• Kolom
  • TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kampung Apandi, Candu dan Prostitusi #3 Teosofi dan Gudang Candu Bandung

TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kampung Apandi, Candu dan Prostitusi #3 Teosofi dan Gudang Candu Bandung

Keluarga besar Afandi tergabung dalam filsafat keagamaan Teosofi yang berlandaskan pada pengalaman batiniah dan mistik, yang bersumber dari agama dan mitos kuno.

Malia Nur Alifa

Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian

Lokasi kolam tempat candu dikumpulkan, sebelum akhirnya disebar. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)

19 Oktober 2024


BandungBergerak.id – Sebelum melanjutkan kisah keluarga besar Afandi yang ternyata berkiprah untuk teosofi kota Bandung, ada beberapa pertanyaan yang mampir ke telepon seluler saya. Yakni terkait para pengikut dari Koloni Soeniaradja yang merupakan keluarga dari para bekas pasukan perang Diponegoro, yang hijrah ke Cirebon terlebih dahulu sebelum menetap cukup lama di selatan kampung tempat istirahatnya para kusir dan buruh pengangutan rempah-rempah terutama kopi (Pedatiweg).

Para warga Koloni Soeniaradja tersebut dipimpin oleh seseorang yang sering disebut Wangsalapi, hingga pada perkembangannya Pedatiweg berubah menjadi Wangsalapiweg, sebelum menjadi Bragaweg. Seiring perkembangan waktu, di tempat tinggal mereka tersebut akan dibangun penjara oleh pemerintah kolonial yang nantinya terkenal dengan nama Penjara Banceuy, hingga membuat para warga koloni harus pindah dan berpencar.

Para penduduk dari Koloni Soeniaradja atau Babakan Soeniaradja tersebut harus terusir dan memulai kehidupan yang baru di utara Bandung, karena lahan dari tempat tinggal mereka di Babakan Soeniaradja akan dijadikan penjara yang nantinya bernama Penjara Banceuy.  Mereka berpencar dan mulai membentuk koloni- koloninya sendiri. Kebanyakan dari para penduduk tersebut menempati kawasan Hegarmanah (sekarang bernama Gang Arsa Manggala, Jalan Hegarbudi, dan Gang Mekar Budi). Selain itu mereka menempati kawasan selatan Jalan Nyland atau Cipaganti bawah sekarang (Jalan Yakeswa ), bahkan di Jalan Yakeswa ini akan ditemukan sebuah makam tua yang berada di ujung  gang yang bersebelahan dengan pemakaman keluarga Pasar Baru. Setelah bertanya kepada penduduk setempat ternyata orang yang dimakamkan di sana bernama Mbah Wiryo, ia adalah salah satu penduduk Babakan Soeniaradja yang pindah ke kawasan Cipaganti Bawah. Sedangkan sisanya berpindah terus ke arah utara menuju kawasan Lembang dan membentuk koloni di sepanjang jalan Maribaya, Lembang.

Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Wong Kalang yang Dipaksa Hidup Berpindah-pindah
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kampung Apandi, Candu, dan Prostitusi #1
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kampung Apandi, Candu, dan Prostitusi #2 Kisah Keluarga Afandi

Teosofi dan keluarga Afandi

Keluarga besar Afandi adalah keluarga besar yang tergabung dalam filsafat keagamaan Teosofi, yaitu sebuah filsafat keagamaan yang berlandaskan pada pengalaman batiniah dan mistik, yang bersumber dari agama dan mitos kuno. Selain M. Afandi sendiri yang membuka percetakan khusus buku-buku teosofi, ada pula anggota keluarga lainnya yang berbesan dengan seorang mantan komandan pasukan hibrid Kraton Kanoman, Cirebon yang  bernama R.M. Wirasasmita.

