PILGUB JABAR 2024: Janji Calon Pemimpin untuk Menurunkan TBC dan Stunting
Para paslon berusaha meyakinkan cara-cara ampuh mengatasi TBC dan stunting, mulai dari kartu bahagia, jam tangan digital, hingga telemedicine.
Penulis Awla Rajul18 November 2024
BandungBergerak.id - Para paslon Pilgub Jabar 2024 saling beradu gagasan menjawab persoalan kesehatan di Jawa Barat, di antaranya mengenai penyakit Tuberkulosis (TBC) dan stunting. Kedua isu ini mengemuka dalam debat perdana pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang diselenggarakan KPU Jabar, Senin, 11 November 2024.
Pada tahun 2023, Jawa Barat termasuk provinsi dengan kasus TBC tertinggi di Indonesia sebanyak 175.000 kasus. Dari kasus itu, 15 persen di antaranya menyerang anak-anak. Calon Gubernur nomor urut 01, Acep Adang Ruhiyat mendapatkan pertanyaan mengenai strategi dan program apa yang akan ia lakukan untuk mengurangi jumlah kasus TBC di Jawa Barat jika memimpin di Jawa Barat.
“Kami terus terang memberikan tawaran beberapa program untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi penyakit TBC yang pertama adalah program screening digital masal. Yang kedua kartu keluarga bahagia di dalam rangka bagaimana program nutrisi bagi pasien TBC. Yang ketiga 627 klinik kesehatan terpadu dan berbasis untuk pelayanan TBC. Dengan demikian diharapkan kami mampu memberikan layanan yang sebaik-baiknya,” jawab Acep Adang Ruhiyat.
Calon Gubernur nomor urut 02, Jeje Wiradinata, mengungkapkan TBC merupakan penyakit lama dan bisa diobati. Untuk menanggulanginya, yang pertama perlu dilakukan adalah memastikan lingkungan yang ditempati tidak kumuh. Selain itu, perlu pula menyiapkan tenaga medis yang mumpuni. Sebab untuk menyembuhkan TBC, perlu kedisiplinan antara pasien dan tenaga medis.
“Ada interaksi keduanya, Insya Allah TBC akan bisa ditangani di Jawa Barat. Kasus TBC di kita ini 220.000 di permukaan, mungkin di bawahnya bagaikan gunung es. Hadirin sekalian akan banyak itu tentu langkah-langkah di kabupaten kota menjadi perhatian penting bagaimana menangani penyakit TBC ini,” ungkap Jeje Wiradinata.
Calon Gubernur nomor urut 03, Ahmad Syaikhu, menyebutkan, penanganan TBC perlu dengan pendekatan kasih sayang, bukan malah dijauhi. Ia juga melihat, TBC juga disebabkan karena masalah lingkungan perokok pasif. Sehingga, perlu ada upaya untuk memastikan kota yang layak bebas rokok.
“Yang kedua penanganan juga perlu melalui posyandu, sehingga mampu mendeteksi betul mereka-mereka yang terkena TBC. Itulah pentingnya kita revitalisasi posyandu. Untuk itu kami menawarkan agar kader posyandu ditingkatkan insentifnya agar fokus menangani ini,” terang Ahmad Syaikhu.
Calon Gubernur nomor urut 04, Dedi Mulyadi berpendapat, TBC dapat ditangani secara jangka panjang dan jangka pendek. Penanganan jangka pendek adalah dengan pendampingan dokter secara terus-menerus bagi anak-anak yang berpotensi mengidap TBC. Pendampingan ini perlu dilakukan dengan adanya dokter yang berkunjung ke rumah-rumah warga.
“Setiap orang terlahir harus didampingi oleh dokter. Di situlah diperlukan negara tampil untuk melahirkan dokter keluarga yang berkunjung kepada masyarakat, bukan hanya masyarakat kaya tetapi juga masyarakat miskin. Yang kedua adalah dalam jangka panjang juga mereka harus didampingi dari sisi fasilitas ekonomi. Karena sering kali TBC itu diakibatkan karena ketidakmampuan ekonomi keluarga. Yang ketiga adalah lingkungan yang harus segera diperbaiki karena lingkungan adalah faktor utama maraknya TBC di Indonesia,” ungkap Dedi Mulyadi.
Acep Adang lantas menanggapi jawaban dari seluruh calon Gubernur lainnya. Ia mengaku setuju dengan apa yang disampaikan oleh ketiga Calon Gubernur lainnya. TBC perlu ditangani lebih dini. Sehingga, menurutnya, program scrining digital, adanya 627 klinik kesehatan terpadu, serta kesiapan tim medis yang memadai menjadi keniscayaan untuk menurunkan jumlah kasus TBC.
