• Kolom
  • CATATAN DARI BUKU HARIAN #21: Mengenal Lebih Dekat Eddy D. Iskandar, Sang Novelis Termasyhur Indonesia

CATATAN DARI BUKU HARIAN #21: Mengenal Lebih Dekat Eddy D. Iskandar, Sang Novelis Termasyhur Indonesia

Kehidupan dan karya Eddy D. Iskandar adalah bukti bahwa semangat dan cinta terhadap sastra mampu melampaui batas usia dan zaman.

Kin Sanubary

Kolektor Koran dan Media Lawas

Eddy D. Iskandar, novelis termasyhur Indonesia. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

7 Desember 2024


BandungBergerak.id – Nama Eddy D. Iskandar telah menjadi ikon dalam dunia sastra Indonesia, khususnya di kalangan remaja. Karya-karyanya yang mulai muncul sejak tahun 1970-an tidak hanya mendapatkan tempat istimewa di hati pembaca, tetapi juga melampaui zaman. Dengan gaya bahasa yang mengalir dan dialog yang tetap relevan hingga kini, Eddy dianggap sebagai pelopor novel remaja berlatar sekolah menengah. 

Beberapa novel terkenalnya, seperti “Gita Cinta dari SMA” dan “Roman Picisan”, tidak hanya menjadi bestseller, tetapi juga sukses diadaptasi ke layar lebar, mencetak box office yang tak terlupakan. Eddy mampu menangkap dinamika kehidupan remaja dengan kepekaan luar biasa, menjadikannya penulis yang dikenang sepanjang masa. 

Eddy D. Iskandar bersama istri tercinta Evi Kusmiati. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Eddy D. Iskandar bersama istri tercinta Evi Kusmiati. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Baca Juga: CATATAN DARI BUKU HARIAN #18: Mengenal Agus Wahyudi, Filatelis dan Kolektor Benda Jadul dengan Sejuta Cerita Sejarah
CATATAN DARI BUKU HARIAN #19: Mengenal Lebih Dekat Jurnalis dan Sastrawan Sunda Rosyid E. Abby
CATATAN DARI BUKU HARIAN #20: Berkenalan dengan Inggrid Deborah Teurupun, Suara Merdu dari Cianjur

Perkenalan dengan Sang Idola

Perkenalan dan persahabatan antara penulis dengan novelis Eddy D. Iskandar terjalin sejak adanya sosial media, terutama Facebook.

Berawal dari beberapa unggahan artikel cerita pendek karya-karya Eddy D. Iskandar yang dimuat koran dan majalah lawas era tahun 80-90an yang diunggah penulis dan gayung bersambut Pa Eddy mengapresiasi, memberi tanggapan dan ikut berkomentar di postingan yang penulis unggah tersebut.

Bersyukur pada penyelenggaraan Festival Film Bandung 2024 yang diselenggarakan di Gedung Budaya Soreang, Kabupaten Bandung awal bulan November 2024 lalu, kami bisa berjumpa dan bersilaturahmi juga berfoto bersama dengan novelis kondang yang diidolakan penulis sejak tahun 80-an.

Eddy D. Iskandar bersama sejawat di dunia perfilman, Chand Parwez Servia dan Iang Darmawan. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Eddy D. Iskandar bersama sejawat di dunia perfilman, Chand Parwez Servia dan Iang Darmawan. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Kiprah dan Kontribusi dalam Sastra dan Seni

Eddy D. Iskandar lahir di Ciwidey, Kabupaten Bandung pada 11 Mei 1951. Pernikahannya dengan

Evi Kusmiati dikaruniai tiga orang putri yaitu Dini Handayani, Novelia Gitanurani, Asri Kembangkasih dan satu putra yaitu Andre Anugerah.

Menulis sejak tahun 1970, dalam bahasa Sunda dan Indonesia. Cerpennya banyak dimuat di mingguan Mandala, ketika redaktur budayanya sastrawan/budayawan Mh. Rustandi Kartakusumah. Cerita bersambung pertamanya dimuat dalam majalah Sunda Gondewa, yakni Jamparing Asih (1971). Kemudian menulis cerpen, puisi,  cerber di hampir semua majalah, mingguan, dan harian yang terbit di Bandung.

Menjadi Ketua Himpunan Penulis Muda "Parikesit 2000" (1970) yang dibimbing Mh. Rustandi Kartakusumah.

Tahun 1975, setelah lulus dari Akademi Industri Pariwisata (Aktripa), melanjutkan kuliah di Akademi Sinematografi LPKJ (sekarang Fak, Film dan TV Institut Kesenian Jakarta). Berada di lingkungan Pusat Kesenian TIM, makin produktif menulis cerber, cerpen, puisi, kolom, wawancara, dalam majalah hiburan dan majalah sastra, juga koran mingguan dan harian yang terbit di Jakarta.

Novelnya banyak diterbitkan sebagai buku, sebagian besar diangkat ke film. Novel, kumpulan cerpen dan puisinya dalam bahasa Sunda juga diterbitkan sebagai buku. Jumlah keseluruhan karya yang sudah diterbitkan lebih dari 60 buku. Belum ribuan yang tersebar di majalah dan koran.

