• Berita
  • Mengatasi Stunting di Bandung Belum Cukup Mengandalkan Program Makanan Bergizi Gratis

Mengatasi Stunting di Bandung Belum Cukup Mengandalkan Program Makanan Bergizi Gratis

Program makan bergizi gratis perlu dibarengi dengan pengentasan kemiskinan agar tepat sasaran mengurangi atau mencegah stunting.

Murid SDN Jamika, Kota Bandung, makan mi instan di jam istirahat sekolah, 8 Januari 2025. Sekolah ini belum mendapat jatah program Makan Bergizi Gratis. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah10 Januari 2025


BandungBergerak.id - Program makan bergizi gratis (MBG) mulai bergulir di Kota Bandung. Program yang digagas pemerintah pusat ini menyediakan 3.500 porsi makanan untuk siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), Senin, 6 Januari 2025.

Belum semua sekolah di Bandung mendapatkan program makan dari kotak steinless berisi sayuran, buah-buahan, tahu, ayam, dan susu. SDN 026 Bojongloa, Bojongloa Kidul, Kota Bandung merupakan satu dari banyak sekolah yang belum menerima program makan bergizi gratis. Padahal sekolah ini terletak di permukiman padat penduduk.

Hal serupa juga terjadi di SD Saluyu, Babakan Ciparay, yang juga kawasan padat penduduk. Pada jam makan siang, anak-anak SD di sana makan jajanan sekolah, bukan makan bergizi gratis.

Murid SDN 013 Pasirkaliki, Kota Bandung, menyendok nasi program Makan Bergizi Gratis, 8 Januari 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Murid SDN 013 Pasirkaliki, Kota Bandung, menyendok nasi program Makan Bergizi Gratis, 8 Januari 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

SD Saluyu belum mendapat jatah program Makan Bergizi Gratis walau berada di kawasan padat penduduk yang rawan stunting. Jatah Makan Bergizi Gratis masih terbatas di wilayah tertentu karena minimnya dapur pusat pengolahan makanan atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi. Program ini untuk awal bakal menyasar 3 juta penerima manfaat dan secara bertahap dan ditargetkan akan menjangkau 17 juta penerima di akhir tahun 2025.

Kesiswaan SDN 026 Bojongloa Wanto mengatakan, pihaknya baru mendapatkan pendataan MBG. Di sekolahnya terdapat 1.060 murid dengan jumlah rombongan belajar 36 rombel. 

“Jadi pendataan itu diminta pendataan jumlah siswa dan jumlah guru. Tapi kalau makan bergizinya belum,” kata Wanto, ditemui BandungBergerak, Kamis, 9 Januari 2025.

Ia juga menyebutkan, orang tua murid banyak yang bertanya-tanya soal makan bergizi gratis ini. Ia berharap program tersebut bisa segera terealisasi.

Berdasarkan keterangan resmi Pemkot Bandung, kota ini baru memiliki dua dapur utama, yakni di Lanud Husein Sastranegara dan Sukajadi. Pemkot menyebut sejauh ini program makan bergizi gratis baru menyasar sekitar 20 persen dari total 302.109 siswa di Bandung.

Murid SDN Jamika, Kota Bandung, keluar sekolahan untuk jajan makanan 8 Januari 2025. Sekolah ini belum mendapat jatah program Makan Bergizi Gratis. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Murid SDN Jamika, Kota Bandung, keluar sekolahan untuk jajan makanan 8 Januari 2025. Sekolah ini belum mendapat jatah program Makan Bergizi Gratis. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Mengenai kelanjutan program makan bergizi gratis di Bandung, Pemkot saat ini masih menunggu arahan dari pemerintah pusat. “Kami masih menunggu petunjuk teknis yang lebih rinci dari pemerintah daerah, tetapi kami siap mendukung dan memperluas program ini,” kata Penjabat Wali Kota Bandung A. Koswara, dalam keterangan resmi.

