• Berita
  • PILGUB JABAR 2024: Ramai-ramai Membicarakan Budaya dan Kuliner Lokal

PILGUB JABAR 2024: Ramai-ramai Membicarakan Budaya dan Kuliner Lokal

Empat pasangan Pilgub Jabar 2024 berusaha merayu calon pemilih dengan menjanjikan akan memajukan pariwisata dan kekayaan lokal Jawa Barat.

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat menyapa publik dalam debat perdana di Universitas Padjadjaran, Bandung, 11 November 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah19 November 2024


BandungBergerak.id - Inovasi di sektor pariwisata dan produk lokal sebagai ikon menjadi pembahasan dalam debat kedua Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar 2024) yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar  di Hotel Patra, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Sabtu, 16 November 2024.

Keempat pasangan Pilgub Jabar 2024 yang terdiri dari nomor urut 1 Acep Adang Ruhiyat dan Gitalis Dwi Natarina, nomor urut 2 Jeje Wiradinata dan Ronal Surapraja, nomor urut 3 Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie, nomor urut 4 Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan disodorkan tema debat “Budaya Inovatif yang Gemah Ripah, Repeh, Rapih”.

Masing-masing pasangan calon menyampaikan visi-misi, pertanyaan dari panelis, pendalaman visi-misi, debat publik, dan penyampaian program. Pasangan Acep dan Gitalis memiliki visi Jabar Bahagia. Di bidang kebudayaan, mereka akan fokus terhadap penguatan karakter masyarakat Jabar.

Menurut Acep, visi tersebut memiliki tujuan membangun masyarakat Jabar yang berbudaya, berkarakter, dan mampu berkontribusi positif pada negara. Dengan konsep ini Acep berharap terwujud baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur yaitu terciptanya Jabar sebuah negeri yang baik dan damai.

Acep dan Gitalis menyebut akan menjalan kaidah al-muhafadhotu ‘al qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil aslah yakni mempertahankan budaya baik dari masa lalu dan terbuka pada hal-hal yang baru lebih baik. Pasangan ini mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan, menginginkan Jawa Barat yang harmonis, sejahtera, dan ramah lingkungan, dari desa sampai kota.

Pasangan nomor urut 2, Jeje Wiradinata dan Ronal Surapraja mempunyai visi Jabar yang lebih adil, makmur, dan lestari melalui “Jabar untuk Semua”. Konsep yang disebut akan menekankan pembangunan yang berpijak pada kekuatan setiap kabupaten dan kota di Jabar, bertujuan menjadikan keberagaman budaya, potensi daerah sebagai keunggulan komparatif mendukung daya saing provinsi.

Jeje dan Ronal mempercayai bahwa konektivitas antarkabupaten dan kota bisa ditingkatkan agar setiap daerah bisa saling mendukung dan memanfaatkan potensi masing-masing secara optimal. Pasangan ini berharap bisa mewujudkan Jabar yang ‘Gema Ripah Repeh Rapih’ sebagai provinsi yang makmur, damai, dan berbudaya sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh bapak proklamator, Sukarno dengan mengedepankan keadilan, keberagaman, dan prinsip keseimbangan dalam pembangunan.

Pasangan nomor urut 3, Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie mengungkapkan visinya untuk menjadikan Jabar sebagai provinsi ‘gemah ripah repeh rapih’, yakni lingkungan damai, makmur, dan tertata baik. Syaikhu mengatakan, prinsip ‘repeh’ menjadi kunci dalam membangun harmoni sosial di masyarakat.

Putra Cirebon tersebut menuturkan, masyarakat Cirebon mendapatkan kesempatan untuk memimpin Jabar yang harmonis dan sejahtera. Ahmad Syaikhu juga menyampaikan pandangannya mengenai isu perceraian. Menurutnya, perceraian apa lagi dengan alasan mencari pasangan baru dianggap masalah serius dan berdampak pada anak-anak karena meninggalkan trauma yang berkepanjangan. Ia mengusulkan pendekatan yang seimbang melalui ilmu, agama, dan budaya yang diyakini menopang penting bagi kehidupan masyarakat supaya tidak tersesat.

Kemudian pasangan nomor urut 4 Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan menyampaikan visi misinya dalam debat kedua, mengedepankan konsep ‘sosiologi kebudayaan Sunda’ sebagai pembangunan yang sejalan dengan identitas masyarakat Jawa Barat. Masyarakat Jabar, menurut Dedi, memiliki kekayaan budaya yang tercermin dalam pepatah Sunda seperti ciri sebumi cara sedesa, jawadah tutung, biritna, scarana sacarana, lain tepak sejen igel.