R.M. Wirasasmita ini pindah ke Bandung untuk menjadi wakil dari Wedana Bojongloa. Pertama tiba di Bandung, ia dan keluarganya menempati rumah mungil  yang kini menjadi kantor Museum Sri Baduga. Setelah pensiun, ia menempati sebuah rumah di kawasan Jalan Merdeka, tidak jauh dari Balai Kota Bandung. Di rumah itu ia membuka sebuah loji yang bernama Galih Pakuan, dan R.M. Wirasasmita sendirilah yang menjadi ketuanya.

Keluarga besar R.M. Wirasasmita ini juga yang ikut membantu perkembangan dari Olcott Park Bandung. Salah satu anak turun dari R.M. Wirasasmita yang bernama R.M. Denda sasmita adalah penerus  kepengurusan Galih Pakuan, dan ia juga mengenyam pendidikan di sebuah sekolah guru khusus penganut Teosofi di Lembang (Kweekschool Goenoeng Sari). Kiprah R.M. Dendasasmita untuk Bandung adalah membuka sekolah dasar (HI)  yang sekarang menjadi SDN Cihampelas. Anak- anak turun dari R.M. Dendasasmita ini pun banyak yang melangsungkan pernikahan di gedung St. Jan atau Loji Dharma.  Menurut  penuturan para narasumber, di Loji Darma (St. Jan) tidak pernah dilakukan ritual inti, ritual inti banyak dilakukan di loji lain yang lebih tertutup. Di Loji Darma (St. Jan) lebih sering diadakan pertemuan rutin biasa hingga kursus bahasa.

Dari beberapa tempat tinggal keluarga besar ini, yang paling mencolok adalah tempat tinggal dari R. Enda Gandaresmi di kawasan Kampung Apandi nomor 74. Di rumah tersebutlah banyak dilakukan aktivitas inti dari Teosofi, hingga akan banyak ditemukan simbol dari berbagai agama. Ternyata setelah diteliti lebih lanjut ibu dari R. Enda Gandaresmi yang bernama Ruminah (adik ipar M. Afandi) adalah anggota dari Gereja Katolik Bebas yang lebih dikenal sekarang dengan Gereja Albanus. Menurut penuturan para narasumber, saat R. Enda Gandaresmi kecil pun, ia sering diajak ke Gereja Katolik Bebas tersebut hingga remaja di tahun 1920-an.

Gudang Candu Bandung.

Salah satu dari anggota keluarga besar Afandi yang bernama  R.M. Gaga Girilaya dan R.M. Tata Gurnita mengatakan bahwa candu atau opium yang telah hilang dari kawasan Kampung Apandi karena telah dirubah menjadi kawasan hijau (kebun jeruk dan coklat). Namun aktivitas perdagangan opium berpindah ke kawasan Pasar Baru dan terus menggeliat di dalam gang-gang kecil di sana hingga puluhan tahun. Mereka mengatakan bahwa ketika mereka kecil (sekitar tahun 1930-an) candu-candu dikumpulkan dari jalur pedati di utara Bandung (dari kawasan jalur rempah-rempah utara yaitu dari kawasan perekebunan teh Bukanagara – Puncak Eurad – kawasan Giriwening – Lembang –masuk menuju kota Bandung dan berakhir di sebuah kolam  besar di  dekat Groteposweg).

Lama berlalu dari wawancara tersebut hingga saya menemukan kolam-kolam tersebut pada peta Bandung tahun 50-an. Dan baru pada bulan April tahun 2024 ini saya  dan beberapa rekan melakukan riset lapangan untuk menyusuri kawasan yang dahulu terdapat kolam-kolam yang ternyata bukan sekedar kolam, namun terdapat juga Gudang candu yang baru saja tiba dari Utara yang nantinya akan disebar ke seluruh kota.

Setelah mencari sedari pagi akhirnya saya dan rekan- rekan pun menemukan lokasinya, dan kebetulan ada seorang nenek yang tengah berada di halaman dan langsung saja kami menanyakan terkait kolam-kolam tersebut. Dan sang nenek pun mengiyakan bahwa disinilah kolam-kolam tersebut berada, dan kondis dari kolam-kolam tersebut kini telah menjadi pemukiman padat penduduk.

 *Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//