PILGUB JABAR 2024: Debat Nihil Gagasan Lingkungan
Orang muda kecewa dengan debat Pilgub Jabar 2024 yang berlangsung tanpa perdebatan. Para calon cenderung mengandalkan contekan dari timsukses masing-masing.
Penulis Awla Rajul20 November 2024
BandungBergerak.id - Orang muda Jawa Barat kecewa dengan debat kedua Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Pligub Jabar 2024 yang diselenggarakan oleh KPU Jabar di Cirebon, Sabtu, 16 November 2024. Dalam debat kedua dengan tema “Industri Kreatif, Lingkungan, Budaya, dan Moderasi Beragama” itu, para pasangan calon dinilai tidak mengupas persoalan lingkungan dan memberikan solusi konkret.
Perwakilan Climate Ranger Cirebon Alsya Aqwiyah menerangkan, para calon memang memberikan pemaparan dengan baik. Tetapi, ia menilai, dalam persoalan lingkungan, para paslon tidak ada yang memberikan pemaparan ambisius yang detail dari persoalan dan solusi. Ia juga mengkritik para paslon yang sangat terpaku dengan bahan bacaan, bekal dari tim pemenangan yang dibawa ke atas podium.
“Kenapa harus sangat terpaku ke bacaan, kayak seolah-olah itu tidak ada di benaknya untuk dilaksanakan nanti saat dia terpilih gitu,” ungkap Alsya yang menjadi panelis pada kegiatan Nobar dan Diskusi Debat Pilgub Jawa Barat, salah satu rangkaian kegiatan pada Festival Pilkada, di Unpar Merdeka.
Para paslon masing-masing mendapatkan pertanyaan tentang enam subtema debat, yaitu industri budaya, pariwisata, peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) berbasis sumber daya alam, mitigasi bencana, kualitas lingkungan hidup, dan toleransi beragama.
Salah seorang audiens kegiatan nobar debat Pilgub Jabar 2024 Luqman Fariz Arrasyid dari Salman ITB, turut mengkritik jalannya debat kedua itu. Menurutnya, para paslon bukan menanggapi pernyataan paslon dengan tanggapan yang relevan, tetapi dengan memaparkan visi-misi dari paslonnya.
Dalam memberikan jawaban dari pasangan lain, para paslon dinilai banyak mengulang-ngulang pertanyaan. Pengulangan itu dinilai sebagai upaya para paslon untuk membuang waktu atau memang belum memiliki jawaban yang relevan untuk kandidat lawan. Menurutnya, jalannya debat lebih mirip diskusi daripada adu gagasan.
“Harusnya audiens itu tahu saling mengkritisi antarpaslon, tapi justru ini malah show of visinya sendiri gitu. Jadinya kan ini mah lebih ke bedah gagasan paslonnya doang, bukan saling nanggapi,” katanya mengomentari jalannya debat Pilgub Jabar 2024.
Luqman juga mengkritik para paslon yang sangat terpaku dengan bahan bacaan yang dibawa ke atas podium, baik untuk menjawab maupun melontarkan pertanyaan ke pasangan lain. Tanggapan dari paslon dinilai bukan murni dari paslon, tetapi merupakan jawaban yang sudah disiapkan.
“Udah disiapin pertanyaannya gitu, kan akhirnya pertanyaannya bukan murni dari pengin tahu pasangan sebelah tuh jawabannya gimana gitu ya, jadi semuanya kayak benar-benar udah dirancang, udah disiapin sama timsesnya aja gitu, bukan murni dari kepalanya sendiri,” ungkapnya.
Festival Pilkada merupakan proyek kolaborasi antara Pilah Pilih, Bijak Pilkada, Demokrasi Kita, Bangun Bandung, Enter Nusantara, Muda Empati, Climate Ranger, Rhizoma Indonesia, Plabs.id, dan Bandung Milik Kita untuk mendorong aksi iklim.
