketidakpuasan di antara anggota.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Strategi agar Terhindar dari Kejahatan Seksual di Kampus
MAHASISWA BERSUARA: Indonesia Negara Keluarga?
MAHASISWA BERSUARA: Peraturan yang Menginjak Rasa Aman, Kritik untuk Perda Kota Bogor Nomor 10 Tahun 2021

Dinamika Organisasi

Dalam memahami dinamika organisasi, pemikiran sosiolog Anthony Giddens tentang strukturasi memberikan perspektif yang sangat berharga. Giddens berargumen bahwa struktur sosial tidaklah bersifat statis; sebaliknya, ia terbentuk dan diubah melalui interaksi dan tindakan individu. Ini berarti bahwa setiap individu dalam suatu organisasi memiliki peran penting dalam membentuk realitas sosial yang ada.

Dalam konteks organisasi mahasiswa daerah, meskipun kita sering kali menghadapi situasi di mana senior atau kelompok tertentu mendominasi, penting untuk menyadari bahwa semua anggota memiliki potensi untuk berkontribusi dan mengubah cara organisasi beroperasi. Giddens menekankan bahwa setiap tindakan, sekecil apa pun, dapat mempengaruhi struktur yang ada. Ketika anggota organisasi mengambil inisiatif untuk berbicara, berdiskusi, dan mengusulkan ide-ide baru, mereka tidak hanya berkontribusi pada diskusi, tetapi juga secara aktif berpartisipasi dalam pembentukan kembali cara organisasi berfungsi.

Pemikiran ini mengajak kita untuk tidak merasa terperangkap dalam posisi kita saat ini. Kita memiliki kekuatan untuk mengatasi dominasi yang ada, bukan dengan cara konfrontatif, tetapi dengan berpartisipasi secara konstruktif. Ketika anggota merasa diberdayakan untuk berbicara dan mengambil tindakan, mereka membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif. Dalam hal ini, tidak ada yang lebih kuat daripada kesadaran kolektif bahwa setiap suara berharga dan dapat membawa perubahan.

Giddens juga menekankan pentingnya dialog dan komunikasi dalam proses ini. Dalam organisasi, ketika kita menciptakan ruang untuk berbagi pandangan dan ide, kita tidak hanya memperkuat hubungan antar anggota, tetapi juga memungkinkan terjadinya transformasi. Diskusi yang terbuka dan jujur dapat mendorong anggota untuk saling mendengarkan dan memahami sudut pandang yang berbeda, sehingga menciptakan kesepakatan yang lebih kuat dan mengurangi ketegangan.

Dengan demikian, pemikiran Giddens mengingatkan kita bahwa perubahan tidak selalu datang dari atas. Sebaliknya, perubahan dapat dimulai dari tindakan kolektif anggota yang berani mengambil langkah untuk menyuarakan pendapat mereka. Ketika kita menyadari bahwa struktur organisasi dapat diubah melalui tindakan kita, kita akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik, di mana semua anggota merasa dihargai dan memiliki kesempatan untuk berkembang.

Membangun Kesadaran Kolektif

Untuk melawan manipulasi politik ini, langkah pertama yang perlu kita ambil adalah membangun kesadaran kolektif di antara anggota. Kita perlu menyadari bahwa suara kita penting. Dengan mengadakan rapat terbuka, di mana semua orang memiliki kesempatan untuk berbicara, kita menciptakan lingkungan di mana setiap pendapat dihargai. Ini bukan hanya soal berbicara, tetapi juga tentang mendengarkan satu sama lain.

Edukasi Hak dan Tanggung Jawab

Selanjutnya, edukasi mengenai hak dan tanggung jawab anggota menjadi sangat penting. Banyak di antara kita yang mungkin tidak menyadari bahwa kita memiliki hak untuk terlibat dalam setiap aspek organisasi. Memberikan pelatihan kepemimpinan dan informasi tentang cara kerja organisasi bisa membantu meningkatkan rasa percaya diri kita untuk berpartisipasi. Ketika anggota merasa diberdayakan, mereka akan lebih aktif dalam proses pengambilan keputusan.

Forum Diskusi yang Aman

Membangun forum diskusi yang aman dan terbuka adalah kunci untuk menciptakan dialog yang konstruktif. Kita perlu memiliki ruang di mana anggota merasa nyaman untuk berbagi pendapat dan mengungkapkan masalah yang mereka hadapi. Sesi diskusi rutin dapat menjadi platform yang efektif untuk mendiskusikan isu-isu yang mungkin sulit diungkapkan secara langsung. Selain itu, menyediakan saluran anonim untuk memberikan masukan juga bisa membantu kita memahami masalah tanpa rasa takut.

Mendorong Rasa Kepemilikan Bersama

Mengembangkan rasa kepemilikan bersama di antara anggota adalah strategi efektif lainnya untuk melawan manipulasi. Ketika kita terlibat dalam proyek bersama, kita tidak hanya memperkuat rasa persatuan, tetapi juga menciptakan kolaborasi yang lebih baik. Jika tanggung jawab dibagi secara adil, tidak ada satu individu atau kelompok yang bisa mendominasi organisasi. Ini adalah saat di mana setiap orang merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.

Menyadarkan Oknum yang Mendominasi

Namun, kita tidak bisa mengabaikan keberadaan individu atau kelompok yang mungkin membatasi kegiatan. Kita perlu menyadarkan mereka tentang pentingnya keberagaman pendapat. Pendekatan ini harus dilakukan dengan cara yang inklusif. Dengan mengajak mereka berdiskusi dan berbagi pandangan, kita dapat membantu mereka melihat bahwa mendengarkan suara orang lain justru akan memperkuat organisasi, bukan merugikannya.

Kesimpulan: Bersatu untuk Perubahan

Mengatasi manipulasi politik dalam organisasi mahasiswa daerah adalah tanggung jawab kita bersama. Dengan komitmen terhadap transparansi, edukasi, dan diskusi yang terbuka, kita bisa menciptakan lingkungan yang positif dan produktif. Melalui kolaborasi, kita akan memastikan bahwa organisasi kita tetap menjadi tempat yang inklusif, di mana setiap anggota memiliki kesempatan untuk bersuara dan berkontribusi.

Saatnya bagi kita untuk bersatu dan mengembalikan nilai-nilai kekeluargaan yang seharusnya ada dalam organisasi ini. Mari kita jadikan organisasi mahasiswa daerah sebagai tempat di mana semua suara didengar dan dihargai, dan di mana kita semua dapat tumbuh bersama sebagai satu kesatuan yang kuat.

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//