• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Dampak Media Sosial untuk Generasi Z dan Alpha, Memangnya Berbahaya?

MAHASISWA BERSUARA: Dampak Media Sosial untuk Generasi Z dan Alpha, Memangnya Berbahaya?

Generasi Z dan Alpha adalah digital natives. Generasi yang sudah terbiasa dengan teknologi sejak usia dini.

Ababil Maulana Firdaus

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi

Ilustrasi. Media sosial tak terpisahkan dengan keseharian orang-orang muda. (Ilsutrator: Arctic Pinangsia Paramban/BandungBergerak)

10 Desember 2024


BandungBergerak.id – Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi Generasi Z (lahir antara 1997-2012) dan Generasi Alpha (lahir setelah 2012). Meskipun sering kali dikritik karena dampak negatifnya, media sosial juga menawarkan banyak manfaat, khususnya dalam konteks pendidikan. Artikel ini akan membahas bagaimana media sosial dapat berkontribusi positif terhadap proses belajar mengajar di kalangan kedua generasi ini.

Salah satu keuntungan utama media sosial adalah kemampuannya untuk menyediakan akses cepat dan mudah ke informasi. Generasi Z dan Alpha tumbuh di era di mana pengetahuan dapat diakses hanya dengan beberapa klik. Mereka tidak lagi bergantung pada buku teks atau ensiklopedia untuk mendapatkan informasi; sebaliknya, mereka dapat menemukan materi pembelajaran melalui platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok. Ini memungkinkan mereka untuk mengakses berbagai sumber belajar yang beragam, menemukan tutorial dan penjelasan yang lebih menarik, mendapatkan informasi terkini tentang berbagai topik.

Media sosial juga mendorong metode pembelajaran yang lebih interaktif. Guru dapat memanfaatkan platform-platform ini untuk membuat konten yang menarik dan relevan bagi siswa. Misalnya, pembelajaran sejarah bisa disampaikan melalui video pendek yang menghibur di TikTok atau infografis menarik di Instagram. Dengan cara ini, siswa lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar. Selain itu, platform seperti Discord atau Slack memungkinkan siswa untuk berdiskusi secara real-time tentang topik pelajaran, memperkuat pemahaman mereka melalui interaksi langsung.

Generasi Z dan Alpha adalah digital natives, artinya mereka sudah terbiasa dengan teknologi sejak usia dini. Penggunaan media sosial dalam konteks pendidikan membantu mereka mengembangkan keterampilan digital yang penting untuk masa depan. Keterampilan ini meliputi kemampuan berkomunikasi secara efektif melalui platform digital, keterampilan dalam membuat konten kreatif, pemahaman tentang etika digital dan keamanan online, Keterampilan ini sangat penting dalam dunia kerja saat ini, di mana banyak perusahaan mencari kandidat yang memiliki kemampuan digital yang kuat.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Tidak Ada Istilah FOMO Buat Para Mahasiswa yang Baru Mulai Membaca
MAHASISWA BERSUARA: Karena Suporter Fomo Menjadi Makanan Kapitalis Sepak Bola (Indonesia)
MAHASISWA BERSUARA: Naiknya Satu Persen PPN yang Membuat Masyarakat Kelas Menengah Miskin

Pengaruh Media Sosial

Media sosial juga berperan dalam meningkatkan literasi informasi di kalangan generasi muda. Dengan banyaknya informasi yang tersedia, penting bagi mereka untuk dapat memilah mana yang benar dan mana yang tidak. Melalui penggunaan media sosial, mereka belajar untuk menganalisis sumber informasi, memahami konteks berita atau informasi yang diterima, mengembangkan kemampuan kritis dalam menilai kebenaran suatu informasi. Pendidikan literasi media menjadi semakin penting di era disinformasi ini. Banyak sekolah mulai mengintegrasikan pelajaran tentang cara menggunakan media sosial secara bertanggung jawab. Selain itu, program-program literasi digital membantu siswa memahami cara melindungi diri mereka dari berita palsu dan manipulasi informasi.