Novel yang sudah dibukukan, antara lain: Semau Gue, Di Balik Bintang Gemerlapan, Gita Cinta dari SMA, Puspa Indah Taman Hati, Roman Picisan, Sejoli Cinta Bintang Remaja, Musim Bercinta, Biarkan Aku Cemburu, Selamat Tinggal Masa Remaja, Cowok Komersil, Cewek Komersil, Beningnya Hati Seorang Gadis, Berlalu Dalam Sunyi, Keluarga Tercinta, Gadis Manis Putri Tersayang, Ketika Asmara Berbunga Rindu, Sandro dan Sandra, Asmara dalam Asrama, Pacar Tanpa Cinta, Rindu Kamu Dalam Lagu, Bunga Putih Abu-abu, Aisyah dan Adinda, Cinta Unik, Mutiara Keluarga, dll.

Novelnya yang akan terbit tahun depan, Nada Indah, sebuah novel musikal.

Ia juga menjadi pembicara/nara sumber di berbagai kegiatan sastra di kampus, di sekolah menengah, gelanggang remaja, gelanggang generasi muda, apresiasi sastra keliling dari daerah ke daerah, dll.

Eddy D. Iskandar bersama keluarga.  (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Eddy D. Iskandar bersama keluarga. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Ketika memilih berdomisili di Bandung, banyak melakukan kegiatan dalam sastra Sunda, menulis skenario film daerah, juga menulis naskah pementasan kolosal berbahasa Sunda. Mendirikan grup penulis muda Sunda Durma Kangka (1980), ditandai dengan menerbitkan Antologi Puisi Sunda Mutakhir.

Menjadi salah satu penggagas  Pustaka Dasentra, yang menerbitkan sejumlah novel Sunda karya sastrawan Sunda dalam kemasan satu paket.  

Bergabung dengan grup Daya Seni Tradisional Sunda (Dasentra), pimpinan Ubun Kubarsah R., untuk menggarap naskah pertunjukan dan rekaman.

Menjadi Ketua Dewan Redaksi majalah mode Gaya bersama Harry Roesli yang terbit di Bandung.

Sebagai salah satu pendiri Forum Film Bandung, penyelenggara Festival Film Bandung. Salah satu kegiatan yang berkaitan dengan sastra dan budaya, melalui Forum Film Bandung, menggagas dan menjadi editor penerbitan buku antologi "Puisi Film" (2012) yang menghimpun 25 puisi karya penyair dan aktor film. Peluncuran buku tersebut di Gedung Sunan Ambu, ISBI, Bandung dengan mengadakan pembacaan puisi oleh penulisnya, seperti Putu Wijaya, Slamet Rahardjo, Soni Farid Maulana, Iman Soleh, Arthur S. Nalan, dll.

Beberapa puisinya dalam bahasa Sunda dipilih sastrawan Ajip Rosidi untuk dimuat dalam buku kumpulan puisi bersama penyair Sunda lainnya, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Perancis.

Menulis cerita/skenario film serial Si Kabayan produksi Pemda Provinsi Jabar dan PT Kharisma Jabar Film. Terakhir, menjadi Pemimpin Redaksi koran Sunda Galura, yang diterbitkan Grup Pikiran Rakyat, hingga tahun 2019. Melalui koran tersebut banyak mengadakan berbagai kegiatan, seni, sastra, dan budaya.

Penghargaan dan karya: Hadiah Sastra Mangle untuk puisi (1976); Juara 2 Pasanggiri Menulis Naskah Drama Basa Sunda Paguyuban Pasundan; Anugerah Budaya dari Wali Kota Bandung (2010); Anugerah Budaya dari Pemda Provinsi Jabar (2010); Penghargaan dari Wali Kota Bandung sebagai salah seorang penulis lirik Tembang Bandungan (2006). ~ Repertoar lagu Citraresmi (Tembang Bandungan)  ditampilkan di Gedung UNESCO, Paris Perancis, dalam memperingati tokoh musik klasik Mozart.

Eddy D. Iskandar bersama penulis di acara Festival Film Bandung 2024, di Gedung Budaya Soreang Kabupaten Bandung. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Eddy D. Iskandar bersama penulis di acara Festival Film Bandung 2024, di Gedung Budaya Soreang Kabupaten Bandung. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Semangat yang Tak Pernah Padam

Di usianya yang tidak lagi muda, Eddy tetap produktif menulis. Ia kerap menjadi narasumber di berbagai kegiatan sastra, baik di kampus, sekolah menengah, maupun komunitas seni. Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, ia terus menanamkan nilai-nilai sastra dan budaya di tengah masyarakat. 

Kehidupan dan karya Eddy D. Iskandar adalah bukti bahwa semangat dan cinta terhadap sastra mampu melampaui batas usia dan zaman. Ia mengajarkan kita bahwa dalam setiap kata yang ditulis, ada kekuatan untuk menginspirasi, mendidik, dan membangun generasi yang lebih baik. Jadilah seperti Eddy, yang terus menanamkan nilai-nilai abadi melalui karya, karena sejatinya tulisan adalah warisan yang tak akan lekang oleh waktu.

*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain Kin Sanubary dalam tautan berikut

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//