• Narasi
  • CERITA GURU: Sang Pencipta Seribu Profesi

CERITA GURU: Sang Pencipta Seribu Profesi

Guru dituntut untuk ikut serta dalam mencerdaskan dan meningkatkan kualitas suatu bangsa. Tapi guru juga manusia yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Insan Faisal Ibrahim

Guru di salah satu Madrasah Swasta di Kabupaten Garut Jawa Barat

Ilustrasi guru. (Ilustrasi: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak.id)

11 Desember 2024


BandungBergerak.id – Mungkin hanya guru di antara banyaknya deretan profesi yang ada di penjuru negeri ini, yang menjadi pencipta seribu profesi. Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa guru adalah garda terdepan dalam membangun sebuah jembatan bagi para generasi emas dalam menggapai mimpi hingga harapan. Dari seorang guru, banyak profesi lain yang lahir dengan membawa kesuksesannya masing-masing. Namun sampai kapan pun, seorang guru hanya akan menjadi guru, sedangkan anak-anak didiknya bisa menjadi apa pun sesuai dengan cita-citanya. Guru adalah salah satu profesi yang sangat mulia dimata dunia. Hanya saja, sisi gelap dunia sering menganiaya kinerjanya.

Menjadi seorang guru bukanlah perkara mudah. Ia harus mampu mengesampingkan ego bertahan hidupnya demi memberikan penghidupan pengetahuan kepada anak didiknya. Menjadi seorang guru pula, ia harus mampu berperan layaknya orang tua yang harus memberikan kasih sayang serta perhatiannya kepada semua anak didik tanpa ada perlakuan khusus. Bahkan perhatiannya tidak hanya tertuju pada anak didiknya saja, tetapi juga kepada para orang tua/wali peserta didiknya.

Dalam perannya, seorang guru sudah diatur oleh Undang-undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Disebutkan bahwa peran guru adalah sebagai pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Meskipun demikian, beratnya peran seorang guru belum biasa membuka mata para pemangku kebijakan untuk mengenalkan apa itu kesejahteraan secara merata dan menyeluruh. Masih banyak guru-guru yang statusnya honorer belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga banyak guru yang mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Mulai dari menjadi ojek online, berdagang, bisnis, hingga mencari barang bekas pun dilakukannya demi menyambung hidup.

Baca Juga: CERITA GURU: Kekerasan Pelajar yang Meresahkan
CERITA GURU: Cantik itu Putih?
CERITA GURU: Sebab Belajar Sejarah bukan saja Soal Narasi Masa Lalu

Guru Berhak Sejahtera

Guru adalah sosok pahlawan di kehidupan nyata, pengabdiannya terhadap bangsa sungguh sangat mulia. Bergerak memberikan edukasi, bernafas memberikan motivasi, dan berjalan memberikan dedikasi. Pahlawan tanpa tanda jasa yang dengan penuh semangat juang serta pengorbanan untuk mengabdikan hidupnya dalam mencerdaskan generasi muda.

Di balik mulianya profesi guru, banyak hal yang menjadi sebab sudut pandang buruk atau prasangka buruk yang terlahir dari pikiran orang-orang awam. Terlebih pada saat perayaan Hari Guru Nasional yang identik dengan pemberian hadiah dari peserta didik dan orang tuanya. Pemberian hadiah ini menjadi polemik yang hangat diperbincangkan di setiap tahunnya. Bahkan banyak yang menyangka di setiap perayaan Hari Guru Nasional menjadi ruang kesempatan untuk mencari keuntungan dalam sebuah momen. Anggapan peringatan Hari Guru Nasional sebagai proyek tahunan, menjadi bahan olok-olokan hingga tidak sedikit yang malah ikut mencibir bahkan menghina profesi guru. Hal ini sangat menyakitkan bagi seorang guru.

Runtuhnya citra seorang guru terkadang muncul dari sudut pandang yang keliru dari orang-orang awam. Hari Guru Nasional adalah bentuk penghargaan bangsa terhadap jasa seorang guru. Tapi sayangnya, banyak oknum yang mematahkan penghargaan tersebut dengan nilai-nilai negatif. Padahal semua guru dituntut untuk ikut serta dalam mencerdaskan dan meningkatkan kualitas suatu bangsa. Sebab, baiknya mutu suatu bangsa berasal dari baiknya suatu pendidikan.

Sudah saatnya bangsa ini memberikan kemerdekaan secara finansial kepada seluruh guru yang ada, agar kualitas dan kuantitas sumber daya manusia bangsa ini terus meningkat. Selain itu juga, untuk menghindari stigma buruk atau citra negatif pada guru yang dianggap sering mencari keuntungan di setiap momen kebangsaan atau momen-momen lainnya. Guru juga manusia, mereka berhak bahagia. Guru juga manusia, mereka berhak untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Guru juga manusia biasa, mereka berhak mendapatkan segudang  kesejahteraan yang membuat hidupnya  jauh dari  kata kesengsaraan. 

Semoga bangsa kita akan tetap menjadi bangsa yang tahu bagaimana caranya memanusiakan manusia dan mampu memberikan kesejahteraan seutuhnya terhadap semua Pahlawan Tanpa Tanda Jasa demi menjadikan para generasi muda yang berguna bagi nusa dan bangsa.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain tentang Cerita Guru

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//