Plt Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Tantan Syurya Santana merinci, pelaksanaan makanan bergizi gratis di Bandung baru terealisasi di 13 sekolah; 9 SD dan 4 SMP. Pada Senin, 13 Januari 2025, rencananya makanan bergizi gratis akan diluaskan ke lima kecamatan tambahan, yakni Arcamanik, Antapani, Andir, Batununggal, dan Coblong.

Nantinya, sebanyak 16.000 siswa akan menerima makanan bergizi gratis, sehingga total penerima manfaat mencapai 21.000 siswa.

"Peningkatan jumlah siswa ini dilakukan secara bertahap. Targetnya adalah menjangkau hingga 30 persen siswa dari total 310.000 siswa di Kota Bandung pada tahun 2025," jelas Tantan.

Baca Juga: Membubung Stunting di Kota Bandung
Mencegah Stunting di Kota Bandung tidak Cukup dengan Bantuan Pangan

Murid SD Saluyu, Babakan Ciparay, Kota Bandung, belajar di kelas sebelum jam istirahat, 8 Januari 2025. Sekolah ini belum mendapat jatah program Makan Bergizi Gratis. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Murid SD Saluyu, Babakan Ciparay, Kota Bandung, belajar di kelas sebelum jam istirahat, 8 Januari 2025. Sekolah ini belum mendapat jatah program Makan Bergizi Gratis. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Jalan Panjang Pengentasan Stunting 

Makan Siang Gratis merupakan program resmi Presiden Prabowo Subianto yang telah dibahas dalam perencanaan anggaran tahun 2025. Program ini mendapatkan sorotan kritis dari Center For Indonesia’s Strategic Development Initiavies (CISDI) dan Institute for Develompent of Economics and Finance (Indef). 

CISDI dalam laporan berjudul ‘Mengkaji Ulang Program Makanan Bergizi Gratis: Menilik Tujuan, Anggaran dan Tata Kelola Program’ menilai, program dengan anggran 71 triliun rupiah ini memiliki misi untuk mengentaskan stunting di Indonesia. Namun menurut CISDI, makan bergizi gratis bukanlah solusi praktis untuk mengentaskan permasalahan stunting. Pasalnya, MGB hanya akan meningkatkan kecukupan asupan makanan dan gizi dan akses gizi sementara. 

Permasalan lain yang memiliki kontribusi lebih besar terhadap stunting, lanjut CISDI, yaitu kemiskinan yang lebih memerlukan program perlindungan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH). Program MBG juga dianggap belum menyentuh akar masalah isu kedaulatan pangan. Lembaga yang bergerak sektor kesehatan ini menuturkan, akses pangan bergizi sering kali tidak terjangkau oleh masyarakat sehingga banyak rumah tangga tidak mampu menyediakan makanan bergizi.

Murid SDN 013 Pasirkaliki, Kota Bandung, menyendok nasi program Makan Bergizi Gratis, 8 Januari 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Murid SDN 013 Pasirkaliki, Kota Bandung, menyendok nasi program Makan Bergizi Gratis, 8 Januari 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

“Studi menunjukkan apabila ada kenaikan harga beras, maka makanan non-beras seperti daging atau sumber protein lain dikorbankan. Padahal, untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, sumber protein dan kecukupan gizi non-karbohidrat lainnya sangat dibutuhkan,” kata CISDI, dikutip, Kamis, 9 Januari 2025.  

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyarankan, implementasi program MBG harus mengoptimalkan peran dari berbagai pemangku kepentingan supaya bisa menciptakan efek pengganda. 

“Penyediaan bahan pangan harus diarahkan untuk pemberdayaan petani lokal sehingga dapat mendorong sektor pertanian rakyat lebih besar di masa mendatang,” demikian pernyataan INDEF, dalam laporan berjudul ‘Efek Pengganda Program Makanan Bergizi Gratis’. INDEF juga khawatir program ini akan meningkatkan nilai impor Indonesia yang justru akan berdampak negatif pada ekonomi.

Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau artikel-artikel lain tentang STUNTING

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//