Dedi menekankan pada keunikan dan kearifan lokal di setiap wilayah. Ia membahas soal persenyawaan masyarakat dengan elemen alam seperti tanah, air, matahari, dan udara, yang melahirkan empat aspek budaya: bahasa, seni, pakaian,dan makanan.

Ia juga menjelaskan empat keragaman budaya utama di Jabar, yakni budaya Priangan, Cirebonan, Kulon, dan Betawi. Keempat ini mendukung terbentuknya ekosistem ekonomi berbasis wilayah pegunungan, pedataran, kelautan, perkotaan dan perindustrian.

Mantan Bupati Purwakarta ini menekankan pentingnya pembangunan yang menghormati identitas budaya dan kebebasan beragama di Jabar. Dia tidak menginginkan pembangunan yang tidak hanya mengedepankan kemajuan ekonomi namun juga menjaga nilai-nilai tradisional serta melestarikan keberagaman agama dan budaya.

Ramai-Ramai Membicarakan Identitas Kuliner Khas dan Ikon Pariwisata

Jawa Barat memiliki beberapa destinasi wisata, namun makanan khas atau kuliner lokal belum menjadi tujuan para wisatawan. Keempat pasangan calon ditanyai dari pertanyaan panelis bagaimana strategi mereka untuk menggembangkan industri pariwisata dan kuliner khas lokal.

Pasangan nomor urut 1, Acep Adang Rukhiyat mengatakan untuk meningkatkan kuliner lokal dengan membangun pusat-pusat kuliner di kota-kota besar dan mempromosikan kuliner secara berkelanjutan, seperti mengekspor sehingga orang-orang dari mancanegara menjadi tertarik.

“Ketika berbicara kuliner lokal, berbicara kualitas, apakah dalam kemasannya, sehingga orang akan tertarik dengan kuliner lokal tersebut.  Kita akan mempromosikan HKI (Hak Kekayaan Intelektual), mendaftarkan kuliner khas sebagai budaya, membuat festival kuliner khas Jawa Barat, sehingga mereka mengetahui apa yang mereka terjadi,” kata Acep.

Sementara itu, pasangan nomor urut 2, Jeje Wiradinata menyebut tidak semua daerah wisata bisa menjadi ikon wisata. Dalam meningkatkan kuliner lokal harus dipetakan antara daerah produksi dan daerah pemasaran.

“Harus dipetakan mana daerah produksi dan mana daerah pemasaran, daerah pemasaran harus dibangun dengan satu konektivitas, Garut yang memproduksi dodol, Pangandaran yang memasarkan,” jelas Jeje.

Syaikhu seraya mengutip budayawan MAW Brouwer, “Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum”.  Alam indah Jawa Barat harus didukung dengan edukasi, pendampingan, serta meningkatkan sarana prasarana.

“Pemerintahan provinsi harus membantu dalam pariwisata baik di Indonesia ataupun Internasional,” kata Syaikhu.

Adapun Dedi Mulyadi menyampaikan, pengalamannya ketika ia menjadi Bupati Purwakarta bagaimana Sate Maranggi menjadi kuliner yang internasional. Menurutnya, kualitas makanan dan perlu pendampingan dari konsultan profesional untuk memajukan kuliner khas lokal ke pasar Internasional.

“Membuat festival-festival tingkat daerah dan pemerintahnya tidak ragu, pada akhirnya itu akan meng-brand, dan masuk alam sadar manusia, ketika outlet-outlet di buka akan mencari makanan itu,” terang Dedi.

Pada prinsipnya keempat calon menyetujui permasalahan wisata dan kuliner lokal khas bahwa pemerintah harus turut andil.

Baca Juga: PILGUB JABAR 2024: Pendaftaran Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Dibuka, KIM Plus akan Kesulitan jika Diterapkan di Jawa Barat
PILGUB JABAR 2024: Menanti Debat Publik yang Tidak Monoton dan Membosankan
PILGUB JABAR 2024: Partai-partai Medioker Bersatu di Jawa Barat, Akankah Mereka Bertaji?

