• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Menakar Tren Bahasa Gen Z dalam Komunikasi Sehari-hari

MAHASISWA BERSUARA: Menakar Tren Bahasa Gen Z dalam Komunikasi Sehari-hari

Tren bahasa Gen Z dalam komunikasi sehari-hari bukanlah sekadar fenomena sesaat. Ini adalah cerminan dari perubahan sosial dan teknologi yang kita alami sekarang.

Nabila Oktapiani

Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Penjurusan Peminatan Jurnalistik Universitas Pasundan (Unpas) Bandung

Ilustrasi. Teknologi digital tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia modern. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak.id)

30 Oktober 2024


BandungBergerak.id – Bahasa terus berkembang seiring dengan perubahan zaman, dan salah satu perkembangan yang menarik perhatian saat ini adalah tren bahasa yang muncul dari generasi Z. Generasi ini, yang tumbuh dalam era digital, memanfaatkan teknologi dan media sosial sebagai sarana utama komunikasi. Fenomena ini telah melahirkan bentuk bahasa baru yang sering kali berbeda dari kaidah bahasa formal, namun tetap efektif dalam menyampaikan pesan dan membentuk identitas mereka.

Bahasa Gen Z dikenal dengan penggunaan singkatan, istilah gaul, serta adaptasi dari bahasa asing yang kerap digunakan dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, penggunaan kata-kata seperti "bestie," "savage," "lowkey," atau singkatan seperti "LOL" (Laugh Out Loud), "BTW" (By The Way), dan "FOMO" (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi mereka. Bahasa ini tidak hanya mencerminkan cara berpikir cepat dan efisien, tetapi juga memuat aspek budaya pop dan teknologi yang sangat dekat dengan keseharian Gen Z.

Bahasa Gen Z tidak hanya terbatas pada bentuk lisan, tetapi juga melibatkan cara mereka berkomunikasi secara tertulis di platform digital. Mereka cenderung menggunakan media sosial seperti Instagram, Twitter, dan TikTok sebagai saluran utama untuk menyebarkan informasi dan berinteraksi dengan sesama. Gaya bahasa yang mereka gunakan di platform ini sering kali informal, singkat, dan padat, tetapi tetap mampu mengekspresikan ide, emosi, dan pendapat mereka dengan jelas.

Di sisi lain, kemunculan meme dan emoji juga memperkaya komunikasi generasi ini. Mereka tidak hanya berbicara dalam kata-kata, tetapi juga menggunakan visual yang memperkuat atau bahkan menggantikan kata-kata. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dan kepekaan Gen Z terhadap konteks budaya dan sosial, di mana mereka sering kali lebih memilih menyampaikan pesan melalui bentuk-bentuk komunikasi yang visual dan kontekstual daripada menggunakan bahasa yang terlalu formal.

Namun, tren ini juga memunculkan tantangan tersendiri. Banyak yang berpendapat bahwa penggunaan bahasa yang terlalu singkat dan informal dapat mengurangi kemampuan generasi ini untuk berkomunikasi secara formal atau akademis. Ada kekhawatiran bahwa tren ini akan berdampak pada penurunan kualitas bahasa formal, yang bisa mengaburkan batasan antara bahasa gaul dan bahasa yang baku.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Terbiasa Melanggar Aturan, Terbiasa Tidak Membaca Meski Sudah Dewasa
MAHASISWA BERSUARA: Kampus yang Semakin Mengekang, Prakondisi Neo Orba dan Kenaikan Biaya Kuliah?
MAHASISWA BERSUARA: Kampus Mencari Eksistensi, Mahasiswa Kehilangan Kualitas Diri

Cermin Perubahan Sosial

Meski begitu, ada juga pandangan yang lebih positif, melihat tren ini sebagai bentuk inovasi bahasa. Generasi Z telah membuktikan bahwa bahasa adalah alat yang fleksibel dan dinamis, yang bisa diadaptasi sesuai dengan kebutuhan zaman. Mereka menggunakan bahasa untuk membangun identitas kolektif, mempererat hubungan, dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang cepat.

Pada akhirnya, tren bahasa Gen Z dalam komunikasi sehari-hari bukanlah sekadar fenomena sesaat. Ini adalah cerminan dari perubahan sosial dan teknologi yang kita alami sekarang. Bahasa, sebagai bagian dari budaya, akan terus berkembang dan berubah seiring waktu. Untuk itu, memahami tren bahasa generasi ini menjadi penting, tidak hanya untuk mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga untuk menciptakan jembatan komunikasi yang lebih baik antar-generasi.

Dengan demikian, bahasa Gen Z memperlihatkan bahwa perubahan dalam komunikasi adalah hal yang tak terhindarkan dan, di sisi lain, juga mengajarkan kita untuk lebih terbuka terhadap cara-cara baru dalam berkomunikasi di era digital yang semakin cepat.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//