Media sosial memungkinkan siswa untuk terhubung dan bekerja sama dengan teman-teman mereka dari berbagai latar belakang dan lokasi geografis. Ini menciptakan peluang bagi pembelajaran kolaboratif yang tidak terbatas pada ruang kelas tradisional. Siswa dapat membentuk kelompok belajar online untuk mendiskusikan tugas atau proyek. Mereka dapat berbagi sumber daya dan ide melalui platform seperti Google Classroom atau Microsoft Teams. Pertukaran budaya melalui interaksi dengan siswa dari negara lain dapat memperkaya pengalaman belajar mereka. Pembelajaran kolaboratif ini tidak hanya meningkatkan pemahaman akademis tetapi juga keterampilan interpersonal yang sangat diperlukan dalam dunia kerja.

Media sosial juga menyediakan dukungan emosional bagi siswa. Banyak platform memiliki komunitas di mana siswa dapat berbagi pengalaman dan tantangan mereka. Ini sangat penting bagi Generasi Z dan Alpha yang sering menghadapi tekanan akademis dan sosial. Grup dukungan di platform seperti Facebook atau Reddit memberikan ruang bagi siswa untuk berbagi cerita dan mendapatkan nasihat. Konten positif dan inspiratif di media sosial dapat memotivasi siswa untuk tetap fokus pada tujuan pendidikan mereka. Akses ke sumber daya kesehatan mental melalui media sosial membantu siswa mengenali pentingnya kesejahteraan mental dalam proses belajar. Kesehatan mental menjadi isu penting dalam pendidikan saat ini, dan dukungan dari komunitas online dapat membantu mengurangi stigma serta memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkannya.

Media sosial juga mendukung pendidikan berbasis proyek (project-based learning) dengan menyediakan platform untuk berbagi hasil kerja siswa. Siswa dapat mempresentasikan proyek mereka melalui video atau postingan kreatif lainnya di media sosial, sehingga meningkatkan rasa percaya diri mereka. Proyek kolaboratif antar sekolah dapat dilakukan secara online, memungkinkan pertukaran ide antara siswa dari berbagai belahan dunia. Inovasi dalam pembelajaran muncul ketika guru menggunakan alat-alat baru dari media sosial untuk menyampaikan materi pelajaran dengan cara yang lebih menarik. Inisiatif seperti #EduTok di TikTok menunjukkan bagaimana guru dan siswa menggunakan platform tersebut untuk berbagi ide kreatif dalam pembelajaran.

Media sosial memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun jaringan profesional sejak dini. Mereka bisa terhubung dengan para ahli di bidang tertentu melalui platform seperti LinkedIn atau Twitter. Siswa dapat mengikuti akun profesional atau organisasi pendidikan untuk mendapatkan wawasan terbaru tentang tren industri Program mentoring online memungkinkan siswa mendapatkan bimbingan dari para profesional berpengalaman tanpa batasan geografis. Networking ini tidak hanya bermanfaat bagi pengembangan karier tetapi juga membuka peluang magang atau pekerjaan di masa depan.

Apakah Berbahaya?

Meskipun banyak manfaatnya, ada tantangan pendidikan yang harus diperhatikan terkait penggunaan media sosial oleh kedua generasi ini. Seperti, ketergantungan pada media sosial dapat mengganggu konsentrasi dan produktivitas belajar. Banyak siswa merasa sulit untuk fokus pada tugas sekolah ketika tergoda oleh konten hiburan. Meskipun memiliki akses ke banyak informasi, beberapa generasi muda menunjukkan kurangnya pengetahuan dasar tentang topik-topik penting karena lebih fokus pada konten viral daripada pendidikan formal. Generasi Z sering menghadapi tekanan akademik tinggi dari orang tua, sekolah, dan masyarakat umum untuk mencapai kesuksesan. Hal ini bisa mempengaruhi kesehatan mental mereka.

Meskipun ada tantangan terkait penggunaan media sosial, seperti penyebaran informasi palsu dan ketergantungan teknologi, dampak positifnya terhadap pendidikan Generasi Z dan Alpha tidak bisa diabaikan. Dengan memanfaatkan media sosial secara bijak, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik, interaktif, dan relevan. Oleh karena itu, penting bagi pendidik dan orang tua untuk mendukung penggunaan media sosial sebagai alat pendidikan yang efektif, sehingga generasi muda dapat memaksimalkan potensi mereka dalam dunia yang semakin digital ini.

Dengan pendekatan yang tepat, media sosial bisa menjadi alat transformasional dalam pendidikan modern, menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik serta mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global di masa depan.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//