Permasalahan Tantangan Pariwisata di Jawa Barat 

Jawa Barat dihuni 50.489.208 jiwa penduduk. Daerah-daerah di provinsi ini memiliki suhu beragam, karena itu ia memiliki iklim ideal untuk berkreasi di luar rumah, suhu panas pantai, dan sejuk pegunungan.

Enok Maryani dalam makalah berjudul Peluang dan Tantangan Kepariwisataan Jawa Barat yang disampaikan Rapat Koordinasi Pengembangan Pariwisata Jawa Barat, 4 Agustus 2004 mengatakan pembangunan pariwisata di Jawa Barat masih cenderung tidak terintegrasi dan lebih mengutamakan pada fasilitas wisata (terutama hotel dan perbelanjaan) dari pada meningkatkan kualitas kemenarikan objek wisata.

Ia juga memaparkan, sumber daya potensi-potensi belum ditata dan dikelola serta dipasarkan secara profesional. Seperti objek wisata gedung-gedung sejarah yang belum dikelola secara khusus, hanya dinikmati para penikmat arsitektur. Enok juga menyebutkan pentingnya pembenahan pariwisata baik secara kualitas dan pengelola pariwisata sendiri.

"Meningkatkan etos kerja, kedisiplinan, tanggung jawab, wawasan tentang kepariwisataan menjadi suatu keharusan," ujar Enok, sebagaimana diakses, Senin, 18 November 2024. 

Sementara itu, Para Peneliti Unpad dalam 'Potensi Pasar Melalui Penilaian Karakteristik Wisatawan Jawa Barat' dimut Jurnal Pariwisata, Vol 5 No 3 September 2018 mengatakan, selama ini para wisatawan yang datang ke Jawa Barat tersegmentasi melalui tiga target yaitu wisatawan yang memiliki waktu luang atau leisure, wisatawan keluarga, dan wisatawan bisnis.

Untuk itu, perlu strategi sesuai target pasar untuk meningkatkan jumlah kunjungan dan kepuasan wisatawan mulai dari investasi website, pelatihan pariwisata terhadap karyawan, menentukan paket wisata yang tepat untuk para wisatawan terkhusus wisatawan mancanegara, menyediakan fasilitas pendukung gaya hidup wisata seperti selalu terkoneksi ke internet, dan promosi tempat  wisata andalan Jabar secara online dan di bandara terdekat ke Jabar.  

Kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara di Jawa Barat tahun 2015-2019 meningkat pesat. Akan tetapi, pada 2020 terjadi pandemi Covid-19 menyebabkan pembatasan sosial berskala besar dan penurun jumlah kunjungan. Dalam Perubahan Rencana Strategis Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat tahun 2018-2019 disebutkan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat terus melakukan promosi destinasi wisata di Jawa Barat. 

"Presiden Jokowi juga sudah hadir di hampir semua destinasi yang diprioritaskan untuk terus mempromosikan destinasi pariwisata secara khusus," demikian sebagaimana diakses, Senin, 18 November 2024. 

Namun, dalam merealisasikan kebudayaan seperti pengusulan HKI atau Warisan Budaya Tak Benda terus mengalami kendala, dikarenakan kewenangan penetapan HKI berada di Kementerian Hukum dan HAM RI yang hanya mengatur HKI bersifat individu dan kelompok.

Termasuk juga membangun sarana dan prasarana destinasi wisata dan gedung kesenian yang masih terkendala, Disparbud Jabar menyebut masih belum mampu Kabupaten atau Kota merealisasikan bantuan yang diberikan oleh Gubernur Jabar dalam bentuk bantuan Keuangan Kabupaten atau Kota yang menjadi kendala persyaratan realisasi Bantuan Keuangan harus memiliki tanah bersertifikat hak milik pemerintah, dan pemerintah kabupaten atau kota kesulitan untuk melengkapi persyaratan tersebut.

Selama Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dalam program rencana Disparbud Jabar dengan isu strategis di 2018-2023, memiliki sejumlah permasalahan pada sektor pariwisata misalnya, masih belum semua kabupaten atau kota memiliki destinasi wisata unggulan, serta belum optimalnya keterpaduan aksesibilitas transportasi yang mendukung pembangunan kepariwisataan. Sedangkan dalam hal budaya, perlindungan terhadap budaya lokal Jabar harus ditingkatkan dan perlunya mempromosikan budaya lokal Jabar di dalam dan luar negeri.

*Kawan-kawan yang baik silakan membaca tulisan lain Muhammad Akmal Firmansyah atau artikel-artikel Pilgub Jabar 2024

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//