Baca Juga: PILGUB JABAR 2024: Janji-janji Para Paslon dalam Mengatasi Isu Kesehatan Mental dan Pengangguran Orang Muda Jawa Barat
PILGUB JABAR 2024: Menanti Debat Publik yang Tidak Monoton dan Membosankan
PILGUB JABAR 2024: Akankah Pasangan Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan Mampu Merebut Simpati Massa Islam?
Strategi Menurunkan Stunting
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Indonesia. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2024, angka prevalensi stunting di Jawa Barat mencapai 23,2 persen untuk usia 0-59 tahun. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata prevalensi stunting di Indonesia yang sebesar 21,5 persen. Sebelumnya, pemerintah provinsi menargetkan mampu menurunkan angka stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024.
Calon Wakil Gubernur nomor urut 04, Erwan Setiawan mendapatkan pertanyaan mengenai strategi menurunkan prevalensi stunting dari panelis. Jika terpilih, Erwan menargetkan, selama dua tahun kepemimpinan pasangan Dermawan akan mampu menurunkan angka stunting menjadi zero stunting.
“Yang pertama, kita mulai dari ibu hamil dari nol kehamilan 1 bulan, mereka kita pasang dengan jam tangan untuk pendeteksi, mereka yang hamil ini kekurangan apa, zat besi, langsung dari dinas kesehatan dari layanan terdekat memberikan gizi tersebut. Ini sudah kami lakukan di Kabupaten Sumedang selama saya memimpin,” katanya.
Calon Wakil Gubernur nomor urut 01, Gitalis Dwi Natarina menegaskan, kunci menurunkan stunting adalah dengan membahagiakan ibu hamilnya dengan memberikan nutrisi dan gizi yang baik. Pihaknya akan membuat Kartu Keluarga Bahagia yang terdapat fasilitas USG gratis.
“Kartu keluarga bahagia ini akan ada USG gratis untuk ibu hamil, sehingga ibu-ibu hamil merasa bahagia. Itu salah satu (cara) untuk menurunkan stunting. Yang berikutnya adalah adanya skrining kesehatan gratis dan 627 klinik kesehatan terpadu khusus untuk ibu hamil,” ungkapnya.
Calon Wakil Gubernur nomor urut 02, Ronal Surapradja menyebutkan, yang paling penting dalam penanganan stunting adalah 1.000 hari pertama kehidupan anak, dimulai sejak masa kehamilannya. Untuk menunjang ini, pasangan yang diusung PDI Perjuangan ini akan memberikan subsidi satu juta perbulannya untuk memperhatikan nutrisi dan gizi ibu hamil.
“Buat ibu-ibu yang hamil di 1.000 hari pertama dengan subsidi 1 juta per bulannya. Kami akan perhatikan nutrisinya, gizinya, dan yang paling penting adalah memperkuat posyandu. Pelayanan posyandu, obat-obatannya nutrisinya, yakin ketika 1.000 hari pertama kehidupan diperhatikan dengan baik, segala sesuatunya zero stunting di Jawa Barat akan tercapai di 5 tahun pertama kita bekerja,” ungkapnya.
Calon Wakil Gubernur nomor urut 03, Ilham Habibie, sepakat dengan Ronal, bahwa menurunkan stunting dengan memperhatikan di 1.000 hari pertama. Pada 1.000 hari pertama ini harus memberikan protein. Untuk mendukung pemberian protein ini, pihaknya akan memberikan telur gratis bagi anak yang rentan berpotensi mengalami stunting.
“Kemudian juga kita mau menguatkan posyandu dengan adanya orang-orang terlatih di situ dan juga diberdayakan dengan ada ruang untuk telemedicine, yang di mana mereka bisa datang untuk berhadapan dengan orang-orang yang ada jauh dari situ tapi tersambungkan dengan internet. Tentu dengan bantuan ada staf dan itu gratis di situ. Jadi telemedicine di posyandu,” terangnya.
Erwan lantas menanggapi jawaban dari seluruh calon Wakil Gubernur. Ia sepakat menurunkan stunting perlu deteksi awal bagi ibu hamil. Ia lantas menerangkan upaya yang telah ia lakukan dengan deteksi dini bagi ibu hamil menggunakan jam tangan digital.
“Makanya tadi saya sampaikan, mereka pasang jam tangan digital yang nanti terkoneksi dengan Dinas Kesehatan. Apa yang ibu-ibu hamil ini butuhkan, kalau kurang zat besi kita langsung berikan vitamin Fe. Terus kalau memang kurang vitamin yang lain kita langsung (berikan), gizinya buruk langsung kita berikan. Supaya ketika ibu tersebut melahirkan bayinya betul-betul bebas dari stunting. Ini sudah kami lakukan dan nol biaya APBD kita semua bekerja sama dengan operator yang ada,” ungkapnya percaya diri.
*Kawan-kawan yang baik silakan membaca tulisan lain Awla Rajul atau artikel-artikel tentang Pilgub Jabar 2024