Baca Juga: PILGUB JABAR 2024: Sama-sama Menjanjikan Akan Memfasilitasi Kawan-kawan Difabel dan Talenta Digital
PILGUB JABAR 2024: Ramai-ramai Membicarakan Budaya dan Kuliner Lokal
PILGUB JABAR 2024: Janji Calon Pemimpin untuk Menurunkan TBC dan Stunting
Tidak Ambisius
Panelis pada Nobar Debat Pilgub yang merupakan dosen FISIP Unpar, Stanislaus Risadi Apresian menyatakan, para paslon dinilai tidak memberikan jawaban konkret dan berkaca pada studi kasus. Misalnya terkait pertanyaan potensi bencana banjir di Jawa Barat. Alih-alih mencontohkan satu lokasi yang sering terjadi banjir dan memberikan solusi konkretnya, para paslon malah memberi jawaban yang terlalu umum.
“Langkah konkret mau ngapain di daerah yang sering banjir. Cuma dari tadi itu enggak ada yang paham wilayah banjir yang paling parah itu di mana, jadi harus fokus di situ. Kemudian belum ada yang membahas tentang Nature Based Solutions atau solusi untuk mencegah banjir dengan memanfaatkan alam. Masih bahas infrastruktur, padahal itu juga sudah direkomendasikan pemerintah untuk pakai Nature Based Solution,” terang lulusan PhD Universitas Leeds ini.
Apres, demikian ia akrab disapa juga menilai, para paslon luput memberi jawaban tentang polusi udara, cara dan kapan menutup PLTU batu bara, serta upaya meningkatkan penggunaan energi terbarukan di Jawa Barat. “Enggak ada yang berani bilang kita akan dobelkan EBT (energi baru dan terbarukan) di lima tahun ke depan, enggak ada yang berani bilang kayak gitu,” tegasnya.
Di samping itu, para paslon pun luput memberi penegasan terkait bagaimana nantinya mereka melibatkan kelompok muda kelompok aktivis iklim dalam menjalankan visi-misinya memajukan sektor lingkungan. Ia pun menyarankan kepada para paslon agar tidak terlalu terpaku dengan “contekan” yang dibawa. Sebab, beberapa jawaban dinilai tidak sesuai dengan konteks pertanyaan.
“Enggak nyambung ya, tadi juga ada pertanyaan terkait diskriminasi terkait gender gitu ya, tapi gender enggak dibahas sama sekali. Ya itu apakah mereka betul menyimak pertanyaannya atau hanya membaca contekan dari timsesnya mereka gitu ya,” terangnya.
Perwakilan orang muda dari Rhizoma Indonesia, Dani Setiawan menerangkan, terkait persoalan sampah yang menjadi isu utama di Jawa Barat, tidak ada para paslon yang memberikan jawaban terkait peta jalan bagi produsen untuk mengurangi timbulan sampah. Para paslon seolah-olah hanya menitikberatkan solusi sampah di hilir saja, yaitu edukasi masyarakat.
“Seolah-olah semuanya ke hilir gitu, mengarahnya ya udah masyarakatnya yang salah, kita perlu edukasi. Tapi produsen tetap dibiarkan untuk memproduksi sampah bahkan sampah-sampah sekali pakai gitu ya, produsen itu akan tetap dibiarkan peta jalan, enggak ada yang pernah ngebahas,” kata Dani.
Dani juga menyebutkan, keempat paslon sudah mendapatkan rekomendasi kebijakan dan orang muda terkait lingkungan. Namun bercermin dari debat yang berlangsung, para paslon seperti tidak ada yang mengadopsi isi rekomendasi kebijakan yang disusun oleh orang muda. Ia juga menilai, keempat paslon tampaknya tak ada yang benar-benar peduli terhadap perubahan iklim. Para paslon tidak ada yang membahas tentang komitmen memasifkan penggunaan energi terbarukan, demokratisasi energi, maupun penghapusan energi fosil.
“Mereka ngomong konservasi dari tadi, tapi mereka ngomong tambang di hilirisasi, itu ngaco. Karena Jawa Barat banyaknya potensi tambang itu di wilayah-wilayah konservasi,” ungkapnya. “Aku jujur pusing, terlalu emosi, karena mewakili teman-teman yang peduli terhadap lingkungan hidup, hari ini debat kedua kami nyatakan gagal, enggak ada gagasan.”
*Kawan-kawan yang baik silakan membaca tulisan lain Awla Rajul atau artikel-artikel Pilgub Jabar 2024