• Narasi
  • Menjaga Jejak Perjuangan Perempuan di Bandung Melalui Monumen Laswi, Sebuah Eksplorasi Ingatan

Menjaga Jejak Perjuangan Perempuan di Bandung Melalui Monumen Laswi, Sebuah Eksplorasi Ingatan

Monumen Laskar Wanita Indonesia (Laswi) didirikan sebagai penghormatan kepada pejuang perempuan yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Arie Riandry Ardiansyah

Penulis dan Imam Besar Gajah Strawberry

Pembacaan puisi oleh Salma Salsabila di Monumen Patung Laskar Wanita Indonesia, Jalan Viaduct (Jalan Perintis Kemerdekaan), Bandung, Sabtu, 28 Oktober 2023. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

23 Oktober 2024


BandungBergerak.id – Perjuangan para pahlawan kemerdekaan tidak luput dengan peran pahlawan perempuan, perempuan berperan penting dalam catatan sejarah Indonesia. Tanpa disadari oleh kita semua bahwasannya di balik gerak dan perjuangan dalam memerdekakan bangsa Indonesia ada gagasan, pemikiran, dan peran vital perempuan. Telah kita ketahui dalam pitutur orang sunda biasanya perempuan memiliki tugas pokok; sumur, dapur, kasur yang mana dalam artian perempuan hanya diperbolehkan mengurusi urusan domestik saja, perempuan ditetapkan sebagai the second sex yang tercermin dalam ungkapan-ungkapan verbial yang mengunggulkan lelaki.

Paradigma seperti ini kemudian didobrak oleh pemikiran modern seorang perempuan yang datang dari Kabupaten Jepara. Perempuan itu ialah R.A. Kartini, ia mewakili mayoritas kaum perempuan yang termarginalkan dalam kulturnya untuk lebih maju dan memperoleh kesempatan dan hak yang sama seperti laki-laki. Secara konkret apa yang diperjuangkan oleh Kartini mungkin tidak begitu banyak, namun tidak pelak lagi simbol dalam politik dan perjuangan perempuan Indonesia saat ini.

Seiring berjalannya zaman, perempuan Indonesia saat ini sudah merdeka, katakanlah perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki meskipun sebagian tidak secara komprehensif. Organisasi-organisasi perempuan berkembang dengan begitu pesat,  mereka secara sadar ingin diakui eksistensinya secara utuh di kalangan masyarakat, maka mereka ingin melakukan banyak hal untuk kemajuan kaumnya. Perjuangan kaum perempuan semakin menyebar luas, organisasi wanita tumbuh begitu pesat bak jamur diguyur musim hujan. Di masyarakat sendiri ditanamkan pengertian perempuan sebagai bentuk dari “ibu bangsa” yang berarti menumbuh kembangkan generasi yang lebih sadar akan kebangsaannya.

Momentum kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 merupakan bentuk dari bangkitnya semangat rakyat secara serentak, untuk membela tanah air agar merdeka merupakan cita-cita yang telah diidam-idamkan beratus tahun lalu. Partisipasi perempuan dalam nafas perjuangan kemerdekaan Indonesia sangat  besar. Pernyataan Soekarno terhadap perempuan, perempuan juga harus turut andil dalam revolusi Indonesia, dan sebaliknya kaum laki-laki harus menyadari bahwa perjuangan revolusi tanpa perjuangan perempuan tidak akan berhasil. Seruan Soekarno kepada kaum laki-laki agar memaksimalkan peran penuh perempuan sebagai “roda perjuangan kita yang satu lagi, benar-benar menjadi sayap garuda nasional kita yang satu lagi”.

Daripada itu, manifestasi perjuangan perempuan terhadap nasionalisme Indonesia terbentuk dalam suatu kelaskaran wanita dalam organisasi perjuangan. Laskar merupakan bagian dari organisasi perjuangan rakyat yang bersifat militer di luar tentara serta mendapat legitimasi dari menteri pertahanan. Hampir di setiap daerah memiliki organisasi kelaskaran wanita, salah satunya di Bandung bernama Laswi (Laskar Wanita Indonesia).

Baca Juga: Ziarah Kubur Sejarah Bandung
Menelusuri Sejarah Jembatan Cincin dan Taman Loji di Jatinangor Bareng Komunitas Bandoeng Waktoe Itoe
Mencari Sejarah Palestina di Pasar Antik Cikapundung

Laswi dan Perjuangan Perempuan di Bandung

Terbentuknya Laskar Wanita Indonesia pada tanggal 12 bulan Oktober tahun 1945 oleh Ny. Sumarsih Yati Arudji Kartawinata. Secara historis jika melihat dalam buku Satu Abad Kartini oleh Annie Bertha Simamorra yaitu berdirinya Laskar Wanita Indonesia ini secara spontan ia bertindak, “Seperti perintah Allah SWT untuk turut andil berjuang bersama golongan pria”. Membentuk Laskar Wanita Indonesia melalui dinamika yang amat panjang, sama halnya dulu seperti perjuangan Kartini.

