• Berita
  • Diskusi Kerukunan Antarumat Beragama di Kota Bandung Diharapkan Lebih Membumi

Diskusi Kerukunan Antarumat Beragama di Kota Bandung Diharapkan Lebih Membumi

Formalitas sebaiknya dihindari dalam penyelenggaraan kegiatan tentang toleransi. Memupuk toleransi memerlukan kegiatan berkelanjutan bersama seluruh lapisan umat.

Misa Natal di Gereja Katedral Santo Petrus, Bandung, Sabtu (25/12/2021). Pihak katedral memberlakukan pembatasan jemaat guna meminimalisir potensi penularan Covid-19. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul19 Desember 2024


BandungBergerak.idMeningkatkan komunikasi antarumat beragama sebagai langkah memperkuat silaturahmi dan menjaga kerukunan di tengah-tengah masyarakat penting dilakukan. Namun begitu, komunikasi yang dijalin perlu dipastikan bukan hanya dijalankan oleh tokoh-tokoh dan petinggi semata, tanpa melibatkan masyarakat, serta unsur orang muda dan perempuan. Dengan begitu, diskusi antarumat beragama diharapkan lebih membumi.

Itu ditegaskan oleh Koordinator Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub), Indra Anggara, saat ditemui di Pasewakan Waruga Jati, Lembang, Minggu 15 Desember 2024. Indra menerangkan, berkaitan dengan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) cukup sulit jika hanya dilakukan di tataran atas saja, tanpa melibatkan secara utuh kelompok masyarakat akar rumput.

Ia menyayangkan beberapa kegiatan berkaitan tentang toleransi dan semacamnya, cenderung dilakukan hanya sebatas formalitas. Meski memang tidak semuanya. Kegiatan tentang toleransi dilakukan tanpa ada kegiatan berkelanjutan lainnya yang berkolaborasi antar umat beragama.

“Maksudnya tanpa ada langkah konkret ke depannya seperti apa. Nah, kan yang dibutuhkan terkait toleransi tidak hanya satu-dua kali pertemuan, perlu banyak ruang perjumpaan yang pada akhirnya bisa saling memahami, berdiskusi, syukur-syukur pada akhirnya bisa saling berkolaborasi, baik dalam kegiatan, maupun sesederhana dalam media. Nah itu yang perlu diangkat,” tegasnya.

Sebelumnya, Penjabat Wali Kota Bandung, A. Koswara, menegaskan, pentingnya meningkatkan komunikasi lintas agama sebagai langkah memperkuat silaturahmi dan menjaga kerukunan di masyarakat. Menurutnya, diskusi dan komunikasi antartokoh agama tidak seharusnya terbatas pada forum resmi saja, tetapi juga dilakukan secara informal untuk menciptakan dialog yang lebih intensif dan akrab.

“Pertemuan seperti ini penting, tetapi lebih dari itu, kita perlu memperbanyak diskusi dalam suasana informal. Misalnya, melalui pertemuan santai seperti coffee morning. Dengan cara ini, komunikasi lintas agama menjadi lebih intens dan efektif,” ujar Koswara dalam kegiatan Silaturahmi Kerukunan Antar Umat Beragama Kota Bandung Tahun 2024 yang berlangsung di Mutiara Hotel and Convention, Rabu, 11 Desember 2024, dikutip dari siaran pers.

Indra sepakat dengan ide itu, bahwa forum lintas iman seharusnya tidak hanya dilakukan pada forum-forum formal saja, tapi harus juga di forum informal. Sebab momen-momen informal itulah yang menjadi krusial. Selain itu, Indra juga menegaskan, selain tokoh keagamaan, peran orang muda dan perempuan dalam gerakan KBB juga penting.

“Yang menjadi pr di gerakan KBB, kebanyakan masih laki-laki yang diangkat. Karena memang itu ada latar belakang, baik dari pemahaman keagamaan juga struktur sosial di masyarakat. Di era sekarang memang udah harusnya jauh dari itu, harus melibatkan perempuan, orang muda, karena perspektif mereka juga penting untuk didengar, dilibatkan,” tegas Indra.

Indra juga menambahkan, berkaitan dengan kondusifitas menjelang perayaan hari-hari besar keagamaan sudah menjadi kewajiban dan tugas dari aparat. Namun begitu, seharusnya pemerintah dan aparat jauh-jauh hari sudah melakukan berbagai upaya untuk menciptakan kondusifitas. Di antaranya yang bisa dilakukan adalah dengan menemukan akar persoalan isu KBB dan menemukan solusinya.

