Mengintip Keindahan Danau Lembah Tengkorak
Salah satu destinasi wisata yang ramai diperbincangkan belakangan ini adalah Lembah Tengkorak. Di sini kita akan menemukan pemandangan danau yang sangat indah.
Siti Nuzulia Astiti Purwanto
Pegiat Traveling dan Senang Berbagi tentang Perjalanan lewat Tulisan dapat Dihubungi di Instagram @nuzuliaas
14 Januari 2025
BandungBergerak.id – Memang tidak ada habisnya jika membahas tentang destinasi wisata di Bandung, termasuk salah satunya adalah wisata alam. Tak heran jika Bandung kerap menjadi kota tujuan para pecinta alam. Mengunjungi alam terbuka tentu banyak manfaatnya bagi tubuh di antaranya kita bisa menghirup udara segar, terhindar dari polusi, menjadi media olahraga, atau sekedar istirahat dari hiruk pikuk perkotaan. Salah satu destinasi wisata yang ramai diperbincangkan belakangan ini adalah Lembah Tengkorak.
Masyarakat setempat pada awalnya menyebut Lembah Tengkorak ini adalah Danau Urugan karena terbentuk dari longsoran Gunung Pangparang sehingga membentuk urugan tepatnya pada tahun 2017. Hingga saat ini masih belum ada informasi yang pasti mengapa danau ini lebih dikenal dengan nama Lembah Tengkorak.
Menurut urban legend yang tersebar, dulunya kawasan ini adalah tempat pembuangan mayat, kemudian ada juga yang menyebutkan pernah melihat tengkorak di sekitar danau, dan ada juga yang menyatakan bahwa kata “tengkorak” digunakan sebagai metafora karena aksesnya yang sulit (mematikan). Belum bisa dipastikan alasan mana yang benar, yang pasti pada tahun 2024 tempat ini menjadi viral kembali di kalangan pecinta alam dan keindahannya danau alaminya menjadi daya tarik tersendiri bagi lembah ini.
Baca Juga: Wisata Kampung 200 Pelangi, Jejak Kehidupan Warga pada Ratusan Anak Tangga
Drama “Cherry Blossom” dalam Kelindan Sejarah dan Politik, Sebuah Catatan Perjalanan
Catatan Perjalanan ke Puncak Jayagiri, Peluncuran Buku Lingkung Gunung Bandung Sambil Mendaki
Letak Geografis
Secara administratif Danau Lembah Tengkorak terletak di Kadaka, Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, berbatasan langsung dengan Palintang, Kabupaten Bandung, dan Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Meskipun berada di area Kabupaten Sumedang namun rute yang umum digunakan oleh pengunjung adalah via Palintang, Kabupaten Bandung, lebih tepatnya di area Agrowisata Kebun Kina Bukit Tunggul.
Untuk biaya sendiri hingga bulan November 2024 tidak dikenakan biaya registrasi, kita hanya perlu membayar Rp.10.000; per kendaraan roda dua. Disarankan menggunakan pakaian panjang tertutup dan sepatu hiking yang sesuai untuk kegiatan outdoor agar melindungi tubuh dari tajamnya daun ilalang dan lintah.
Rute Perjalanan
Tidak sulit untuk menjangkau tempat ini, sebagai patokan kita bisa menggunakan Google Maps menuju Tempat Parkir Gunung Pangparang yang dikenal juga dengan sebutan Parkiran Abah. Abah sendiri adalah seorang lelaki yang sudah cukup tua dan tinggal seorang diri. Kita bisa ikut beristirahat di rumah Abah sebelum memulai pendakian. Abah juga menggambar peta manual di dinding rumahnya sebagai patokan untuk kita menuju Lembah Tengkorak.
Jarak tempuh yang akan dilalui cukup panjang sekitar 10 kilometer dengan durasi perjalanan berkisar 2-3 jam. Namun tidak perlu khawatir karena dominasi perjalanan cukup landai dan akan melalui berbagai tipe trek, di antaranya perkebunan pinus, perkebunan sayuran milik warga, dan hutan yang masih tertutup.
Dimulai dari parkiran kita akan mengambil arah utara, berjalan menyusuri jalan bebatuan memasuki area perkebunan pinus dengan vegetasi tertutup. Selesai dengan perkebunan pinus, kita akan memasuki perkebunan warga dengan tipe vegetasi terbuka dan kita akan disuguhi dengan pemandangan yang indah dan menyejukkan mata dengan latar belakang Gunung Bukit Tunggul. Perlu diperhatikan bahwa di sini kita melalui akses jalan setapak yang memiliki level ketinggian berbeda yang cukup signifikan dengan perkebunan warga sehingga kita harus memperhatikan langkah.
Selesai dengan area perkebunan kita akan menyeberangi sungai kecil masuk menuju ke area hutan khas hutan hujan tropis yang didominasi pepohonan besar, vegetasi yang beragam, dan iklim yang lembap dengan aroma khas hutan. Hutan ini menjadi habitat alami jamur yang cukup unik dari genus Aseroe. Trek di sini menanjak dan curam serta tipe tanah yang licin karena lembap. Jika musim hujan tentu akan lebih licin dan berlumpur.
Berhasil melalui area hutan yang menanjak, kita akan dipertemukan dengan alun-alun atau yang disebut simpang lima, ini tandanya kita sudah lebih dari setengah perjalanan. Kebanyakan orang akan tersesat di sini karena ada 5 rute yang salah satunya mengarah ke puncak Gunung Pangparang. Kita hanya perlu memilih jalan lurus yang menurun ke bawah mengarah ke lembah. Setelah berjalan sekitar 3 kilometer kita akan sampai di Danau Urugan atau Lembah Tengkorak.
Tidak seseram namanya, di sini kita akan disuguhi pemandangan danau yang sangat indah dan kita akan melupakan kesan menyeramkan dari nama tengkoraknya. Kombinasi dari danau alami, kayu-kayu lapuk yang berdiri di atas danau, udara yang segar dan suara gemericik air sungai menjadi kombinasi yang luar biasa menenangkan dan damai. Perjalanan 10 km melalui perkebunan, jalan bebatuan, dan hutan sangat terbayarkan.
Menurut informasi dari warga sekitar di danau ini ada banyak ikan dan kita diperbolehkan untuk memancing dan berenang. Namun kita perlu berhati-hati karena di area ini juga banyak ditemukan lintah yang siap menghisap darah kita kapan saja.
Melihat potensinya Danau Lembah Tengkorak ini sangat berpotensi untuk menjadi tempat wisata unggulan, namun mengingat Danau Lembah Tengkorak ini adalah tempat yang sangat alami maka sudah menjadi tanggung jawab kita semua baik pengunjung maupun warga yang mengelola tempat ini untuk senantiasa menjaga dan merawatnya agar selalu asri dan tidak rusak karena ulah manusia. Kita dipersembahkan keindahan alam yang luar biasa maka kita pun perlu bertanggung jawab dengan apa yang kita lakukan di sana. Salah satunya adalah dengan bertanggung jawab atas sampah yang sudah kita hasilkan, sudah menjadi kewajiban kita untuk membawa sampah kita kembali agar tidak berserakan di alam karena hal itu akan mencemari lingkungan dan merusak kelestarian alam. Dengan kesadaran dari semua pihak keindahan Lembah Tengkorak akan senantiasa terjaga dan lestari.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lainnya tentang wisata alam