Dalam majalah Historia tertulis bahwa “Yati Arudji melihat sebuah keresahan dari gerakan sekutu di Kota Bandung yang mengobrak-abrik ketenteraman umum, hal ini menyebabkan banyaknya korban dan hilangnya harta benda kepunyaan rakyat, karena oleh sebab itulah adanya Laskar Wanita Indonesia didirikan”.  Berdirinya Laswi merupakan bentuk dari adopsi daripada pembacaan Ny. Sumarsih Yati Arudji Kartawinata terhadap kisah seorang istri Nabi Muhammad SAW yaitu Aisyah yang maju ke medan perang. Dari sinilah, ia berpikir bahwa perempuan harus mempunyai semangat juang yang sama bersama kaum laki-laki. Tak luput juga dengan inspirasi daripada perjuangan tokoh perempuan Indonesia ternama, R.A. Kartini yang membawa Ny. Sumarsih Yati Arudji kepada para anggota Laskar Wanita Indonesia (Laswi).

Adanya semangat Ny. Sumarsih yang membawa pada terbentuknya Laswi tak lepas dari peran ketua BKR sekaligus suaminya sendiri dalam sumbangsih pembentukan daripada Laswi itu sendiri, dan kedua tokoh pimpinan Tentara Keamanan Rakyat di Bandung yaitu, Utip Soemohardjo dan Dirman. Pada hari berikutnya Ny. Sumarsih mengolektifkan massa dari berbagai elemen pimpinan perempuan termasuk pelajar dan menguraikan gagasannya untuk membentuk pasukan perempuan menuju ke medan perang.

Gagasan yang disampaikan oleh Ny. Sumarsih disambut hangat oleh massa di Bandung lebih-lebih pelajar putri yang mempunyai semangat tinggi dan tidak tahan mendengar berita kekejaman Belanda. Pada saat itu juga Laskar Wanita Indonesia (Laswi) resmi berdiri, markas dan asrama Laskar Wanita Indonesia (LASWI) bertempat di kediaman Ny. Sumarsih Yati Arudji Kartawinata di Societet Mardihardjo jalan Pangeran Sumedang No. 91, Bandung. Anggota Laswi terdiri dari lapisan perempuan, dimulai dari para gadis, ibu rumah tangga, hingga janda. Dan sebagian berasal dari lulusan Hollandsch inlandsche (HIS) dan kelas pertama Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), bahkan ada juga yang berasal dari pelajar Hollandsche Indische Kweekschool (HIK). Para anggota Laswi sendiri sebelumnya merupakan barisan dari Pemuda Puteri Indonesia yang kemudian tergabung dengan Laskar Wanita Indonesia.

Dalam perekrutannya anggota Laswi tidaklah begitu mudah. Terjadi banyaknya dinamika yang terjadi, dimulai dari orang tua tidak memperbolehkan perempuan yang cantik tidak boleh memanggul senjata seperti halnya karena menurutnya itu tidak pantas, dan ada juga karena merupakan anak satu-satunya, khawatir terjadi apa-apa oleh lelaki jahat. Kemudian dikarenakan anggota Laswi selayaknya pasukan kemerdekaan pada umumnya yang di mana mereka memakai celana dan duduk di atas truk, tak sedikit orang tua melarang anak perempuannya untuk gabung di Laswi.

Adanya panggilan revolusi hal ini yang bertujuan terjadinya pembentukan Laswi yang membantu para perjuang pria baik digaris depan maupun belakang. Sama halnya seperti anggota pasukan lelaki, anggota laskar wanita juga mendapatkan pelatihan khusus sebelum maju ke medan perang yang di mana meliputi pembinaan, fisik, dan mental, baris-berbaris, penggunaan senjata, stratak gerilya, pelatihan pengobatan, dan lainnya.  Pelatihan-pelatihan tersebut bentuk dari adopsi PETA. Para anggota PETA melatih laskar wanita bari-berbaris, olahraga, P3k (pertolongan pertama pada kecelakaan), dan penggunaan senjata. Tak luput dari itu semua peran Laswi dalam bidang pendidikan juga sangat masif di mana mereka berperan untuk mengajar para anggota atau masyarakat lainnya dalam pemberantasan buta huruf.

Merawat Ingatan Perjuangan Perempuan dalam Monumen Laswi

Maraknya monumen-monumen perjuangan kemerdekaan yang berada di Bandung seperti monumen Bandung Lautan Api, harusnya masyarakat Bandung lebih melek perihal perjuangan para perempuan yang berjuang ikut serta dalam membangun kemerdekaan. Salah satu monumen yang paling bersejarah yaitu, monumen Laskar Wanita Indonesia (Laswi). Berdirinya monumen itu sebagai bentuk dari sebuah penghormatan kepada para pejuang perempuan yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Monumen Laswi dihadirkan sebagai penanda ingatan pada sebuah peristiwa yang terjadi di masa lalu pada kala itu.

Setiap kali kita mengingat para tokoh Indonesia pikiran kita sudah pasti terfokus pada tokoh lelaki, seperti Soekarno, Hatta, Yamin, Sjahrir. Jika kita melihat banyaknya buku sejarah pada pendidikan sekolah dasar pun kita dicekoki dengan tokoh-tokoh pemikir bangsa lelaki. Padahal ada banyak sekali tokoh perempuan yang memang berkontribusi besar pada kemerdekaan. Sayangnya monumen Laswi hanya sebuah bentuk patung biasa bagi sebagian orang, tanpa adanya refleksi historis mendalam soal perjuangan perempuan, hanya segelintir orang yang mungkin memahami sejarah penamaan monumen tersebut. Belum lagi kisah heroik perjuangan Laswi jarang tertulis dan diceritakan secara umum. Dan tak yakin warga asli Bandung sendiri pun banyak yang mengetahui historis Laswi.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain tentang sejarah

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//