“Memang kan kalau masyarakat sudah paham terkait teologi keagamaan yang lain atau juga misalnya terkait KBB, aku rasa aman-aman aja, karena udah clear secara pemahaman dan hak-hak. Yang menjadi pr adalah itu, kadang aparat dan pemerintah gak mau ribet, pengennya di akhir aja tanpa membantu, apa nih dasarnya, akar permasalahannya seperti apa,” ungkapnya.

Karena itu, Indra menyebutkan, ada tiga poin yang perlu dilakukan oleh pemerintah, selain terus memberi ruang dan mengadakan forum lintas agama. Pemerintah perlu memasifkan pendidikan toleransi yang tidak hanya mengenalkan perbedaan agama. Tetapi lebih jauh dari itu agar melahirkan pemahaman, mampu menghargai, dan menjalani kehidupan yang harmonis dalam perbedaan.

Pemerintah juga perlu menghadirkan kebijakan yang setara, adil, dan non-diskriminatif untuk setiap kelompok. Sebab, pemerintah melakukan pelarangan karena ada aturan yang melegitimasinya. Indra menegarkan, seharusnya kebijakan tidaklah diskriminatif.

“Yang ketiga itu perspektif aparat dan pemerintah yang harus diubah. Tugasnya kan sudah jelas untuk memenuhi hak dasar setiap warga, tapi jauh dari itu. Contohnya yang Kuningan, harusnya polisi melindungi korban, tapi malah sebaliknya. Itu menandakan bahwa perspektif aparat kita belum sampai di taraf itu, masih agak jauh,” kata Indra menjelaskan.

Baca Juga: Rumah Ibadah di Tengah Pusaran Komodifikasi Agama
Lika-liku Jalan Penghayat Kepercayaan di Bandung Raya untuk Mendapatkan Pengakuan dari Negara
DATA JUMLAH PENDUDUK PENGANUT KEPERCAYAAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT 2013-2023: Bertahan Meski Terus Menyusut

Diskusi Kerukunan Umat Beragama

Pemerintah Kota Bandung menyelenggarakan kegiatan Silaturahmi Kerukunan Antar Umat Beragama Kota Bandung Tahun 2024 yang berlangsung di Mutiara Hotel and Convention, Jalan Kebon Kawung, Kecamatan Cicendo, Rabu, 11 Desember 2024. Dalam kegiatan itu hadir tokoh-tokoh lintas agama di Kota Bandung.

Dalam momen itulah, Penjabat Wali Kota Bandung, A. Koswara, menegaskan, pentingnya meningkatkan komunikasi lintas agama dan diskusi antar tokoh agama semestinya tidak hanya terbatas pada forum resmi saja. Tetapi juga perlu dilakukan secara informal agar dialog yang tercipta lebih intensif dan akrab.

Menurutnya, komunikasi yang baik antara tokoh agama adalah kunci dalam menjaga kerukunan dan mendeteksi potensi konflik di masyarakat. Dialog lintas agama dapat berfungsi sebagai sistem peringatan dini (early warning system) yang membantu pemerintah dan masyarakat mengantisipasi potensi perpecahan.

“Tokoh agama dan masyarakat memiliki kepekaan tinggi terhadap situasi masyarakat. Melalui diskusi yang rutin, kita bisa memetakan isu-isu yang ada dan mencari solusi bersama sebelum masalah berkembang lebih besar,” jelasnya.

Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), Koswara juga meminta dukungan tokoh agama dan masyarakat untuk memastikan keamanan dan kenyamanan di Kota Bandung. Ia berharap, dengan sinergi yang kuat, perayaan akhir tahun dapat berlangsung damai dan harmonis. Ia juga mengapresiasi keberadaan Kampung Toleransi di Kota Bandung sebagai bukti nyata keberhasilan harmoni antarumat beragama.

“Kampung Toleransi adalah contoh yang harus kita kembangkan lebih luas. Ini adalah wujud nyata toleransi dan kerukunan yang bisa menjadi inspirasi untuk wilayah lainnya,” katanya.

Koswara pun berharap kegiatan silaturahmi seperti ini dapat menjadi agenda rutin, baik secara formal maupun informal.

“Silaturahmi adalah fondasi dari kebersamaan. Dengan komunikasi yang konsisten, tidak ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan bersama,” pungkasnya.

*Kawan-kawan yang baik silakan membaca tulisan lain Awla Rajul atau artikel-artikel Kerukunan Antarumat Beragama

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//